Dara menunduk, air matanya jatuh satu per satu. "Aku minta maaf, Radit. Aku nggak bermaksud menyakitimu. Tapi..."
"Kamu jatuh cinta pada orang lain," potong Radit, suaranya bergetar, menahan emosi. "Aku tahu. Tapi aku ingin kamu tahu, aku mencintaimu. Dan aku siap memperjuangkan pernikahan ini, kalau kamu mau."
Dara menangis terisak, hatinya hancur. Radit, lelaki yang selalu setia dan mencintainya, masih memilih bertahan meskipun ia telah melukai hati suaminya. Sementara Arga, cinta yang tak seharusnya, tetap menghantui pikirannya.
---
Di malam yang penuh air mata itu, Dara membuat keputusan paling sulit dalam hidupnya. Ia memutuskan untuk berpisah dengan Arga. Pada hari terakhir mereka bertemu, di tempat yang sama di tepi danau, Arga memandang Dara dengan mata yang penuh kesedihan.
"Kamu benar-benar ingin mengakhiri ini?" tanya Arga, suaranya parau.
Dara mengangguk, menahan tangis yang hampir pecah. "Aku harus, Arga. Radit sudah memberikan segalanya untukku, dan aku nggak bisa menghancurkan itu lebih jauh lagi."
Arga tersenyum pahit, lalu mendekatkan wajahnya ke Dara, mencium keningnya dengan lembut. "Kalau begitu, semoga kamu bahagia, Dara."
Dara hanya bisa menutup matanya, membiarkan air mata jatuh tanpa henti. Ia tahu ia harus mengorbankan perasaan cintanya pada Arga demi menjaga keutuhan rumah tangganya dengan Radit. Meski hatinya terluka, ia tahu inilah pilihan yang benar.
Dengan langkah berat, Dara meninggalkan Arga untuk terakhir kalinya, membawa perasaan yang hancur tapi penuh tekad.
---