Sebanyak 21 tokoh nasional dan internasional menjadi kader baru Partai Demokrat. Kader baru tersebut resmi bergabung pada Kamis (15/2) lalu. Nama-nama baru tersebut berasal dari berbagai latar belakang profesi dan keilmuan. Sejumlah nama beken atau sering terdengar juga berada dalam deretan kader baru tersebut, seperti Taufik Hidayat, Ricky Subagdja, Fauzi Badilla, dan Chris John.
Jika ditelaah kembali, semua nama tersebut bisa dikatakan terlepas dari kepentingan pribadi dan kelompok, sehingga bisa fokus untuk menyumbangkan ide dan merealisasikannya di tengah-tengah masyarakat. Hubungannya dengan Demokrat adalah diyakini mampu menjadi wadah yang mampu memfasilitasi ide tersebut. Kok bisa, sih? Simple saja, kader baru dan Demokrat memiliki visi dan misi yang sama, yakni untuk kepentingan rakyat luas.
Selain ide, pembekalan yang diberikan sangat berguna bagi kader baru, sehingga mampu menciptakan kader yang handal, berintegritas, jujur. Demokrat memiliki sekolah anti-korupsi yang menunjunag kemampuan masing-masing kader. Dengan adanya sekolah anti-korupsi menjadi sinyal bahwa Demokrat benar-benar serius memberantas korupsi dan menanamkan pada diri masing-masing kader untuk tidak terseret dalam pusaran korupsi. Ini serius, lho!
Berbicara mengenai tidak terikat pada kepentingan yang disebutkan di awal, sejalan dengan posisi Demokrat sebagai partai tengah, tidak kanan tidak kiri. Demokrat tidak ikut tergabung dalam poros kekuatan tertentu. Demokrat berkoalisi dengan masyarakat luas untuk menyuarakan keadilan, kesejahteraan, dan kedamaian. Buktinya selama ini Demokrat selalu berdiri di garda terdepan jika ada kebijakan yang akan merugikan masyarakat luas, misalnya dalam Hak Angket KPK, dan Perppu Ormas.
Membawa slogan Nasionalis-religius yang berasaskan Pancasila merupakan sesuai dengan kondisi dan situasi bangsa saat ini. Kehidupan berbangsa dengan nafas religius dibutuhkan untuk terciptanya kedamaian di antara individu. Demokrat nyatanya ada untuk itu.
Demokrat adalah cerminan bangsa Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika. Dari Sabang sampai Merauke tanpa memandang agama dan suku tertentu, namun selalu menjunjung tinggi nilai religius dalam setiap tindakan. Semuanya mempunyai tujuan yang sama untuk berkontribusi menyejahterakan masyarakat luas.
Demokrat merupakan partai terbuka dan bisa menjalin kerja sama, persahabatan, dan kemitraan dengan partai lain sejauh itu memberikan manfaat bagi masyarakat luas. Itu yang terpenting. Demokrat bukanlah partai tengah yang oportunis. Saya rasa itu jauh sekali dari pemikiran SBY sebagai ketua umum. Saya yakin orientasinya berada dalam jalur partai politik yang seharusnya, yakni sebagai penyalur aspirasi masyarakat.
Terakhir, Demokrat adalah partai yang selalu mengedapankan cara-cara yang baik. Sejauh ini menurut saya, Demokrat menjadi contoh partai politik yang adem, tanpa berusaha menyerang pihak lain. Bayangkan betapa tenteramnya kehidupan perpolitikan Indonesia jika mempunyai pandangan dan sikap serupa Demokrat.
Salam Demokrasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H