Jakarta - Aktivis sekaligus pendiri Lingkar Madani (Lima), Ray Rangkuti, menyampaikan pandangannya terkait kinerja Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dalam pengamanan Pilpres dan Pilkada Serentak 2024.
Menurutnya, meskipun ada beberapa keberhasilan, banyak hal yang masih perlu dievaluasi, terutama terkait potensi penyalahgunaan wewenang oleh aparat.
"Saya tidak melihat kisah sukses yang luar biasa dari Polri dalam pengamanan Pilkada 2024 lalu. Saya pikir itu biasa saja karena masyarakat kita mulai lebih sadar untuk tidak menggunakan kekerasan," ujar Ray Rangkuti di Jakarta, Selasa (7/1/2025).
Namun, ia juga mencatat adanya insiden kericuhan dalam beberapa debat publik yang berhasil dicegah Polri. Di sisi lain, ada permasalahan serius terkait penanganan politik uang.
"Ada pelaku politik uang yang masuk daftar pencarian orang (DPO), tapi kasusnya dianggap selesai begitu masa penetapan di Bawaslu berakhir. Padahal, sudah ada empat terdakwa lain. Ini sesuatu yang harusnya tidak terjadi," jelasnya.
Ray juga menyoroti indikasi adanya "cawe-cawe" aparat kepolisian dalam proses pilkada.
"Kita dengar ada oknum polisi yang terlibat mendukung salah satu kandidat. Jika ini benar, harus diinvestigasi. Apakah ini terjadi secara sistemik atau hanya ulah oknum? Karena hal seperti ini sangat meresahkan," tambahnya.
Ia mengingatkan pentingnya memastikan Polri tetap netral agar tidak menjadi alat intimidasi kandidat tertentu oleh kepala daerah.
Di sisi lain, Ray juga menyoroti hal positif dari pelaksanaan Pilpres dan Pilkada secara serentak.
"Kita bisa menghemat waktu dan tenaga. Ketika kepala daerah dilantik Maret nanti, ketegangan politik akan berkurang. Ini juga mencegah kehidupan politik kita dari proses yang terlalu berlarut-larut," ujarnya.