Mohon tunggu...
Alamsyah
Alamsyah Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis & Content Writer

Lisan Terbang, Tulisan Menetap

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kenapa Jalan di Tempat? Ini Penyebab dan Solusinya

31 Oktober 2021   18:52 Diperbarui: 31 Oktober 2021   19:11 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jalan di tempat merupakan istilah yang diberikan kepada seseorang, yang di dalam kehidupan sehari-harinya tidak mengalami perkembangan karir. Atau ketika orang itu memiliki sebuah usaha, usahanya tidak berjalan. Begitu-begitu saja. Tidak ada kemajuan signifikan."

Istilah itu tentu saja tak diinginkan siapa pun, termasuk  saya. Tapi pada kenyataannya, istilah jalan di tempat itu, ya memang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Salahkah seseorang jalan di tempat? Jawabannya pasti salah. Karena bagaimana pun orang yang sukses bukanlah orang yang berjalan di tempat. Akan tetapi mereka bergerak maju ke depan, dan sedapat mungkin tidak menoleh lagi ke belakang, atau kembali ke masa lalu.

Boleh saja melihat masa lalu sebagai bagian pengalaman. Bukan dijadikan penyebab bahwa kita pernah gagal.

Seseorang berjalan di tempat memang memiliki alasan dan sebab. Alasan dan sebab pertama, karena orang itu memang malas untuk melangkah ke depan. Dia tetap asik dengan kondisinya saat ini, dan tak menyadari bahwa zona nyaman yang diciptakannya telah mengekang dirinya untuk maju.

Alasan dan sebab kedua adalah, orang tersebut langkahnya dihalangi atau sengaja dihambat untuk melangkah ke depan. Kondisi itu tentunya beralasan. Biasanya di dunia kerja, hal semacam itu terjadi.

Orang-orang yang tak suka dengan orang yang memiliki skill bagus, biasanya kerap membuat orang-orang seperti itu melangkah di tempatnya saja.

Berbagai cara dilakukan orang-orang yang tak suka dengan orang yang punya kemampuan lebih dari mereka. Ironisnya, cara mereka sangat rapih dan terkesan tak dibuat-buat.

Seharusnya kalau mau jujur, kompetisi yang sehat menjadi hal yang relevan dilakukan, baik kepada orang yang menghambat langkah orang lain dan orang yang dihambat langkahnya. Pertanyaannya, siapa yang mau begitu?

Seseorang kenapa berjalan di tempat, dalam skala lebih luas, bisa berdampak negatif. Mereka secara tidak langsung telah mematikan rejeki orang lain yang mungkin saja orang itu sudah memiliki istri dan anak-anak.

Namun pada kenyataannya, banyak dari mereka yang menghambat langkah orang lain, memiliki sifat tak peduli.

Dengan kata lain, orang yang sukanya menghambat langkah orang yang punya kemampuan lebih, tak ingin posisinya tergantikan di depan pemimpin.

Solusi yang harus dilakukan oleh orang yang langkahnya dihambat yakni dengan cara melakukan perlawanan. Butuh keberanian memang. Kalau kita benar, kenapa takut melawan mereka?

Jika kita memang punya skill di atas mereka, rejeki pun pasti akan menghampiri. Hanya saja, setelah mendapat tempat baru yang lebih baik, harus punya strategi untuk menghadapi orang-orang semacam itu. Karena dimanapun bekerja, orang-orang yang tak suka dengan diri kita pasti ada.

Jalan di tempat bagi orang yang memiliki kemampuan lebih, terkadang juga dihambat oleh atasan dan pemilik dari perusahaan. Biasanya kasus seperti ini lebih mengarah kepada bagaimana atasan atau pemilik perusahaan mencari keuntungan dibalik orang-orang yang memiliki kemampuan lebih tersebut.

Terkadang juga, seseorang bisa berjalan di tempat dikarenakan faktor lain seperti sengaja membuat kondisi tertentu kepada orang yang memiliki kemampuan lebih tersebut.

Di dunia pekerjaan, istilah "mengkondisikan" seorang karyawan sudah lazim terjadi. Biasanya hal itu dipicu karena sebuah perusahaan enggan memecat karyawan yang notabene memiliki kemampuan lebih itu.

Bukan rahasia umum kan, memecat seorang karyawan akan ada harga mahal yang harus dibayar.

Jadi menurut saya, sebaiknya orang-orang yang memiliki kemampuan lebih itu jangan dihalangi langkahnya. Biarkan mereka mengaktualisasikan kepintarannya. Dengan demikian kan perusahaan akan maju.

Beri ruang lebih ke mereka untuk melakukan eksperimen dan melakukan lompatan-lompatan ide. Jangan ditakuti orang-orang yang memiliki kemampuan lebih. Mereka justru menjadi kunci sukses sebuah perusahaan atau instansi.

Jika muncul ketakutan dari orang-orang semacam itu karena adanya sifat kejujuran, tetap terimalah mereka. Dan mereka yang berusaha untuk mencari keuntungan dari perusahaan, sebaiknya mundur saja.

Karena biar bagaimana pun juga, perusahaan yang sehat pasti tidak disesaki oleh karyawannya yang suka menghalangi atau mengganjal laju langkah karyawan yang berprestasi, atau minimal karyawan yang baik dan jujur.

(31/10/2021)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun