Aku tersesat dalam puisimu yang gelap setelah sebelumnya kau menuliskannya dalam kegelisahan bathin yang luar biasa.
Kata-kata itu benar-benar kau permainankan dengan memakai hermetis.
Kau berhasil dari situ.
Tapi aku, dia dan lainnya, apakah mampu menangkap maksud dari puisi gelapmu itu?
"Kutulis sedih laut
pada wajah gelombang
lumut gelisah
di ketiak karang"
Apa yang bisa aku maknai dari potongan puisi gelap "Kutulis Sedih Laut" itu?
Tak ada!
Kecuali kau memang ingin menyesatkan ku disana.
Tapi tidak!
Justru otak dan pikiranku lah yang sesat.
Tidak bisa memahami duistere poezie engkau, duhai Maman S. Taswie (Zaidan, 1991).
Cldg, 11/1/2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H