"Kalau teman-teman, saya kasih sebatas uang, itu kan tidak akan memancing mereka. Dari situlah saya bilang ke mereka, gimana kalau saya bukain usaha."
Suka tidak suka. Mau tidak mau. Wabah pandemi Covid-19 yang berlangsung mau dua tahun ini, telah membuat statistik peningkatan jumlah pekerja yang dirumahkan. Itu terjadi di semua sektor pekerjaan.
Ketika orang-orang "gelagapan" mencari pekerjaan baru, seorang pria bernama Indra Edi Yani "nekat" membuka usaha gerai kafe.
Kenekatan Indra, sapaan pria yang dulu pernah bekerja di dunia infotainment ini, pasti akan dilontarkan banyak orang. Pasalnya, alasan membuka usaha di masa pandemi ini, pasti tak akan beroleh untung, tapi malah merugi.
Namun Indra tak berpatokan pada prinsip itu. Dia justru membuka usaha kafe, semata untuk menampung beberapa teman dekatnya yang terdampak oleh pandemi Covid-19 ini.
"Pandemi ini banyak dirasakan imbasnya sama teman-teman yang dikeluarkan dari kantornya. Nah, teman-teman yang terdampak itu kemudian menemui saya untuk meminta pekerjaan. Sebagai pemilik usaha, saya berpikir, kalau mereka saya kasih sebatas uang, itu kan tidak akan memancing mereka. Dari situlah saya bilang ke mereka, gimana kalau saya bukain usaha yang bisa menampung mereka. Akhirnya saya bukalah kafe ini." Ujar Indra, menceritakan awal mula ia membuka usaha kafe yang dinamainya Gudang Coffee.
Terletak di belakang kampus Universitas Mercu Buana, Jakarta Barat, pendirian kafe ini lalu Indra serahkan sepenuhnya kepada teman-temannya. Mulai dari konsep, desain interior serta menu makanan dan minuman apa saja yang mau dijual nanti, Indra memercayai semua itu ke teman-teman dekatnya tadi.
"Intinya adalah, ayo kita buka usaha bareng. Kalau usaha maju, toh majunya bersama-sama. Jadi ini dibangun atas kebersamaan dan keprihatinan juga sih." Pungkas Indra.
Ketika kesepakatan mendirikan kafe sudah bulat adanya, pembangunan kafe pun dimulai. Menariknya, saat Gudang Coffee ini dibangun, teman-teman Indra juga bersama-sama menjadi kuli bangunan di kafe ini.
"Mereka yang potong kayu, potong bambu, menggambar dan sebagainya. Itu mereka yang kerjakan. Namun tetap, karena mereka butuh makan juga, saya membayar mereka secara profesional." Terang Indra.