Keindahan alam danau Toba sudah terkenal sejak dahulu kala. Masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke pun sudah mengetahui hal itu, baik dengan cara melihat secara langsung maupun dari bahan tontonan serta bacaan.
Saya pribadi mengetahui sedikit banyaknya tentang eksotika danau Toba itu dari tayangan-tayangan televisi, video Youtube serta dari bahan bacaan berupa teks dan foto-foto di buku atau media online.
Khasanah pengetahuan saya tentang danau Toba juga didapat dari media sosial seperti, Facebook, Instagram maupun Twitter. Lewat ketiga media sosial itu, biasanya saya melihat netizen mengunggah foto-foto mereka yang dilengkapi keterangan ketika berada di kawasan wisata yang terletak di provinsi Sumatera Utara tersebut.
Daya tarik danau Toba sebagaimana yang saya baca di berbagai platform media, memang telah mampu menyedot animo masyarakat, baik lokal, nusantara maupun dunia untuk mengunjunginya.
Berbeda dengan masyarakat setempat atau yang ada di Sumatera Utara, berkunjung ke danau Toba mungkin tak begitu banyak mengeluarkan biaya. Namun bagi orang yang jauh dari danau Toba, dipastikan akan banyak mengeluarkan biaya, mengingat mereka harus menyiapkan sejumlah biaya seperti, biaya transportasi, penginapan, konsumsi dan masih banyak lainnya.
Keberadaan danau Toba yang masih dalam proses penataan secara serius itu, tentunya dimaksudkan untuk dapat memberi pemasukan anggaran dari sektor pariwisata. Sebab itu, pemerintah pusat dan daerah tengah berkolaborasi melakukan penataan kawasan danau Toba ini.
Jalan-jalan, permukiman, rumah adat, peninggalan benda-benda sejarah, tempat-tempat seni dan budaya, sentra pembuatan kain ulos, serta lainnya, yang merupakan komponen penting di kawasan danau Toba, ditata dan dibangun sedemikian rupa. Hal itu tentunya untuk memudahkan dan memberi kenyamanan bagi para pelancong yang akan mengunjungi danau terdalam di dunia tersebut.
Danau Toba sebagaimana disebut sebagai Keajaiban Indonesia atau "Wonderful Indonesia", sudah tentu ditata dan dibangun sedemikian rupa, bukan hanya untuk tempat rekreasi semata. Karena konsep yang dibangun di kawasan wisata ini juga diperuntukan bagi profesional, pekerja, pelajar, mahasiswa maupun pelaku usaha lainnya.
Mereka bisa melakukan empat kegiatan di kawasan danau Toba yang kemudian dikenal dengan istilah "MICE di Indonesia Aja". MICE sendiri memiliki pengertian mengenai empat kegiatan yang meliputi, Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition.
Dengan adanya trend wisata seperti itu, pengelola kawasan wisata danau Toba tentu sudah menyiapkan berbagai sarana dan prasarana penunjangnya. Tinggal bagaimana institusi lain mengikutinya. Dengan kata lain, apakah institusi seperti pendidikan, dunia usaha maupun kalangan profesional mau berkunjung ke kawasan danau Toba untuk menerapkan konsep "MICE di Indonesia Aja" itu.
Dari situ saya lantas mengusulkan tentang sebuah jalinan kerjasama yang sudah semestinya diterapkan, baik oleh pengelola kawasan wisata danau Toba maupun pihak-pihak yang saya sebutkan tadi.
Untuk institusi pendidikan misalnya. Saya mengusulkan bagaimana kiranya sekolah-sekolah atau kampus-kampus untuk mewajibkan para peserta didik mereka berkunjung ke kawasan danau Toba guna melihat secara langsung "Heritage of Toba" tersebut.
Begitu juga untuk perusahaan-perusahaan, para pemiliknya setidaknya mewajibkan para karyawan, minimal satu kali melakukan meeting atau kegiatan lain di danau Toba ini. Selain itu, dunia usaha juga bisa, minimal sekali, menggelar Exhibition dengan sekaligus mempromosikan wisata danau Toba ini.
Yang juga harus diingatkan lagi, bahwa untuk menarik sebanyak mungkin pengunjung ke danau Toba ini, perlu juga digerakan kembali komunitas-komunitas di seluruh Indonesia.
Pemerintah pusat lewat Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, atau mungkin juga Kementerian Pemuda dan Olahraga serta institusi lain, untuk membangkitkan kembali pergerakan komunitas-komunitas berbagai bidang, untuk meminta mereka mengunjungi kawasan danau Toba ini.
Tak lupa pula. Jika dulu kita masih ingat akan adanya Karang Taruna di lingkungan tempat tinggal kita. Sekarang sudah saatnya dibangkitkan lagi. Mereka biasanya mengadakan acara tahunan seperti berwisata ke tempat-tempat wisata. Nah, hal itu mungkin bisa diberikan kemudahan bagi Karang Taruna agar mereka bisa menikmati keindahan alam danau Toba ini. Kegiatan berkemah yang pernah digelar di sisi danau Toba, sudah sepatutnya diperluas lagi pesertanya dari seluruh Indonesia.
Begitu juga mungkin untuk kegiatan Pramuka, olahraga, kesenian, penggarapan sinetron, film  dan masih banyak lainnya, itu semua bisa dilakukan lebih maksimal di kawasan danau Toba yang memang memiliki banyak spot wisatanya.
 Selama ini memang sudah banyak event baik lokal, nasional dan internasional digelar di kawasan danau Toba. Namun untuk lingkungan yang lebih kecil lagi seperti lingkungan RT, RW hingga Kecamatan di seluruh Indonesia, masih sedikit sekali yang mengadakan acara di danau vulkanik terbesar di dunia tersebut. Terbaru, mungkin kita patut bersyukur bahwa danau Toba disiapkan oleh pemerintah untuk menyambut perhelatan KTT G20 pada 2022 mendatang.
Danau Toba terpilih salah satunya sebagai destinasi super prioritas (DSP) selain Borobudur (Jawa Tengah), Labuan Bajo (NTT), Likupang (Sulawesi Utara), dan Mandalika (NTB) sebagai lokasi wisata guna menyambut para petinggi dunia di KTT G20 yang akan digelar di Bali 2022 mendatang.
Memang harus dilakukan dengan serius hal-hal itu agar kawasan wisata danau Toba ini benar-benar menjadi wisata rakyat. Sehingga dengan demikian, adanya kesan eksklusif perlahan bisa terkikis di "DSP Toba" atau Destinasi Super Prioritas danau Toba ini. (17092021)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H