Rentetan peristiwa sepekan ini mewarnai perjalanan lika-liku bangsa indonesia, seolah-olah media masa baik cetak maupun elektronik tidak kekurangan berita bahkan over untuk diinformasikan. sepertinya sudah menjadi hal yang lumrah terjadi dibangsa ini, bukan beritanya yang menjadi persoalan tetapi rentetetan pristiwanya yang harus diingat dan menjadi pelajaran kedepan, namun sangat disayangkan karakteristik masyrakat kita mudah pikun alias pelupa dan sifat pemaafnya terkadang menjerumuskan diri sendiri kelobang yang sama. Mari kita lihat kebelakan, bentrok antar bangsa sendiri dengan dalih idiologi telah mencedrai bineka tunggal ika, mengingatkan kita pada  transisi masa orde baru menuju reformasi kemudian timbul pertanyaan mungkinkah masyrakat Indonesia menginginkan kembali hukum  rimba diberlakukan. Perburuan teroris yang belum kunjung selesai terjadi dimana-mana seperti senetron percintaan anak muda terus menerus ber-seri, meskipun pencapaian polisi yang dibantu oleh TNI terjadi di Sumatra Utara cukup membanggakan setidaknya sudah membuka kran untuk membongkar komplotan tersebut hingka keakar-akarnya. Kecelakaan Kereta Api dipetarukan pemalang  dengan gaya menyerunduk ala KA Argo Bromo Anggrek dengan buntut gerbong KA Senja Utama alhasilpun puluhan manusia meregang nyawa dan luka-luka diperjalanan, aneh bin ajaib memang jika dipikirkan. Pengangkatan Timur Pradopo dari bintang dua ke bintang tiga kemudian menjadi calon tunggal kapolri, sungguh kental dengan kepentinan politik padahal kita tahu bahwasanya sangat berbahaya politik ditubuh kepolisian, atau kah mengisyratkan seluruh elemen masyrakat dari kalangan bawah sampai kekalangan elit harus belajar politik agar semuanya tidak menjadi pecundang!!!. Sampai dengan pembatalan persiden Susilo Bambang Yudhoyono  berkunjung ke negri kincir angin dengan alasan mejatuhkan hargadiri martabat bangsa Indonesia dan keselamatan persiden, presiden dituntut untuk ditangkap setibanya dibandara atas tututan HAM oleh RMS (repoblik Maluku Selatan), hal ini pun pernah terjadi pada zaman Suharto menunda keberangkatan hingga 24 jam. Hikmah dibalik peristiwa Bukan sok mengerti tentang permasalahan yang dihadapi bangsa saat ini, sejauh ini menurut hemat saya masyrakat sangat mudah terjangkit virus lupa, Presiden pertama Soekarno pernah berpidato yang diberi judul JAS MERAH (jangan sekali-Sekali kita melupakan sejarah) didalam sejarah terkandung tiga dimensi  yaitu masa lalu, sekarang, dan akan datang. Sejarah sebagai peristiwa memiliki ciri sebagai berikut : Abadi, Karena peristiwa tersebut tidak berubah-ubah. Sebuah peristiwa yang sudah terjadi dan tidak akan berubah ataupun diubah. Oleh karena itulah maka peristiwa tersebut atas tetap dikenang sepanjang masa. Unik, Karena peristiwa itu hanya terjadi satu kali. Peristiwa tersebut tidak dapat diulang jika ingin diulang tidak akan sama persis. Penting, Karena peristiwa yang terjadi tersebut mempunyai arti bagi seseorang bahkan dapat pula menentukan kehidupan orang banyak. Dengan demikian berbagai rentetan peristiwa terjadi sepekan ini sudah selayaknya kita mengambil hikmah dibalik peristiwa tersebut, Semoga desa, kecamatan, kabupaten, provensi dan Negara Repoblik Indonesia ini selalu belajar dari peristiwa. Sebagai penutup Ahmadi Sofian pernah berkata bahwa semua orang adalah guru, semua tempat adalah sekolah, dan semua peristiwa adalah pelajaran. [caption id="attachment_162898" align="alignnone" width="600" caption="Jas Merah"][/caption] Oleh : Abdur Rohim AL-Huda Ketua HMI Kom. Mercu Buana Universitas Mercu Buana Yogyakarta priode 2009-2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H