Mohon tunggu...
Madjid Lintang
Madjid Lintang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Orang biasa yang masih terus belajar.

Di hadapan Tuhan aku hanya sebutir debu yang tak berarti. Pembelajar yg tak henti belajar, dan seorang hamba Tuhan yang penuh dosa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kehidupan adalah Sulit

6 Oktober 2020   07:31 Diperbarui: 6 Oktober 2020   07:56 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kita sering mengabaikan persoalan kita, melupakannya, berpura-pura bahwa masalah itu tidak pernah ada. Kita bahkan meminum obat terlarang untuk membantu kita melupakannya, sehingga dengan menutup pintu hati kita terhadap penderitaan maka kita berharap dapat melupakan masalah yang menyebabkan penderitaan itu. Kita mencoba menghindari masalah daripada menyambutnya. Kita berusaha menghindari masalah daripada menderita karena masalah itu. 

Kecenderungan untuk menghindari masalah dan penderitaan emosional yang ditimbulkannya merupakan penyebab utama dari semua penyakit mental manusia. Karena pada umumnya kita memiliki kecenderungan ini, sedikit banyak kita menderita penyakit mental tidak mempunyai kesehatan mental yang baik. 

Banyak orang lebih suka bepergian dalam waktu yang cukup lama untuk menghindari masalah dan penderitaan yang ditimbulkannya, menjauhi segala sesuatu yang baik dan berguna, mencoba menemukan cara penyelesaian masalah yang lebih mudah, membangun fantasi yang paling rumit untuk dijalani, bahkan kadangkala mengabaikan kenyataan. Dengan kata-kata yang luwes dan ringkas, Carl Jung berkata, "Neurosis selalu menjadi pengganti penderitaan yang logis." (Collected Works of C.G. lung, Bollingen Sen, No. 20, 2d ed. (Princeton, N.].zPrinceton Univ. Press, 1973), trans. R.P.C. Hull, Vol H, Psychology and Religion: West and East, 75). 

Namun pengganti penderitaan itu pada akhirnya lebih menyakitkan daripada penderitaan yang tadinya ingin dihindari. Neurosis itu sendiri menjadi masalah yang terbesar. Banyak orang mencoba menghindari penderitaan ini, namun masalah ini pada gilirannya justru membangun neurosis lapis demi lapis. 

Untung saja ada orang yang berani menghadapi neurosis mereka sendiri dan mulai mempelajari---biasanya dengan bantuan psikoterapi --bagaimana mengalami penderitaan yang logis. Dalam kasus apa pun, bila kita menghindari penderitaan yang logis dalam kaitannya dengan suatu masalah, kita juga menghindari perkembangan yang dituntut masalah itu dari kita. Dengan alasan ini, kalau kita menderita penyakit mental yang kronis, maka kita akan berhenti berkembang dan tidak memperoleh kemajuan sama sekali. Tanpa penyembuhan, jiwa manusia mulai menjadi lemah. 

Sebab itu, marilah kita menanamkan cara memperoleh kesehatan mental dan rohani dalam diri kita dan anak-anak kita. Maksud saya, marilah kita mengajar diri kita dan anak-anak kita tentang penderitaan dan maknanya bagi kita, dan betapa perlunya kita menghadapi setiap masalah secara langsung dan mengalami penderitaan yang ditimbulkannya. 

Saya telah menyatakan bahwa disiplin adalah perangkat dasar yang kita butuhkan untuk menyelesaikan masalah kehidupan. Nanti akan menjadi jelas bahwa perangkat ini adalah teknik menderita, cara untuk mengalami kepedihan yang ditimbulkan oleh masalah sehingga dengan cara ini kita dapat mengatasi dan memecahkan persoalan dengan baik, sambil belajar dan bertumbuh di dalam proses itu. Kalau kita mengajar disiplin pada diri sendiri dan anak-anak kita, maka kita mengajar mereka dan diri kita bagaimana menderita dan bertumbuh. 

Apa yang menjadi perangkat ini, teknik menderita ini, cara mengalami penderitaan yang konstruktif ini, yang saya sebut sebagai disiplin? Semuanya ada empat: menunda kepuasan, memikul tanggung jawab, mengabdi pada kebenaran, dan keseimbangan. Sebagaimana terbukti kemudian; ini bukan merupakan perangkat rumit yang membutuhkem pelatihan yang ekstensif untuk memudahkan pemakaiannya. 

Sebaliknya, ini adalah perangkat sederhana. Pada umumnya anak-anak sudah mengenal cara pemakaiannya sejak mereka berusia sepuluh tahun. Namun presiden dan raja sering lupa memakainya, sehingga mereka terguling dari kursi pemerintahan. Persoalannya bukan terletak pada kerumitan perangkat ini, melainkan pada kehendak untuk menggunakannya. 

Karena ini adalah perangkat yang dipakai untuk mengatasi penderitaan, bukan untuk menghindarinya, maka jika seseorang berusaha menghindari penderitaan yang logis, dia tidak akan mau memakai perangkat ini. Karena itu, setelah menganalisis setiap perangkat ini, dalam bagian selanjutnya kita akan memeriksa kehendak untuk menggunakannya, yaitu cinta. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun