Mohon tunggu...
bima wahyu
bima wahyu Mohon Tunggu... -

kuli pabrik

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Flash Fiction: Hutang

4 Oktober 2010   04:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:44 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Siang hari ... Beberapa bulan yang lalu ...

"Dimana anak lanangmu?" tanya si Kumis.

"Entahlah. Dia pergi sejak pagi tadi. Kenapa? Apa anakku telah berbuat salah?"

"Anak lanangmu telah berbuat lancang dan kurang ajar!"

"Apa yang dia perbuat?"

"Anakmu telah menggoda putri Kanjeng. Tak tau diri!"

"Ahh ..." Perempuan tua itu mendesah. Dadanya terasa sesak. "Maaf ... Maaf ... Tolong sampaikan permohonan maafku pada Ndoro Kanjeng. Tak akan terulang ... Aku janji tak akan terulang! Kau mengenalku ... Kita sudah bertahun-tahun saling mengenal. Tolong jangan ganggu anak ku. Demi masa lalu kita ... Demi aku ..."

Perempuan itu mulai tersedu

"Baik ... Baik ... Harap kau nasehati dia. Tinggalkan Den Ayu! Jangan pernah mendekatinya lagi ..." kata si Kumis. "Harap kau juga mengerti ... Posisiku hanya diutus Ndoro Kanjeng ..."

"Baik ... Baik ... Demi masa lalu kita ..."

*****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun