Kebiasaan menumpang (nebeng) truk fuso pengangkut gula yang keluar dan masuk ke PT Gunung Madu Plantation, Lampung Tengah, Provinsi Lampung, ternyata memberikan banyak hal positif yang bisa diserap. Diantaranya adalah pengakuan para sopir tentang pelayanan di PT Gunung Madu Plantations. Pada umumnnya mereka mengaku puas dan menyatakan sangat suka jika mendapat tugas mengambil gula di Gunung Madu.
Simak saja pengakuan sopir truk asal Padang, Sumatera Barat, Asdison, suatu hari ketika penulis menumpang dari
kawasan Sentral ke Maingate Barat, bertutur bahwa dirinya sudah sering dikirim boss-nya mengambil gula ke Lampung, salah satu tujuannya adalah PT Gunung Madu Plantations.
“Kalau disuruh mengambil gula ke Gunung Madu saya senang sekali. Di sini jalannya bagus, terawat. Satpam di gerbang depan ramah. Pelayanan di loket dan gudangnya pun cepat,” kata Asdison.
“Dengan nomor antrian 100 pun saya masih bisa langsung pulang ke Padang,” kata lelaki berperawakan kekar dengan kulit legam itu.
Asdison adalah satu dari ribuan sopir yang pernah berhubungan langsung dan merasakan betapa cepat dan tepatnya pelayanan di PT GMP. Mereka bersentuhan langsung dengan keramah-tamahan karyawan perusahaan ini.
Pujian yang sering didengar penulis tentang pelayanan di Gunung Madu bukan hanya datang dari Asdison, sopir truk dari Padang. Sejumlah sopir truk lain baik dari Bandar Lampung, Jakarta, Medan, Jambi, Riau dan Palembang mengatakan hal serupa.
Mereka mengaku tidak pernah mendapat hambatan ketika mengurus surat-surat atau DO di Purchasing. Mereka menyebut bagian pelayanan di Purchasing ini dengan sebutan Loket. Semua dilayani sesuai nomor urut. Tidak ada pemegang nomor urut kecil dilangkahi nomor urut dibawahnya.
Sebagai pembanding mereka menyebut beberapa perusahaan sejenis yang ada di Lampung, seperti di Kabupaten Tulangbawang dan Way Kanan. “Untuk mencapai ke pabriknya saja kita susah payah karena jalannya tak terurus. Setiba di sana kita sering diping-pong atau dibiarkan menunggu tanpa kejelasan,” tutur Rahmat, sopir truk gula dari Bandar Lampung.
Tentang pelayanan umum di PT Gunung Madu Plantations, beberapa rekanan baik penyuplai barang maupun kontraktor, yang pernah ngobrol dengan penulis, juga menyatakan kepuasannya. Seorang kontraktor bangunan, yang sudah belasan tahun menjadi rekanan PT GMP, mengaku masalah pembayaran GMP selalu tepat waktu dan konsisten memegang aturan.
“Kalau bicara untung sih nggak seberapa dibanding menjadi rekanan Pemerintah, tapi di sini semuanya bersih, tidak ada permainan seperti sukses fee dan sejenisnya,” ungkap rekanan yang tidak mau disebut namanya. “Walaupun keuntungan kita tidak seberapa, pekerjaan kita bisa berkesinambungan,” tambahnya.
Itulah gambaran pelayanan prima di PT GMP. Bila mengacu Bank Dunia yang menilai pelayanan public di Indonesia masih rendah. Maka PT Gunung Madu Plantations adalah pengecualiannya.