Mohon tunggu...
Madjid Lintang
Madjid Lintang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Orang biasa yang masih terus belajar.

Di hadapan Tuhan aku hanya sebutir debu yang tak berarti. Pembelajar yg tak henti belajar, dan seorang hamba Tuhan yang penuh dosa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tahun Baru Islam Momentum Menata Hati

20 Agustus 2020   11:57 Diperbarui: 20 Agustus 2020   11:56 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Umat Islam di seluruh dunia hari ini (Kamis, 20/08/20), bersukacita menyambut Tahun Baru Islam atau Tahun Baru Hijriyah 1442.

Perhitungan tahun Hijriyah dimulai dari tahun hijrahnya Rasulullah sholallahualaiwassalam dari Kota Mekkah ke Kota Madinah. Tahun hijrah ini menandai kebangkitan Islam sekaligus menjadi simbol perubahan sikap meninggalkan keburukan (jahiliyah) menuju kemuliaan.

Dari tahun ke tahun kita selalu akan bertemu lagi dengan peringatan Tahun Baru Islam. Tahun berganti usia hidup berkurang, adakah kita memetik hikmah dari setiap momen peringatan hari besar tersebut?

Betapa rugi kita bila hari dan tahun berlalu begitu saja tanpa meninggalkan kesan dan hikmah bagi diri kita. Kita rugi bila melewatkan begitu saja momentum yang sesungguhnya bisa kita manfaatkan untuk muhasabah diri. Menjenguk jauh ke dalam diri mencari sesuatu yang perlu diperbaiki.

Sebagai seorang manusia tentu kita banyak melakukan kesalahan dan khilaf. Sebagai seorang muslim kita pun masih jauh dari sempurna dari sisi ilmu dan ibadah.

Dalam momen-momen tahunan peringatan Tahun Baru Islam ini, saya akan introspeksi diri. Memeriksa ulang amal ibadah, pengetahuan dan pemahaman keislaman saya. Yang pasti masih banyak yang perlu ditata ulang. Amal ibadah masih kurang. Akhlak saya pun perlu penataan.

Dalam konteks ini yang paling tepat adalah saya bicara tentang diri sendiri karena diri kitalah yang pantas kita perbaiki. Menurut saya, kita tidak pantas dan tidak punya kapasitas memperbaiki orang lain. 

Dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari pun kita lebih memilih mencari kesalahan sendiri ketimbang mencari kesalahan orang lain. Pilihan sikap ini, menurut saya, lebih aman dan nyaman. 

Dengan pilihan tersebut bukan berarti kita tidak mampu atau tidak peduli terhadap kesalahan orang lain. Kita juga pasti mampu bahkan sangat mudah menemukan kesalahan orang lain. Tetapi, kesalahan orang lain yang tampak di mata kita sebaiknya menjadi bahan kita melihat diri sendiri.

Berkaitan dengan hijrahnya Nabi Muhammad, maka ini sekaligus memiliki arti semangat perjuangan tanpa mengenal kata putus asa serta rasa optimis yang tinggi yakni semangat hijrah dari hal buruk menuju hal yang penuh dengan kebaikan. 

Rasulullah SAW serta para sahabatnya melawan rasa sedih dan juga takut saat hijrah dimana mereka harus meninggalkan tanah kelahiran, saudara dan juga harta benda yang mereka miliki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun