Mohon tunggu...
Surya Ferdian
Surya Ferdian Mohon Tunggu... Administrasi - Shalat dan Shalawat Demi Berkat

Menikmati Belajar Dimanapun Kapanpun

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Media Sosial: Persepsi Kendalikan Reaksi

28 Februari 2017   18:33 Diperbarui: 28 Februari 2017   18:37 999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Kemarin, (27/2), saya mengunggah pesan “Dari 1500 tamu yang dibawa, berapa yang akan mampir kepuncak sekedar bersihin pisang?” di halaman media sosial Facebook saya. Reaksi berdatangan dari teman-teman (facebook friends).

Ada yang hanya bereaksi dengan memberi emoticon, ada juga yang berkomentar langsung terhadap pesan yang diunggah. Ada yang menanggapi dengan komentar candaan, tidak sedikit yang memberi komentar dengan referensi dalil keyakinan keagamaan. “Istighfar dot ..,” salah satu komentar yang ditulis oleh seorang kawan yang merupakan pengurus Partai Keadilan Sosial dan ditimpali dengan “…Muslim bkn sich tuch orang??” oleh teman lainnya. “Fitnah lebih kejam dari pembunuhan … “ tulis kawan yang juga simpatisan partai yang sama. Ada juga teman sekolah yang menuliskan “Pernah kawin kontrak disono yah Oom?” dan di tambahkan “Seiously?” oleh kawan lainnya.

Ada juga teman yang menghubungkan dengan preferensi politik “Panas Dalem…,” “Jgn2 (jangan-jangan) ente ngefans sama mbok banteng yang anti arab xixixii.” Bahkan ada yang memberikan kutipan referensi dari sebuah laman berjudul “Jangan Kau Cela Saudaramu”dan ditanggapi oleh teman lainnya dengan “Dia bukan muslim pak.”

Berawal Dari Persepsi

Dalam fenomena ber-media sosial akhir-akhir ini, Persepsi terhadap pesan di media sosial, menjadi hal penting untuk dikaji lebih jauh. Alport (dalam Mar’at, 1991) menyebut proses persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan individu. Persepsi merupakan pengalaman yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi atau pesan. Dia terjadi setelah tahap sensasi berlangsung dan bersifat subjektif-individual.

Ahli Psikologi, James Rowlan Angel, mendefinisikan persepsi sebagai “the consciousness of particular material things presents to sense." Namun selanjutnya dia menegaskan “Perception is… always a larger thing than this definition would immediately imply. Hal ini menurutnya“because we are always aware in the " fringe," in the background of consciousness, of sense activities other than those we speak of as being perceived, especially those connected with the internal operations of our own organism. Senada dengan Angel, pakar pemasaran, Philip Kotler (1993) mengatakan, persepsi adalah proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur, dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti.

Singkatnya, persepsi merupakan pandangan seseorang terhadap sesuatu yang akan membuat respon bagaimana dan dengan apa orang tersebut akan bertindak.

Cepat Bereaksi Minim Pertimbangan

Dalam waktu 12 Jam sejak di unggah, ragam komentar diatas memenuhi tabkomentar tepat dibawah unggahan. Setidaknya ada 28 reaksi berupa komentar maupun hanya sekedar memberi simbol, emoticon. Tidak ada yang menjawab pertanyaan yang saya unggah, tidak ada yang mecoba menghubungi saya untuk bertanya maksud unggahan tersebut.  

Karena “1500 tamu,” “Puncak,” dan “Pisang,” teman-teman (friends) segera bereaksi dan merasa perlu menjadi hakim atas pertanyaan yang diunggah. Dengan referensi dan asosiasi yang dimiliki masing-masing.  

“Sumbu pendek,” kalau boleh meminjam istilah yang sedang trend saat ini untuk menggambarkan fenomena cepatnya orang bereaksi terhadap informasi khususnya di media sosial. Seolah-olah tidak ada yang mau tertinggal untuk memberi komentar atas unggahan informasi. Cek dan ricek, konfirmasi, atau bahkan sekedar hanya untuk bertanya pun dianggap memperlambat. “Komentar dan Bereaksi dahulu, periksa dan konfirmasi belakangan,” begitu mungkin falsafah yang dianut oleh mereka yang selalu ingin cepat bereaksi di media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun