Mohon tunggu...
Madjid Lintang
Madjid Lintang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Orang biasa yang masih terus belajar.

Di hadapan Tuhan aku hanya sebutir debu yang tak berarti. Pembelajar yg tak henti belajar, dan seorang hamba Tuhan yang penuh dosa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengaku Salah dan Maafkan Orang Lain

1 September 2020   18:16 Diperbarui: 1 September 2020   18:12 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bertahun-tahun yang lalu, Raja muda dari Napoli, Adipati dari Asuna, mengunjungi Barselona di Spanyol. Di pelabuhan pada waktu itu terdapat sebuah perahu penuh dengan narapidana dan Adipati itu pergi naik ke perahu itu memanggil tiap narapidana dan bertanya kepadanya apa yang dilakukan di sana, dan mengapa ia mendayung sebagai budak pesakitan, dan ia mendengarkan cerita-cerita tragis yang mereka ceritakan. 

Orang pertama mengatakan bahwa ia ada di sana karena seorang hakim telah menerima suapan dari musuh-musuhnya dan telah menghukumnya secara palsu. Orang berikutnya yang diajak bicara Adipati itu mengatakan bahwa musuh-musuhnya telah membayar saksi-saksi ...berbicara palsu terhadap dia, dan itulah sebabnya ia berada di sana. Orang kenga mengatakan bahwa ia telah dikhianati oleh teman terbaiknya yang telah terhindar dari hukuman dan membiarkannya terjebak. 

Lalu, akhirnya Adipati itu mendapatkan satu-satunya orang yang mengatakan. "Yang Mulia, saya ada di sini karena saya pantas ada di sini. Saya menginginkan uang dan saya mencuri dompet dan saya pantas menderita seperti ini." 

Adipati itu sangat heran tentang hal ini dan mengatakan kepada kapten perahu budak itu, "Ini semua orang yang tidak bersalah yang ada di sini karena sebab yang tidak adil, dan ini ada satu orang jahat diantara mereka. Mari kita melepaskannya karena takut bahwa dia akan menulari yang lain." 

Orang yang mengakui kesalahannya dibebaskan dan diampuni, sedangkan mereka yang terus memaafkan diri mereka kembali ke perahu mereka untuk mendayung terus. 

lni suatu cerita nyata dan sangat menarik karena itulah yang terjadi dalam kehidupan kita. Kita membuat kesalahan dalam penilaian kita, lalu kita selama hidup kita mencoba memaafkan diri kita untuk kesalahan itu, dan tidak menerima bahwa kita benar-benar telah membuat kesalahan. 

Kita menyalahkan orang lain, kita menyalahkan keadaan, dan bukan mengatakan, 'Saya menguasai kehidupan saya sendiri. Saya satu-satunya yang mempunyai kekuasaan dalam proses-proses pikiran saya dan apa yang telah saya pikirkan telah membawa saya ke tempat di mana saya berada pada saat ini. Saya bertanggungjawab atas pikiran-pikiran saya dan dengan merubah cara berpikir saya, saya dapat merubah kehidupan saya.' 

Pada saat kita mencapai kebenaran ini, kita bebas dari nasib budak perahu dari kehidupan ini, bebas untuk menjalani kehidupan yang selalu merupakan milik kita. 

Lihatlah ke belakang kepada kehidupan anda sendiri. Kenalilah proses-proses pertumbuhannya. Belajarlah untuk mengampuni diri anda sendiri dan untuk mencintai diri anda sendiri meskipun kesalahan kesalahan anda. Terimalah. mereka. Ampunilah mereka. 

Sayangilah anda sendiri untuk kesalahan-kesalahan itu dan anda diampuni dari mendayung perahu terus dalam kehidupan dan anda bebas untuk hidup seperti yang seharusnya, dalarn kebahagiaan, kedamaian dan kesehatan sempurna. Semuanya mulai dengan menerima tanggungjawab atas masa lalu. masa kini dan masa depan. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun