Ucapku terbata-bata, melihatmu dengannya tersenyum bahagia
masih sulit dipercaya, akhir dari penghambaan pada cinta kepada manusia seperti kamu bisa setragis hari ini
beberapa pekan setelah mengetahui kabar tentangmu, aku tak diam ditempat
aku mengunjungi setiap sudut kota, dimana dulunya kita sering bersama
aku hanya ingin melihat kembali kenangan, apa-apa yang dulu menjadi kesukaanmu
katamu kataku kata-kata kita berdua tentang janji yang diucapkan apa adanya itu, kini diam ditelan bulir-bulir tangisku sendiri
beberapa alasan atas keputusanmu memilihnya adalah alasan paling ku sesali, sekaligus paling kusyukuri
ada dua hal yang aku garis bawahi, pertama tidak adanya waktu untukku memperjuangkanmu, aku terlalu sibuk mempersiapkan masadepan sementara lupa menggandengmu tetap disampingku, berjuang bersamaku, maka maafkan aku. kedua tentu klise terdengar, aku bersyukur kau dengannya, dia yang menjadi pilihanmu adalah bagian yang tak terpisahkan dari diriku, dia sahabat baikku, aku tentu menyenangi hal itu. meskipun rasanya seperti menelan segelas duri-duri jeruji. sakit, derita, disiksa. tak sedikitpun terlintas untuk tidak mencintaimu lagi. tapi ya aku apa atuh buat kamu.
semalam aku mencuci bersih sepatu pemberianmu, untuk aku kenakan hari ini, dihari bahagiamu.
aku hanya ingin dibantu berjalan, oleh satu-satunya kenangan yang masih sampai hari ini aku simpan