Mohon tunggu...
Madjid Lintang
Madjid Lintang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Orang biasa yang masih terus belajar.

Di hadapan Tuhan aku hanya sebutir debu yang tak berarti. Pembelajar yg tak henti belajar, dan seorang hamba Tuhan yang penuh dosa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang Syamsu Indra Usman, Si Penjaga Budaya Empatlawang

18 Juli 2020   10:44 Diperbarui: 18 Juli 2020   14:19 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 1998, Syamsu Indra Usman mengumpulkan tokoh-tokoh Empatlawang di rumahnya. Di hadapan para tokoh masyarakat dia menyampaikan gagasan agar Empatlawang menjadi kabupaten sendiri, memisahkan diri dari Kabupaten Lahat. Gagasannya itu kemudian terujud.

Syamsu Indra Usman, merupakan tokoh masyarakat empat lawang, dan salah satu budayawan Sumsel, juga seniman. Dia menjaga adat istiadat yang ada dengan tulisan tulisannya.

Puisi Karya Syamsu Indra Usman

Air keruh kembali keruh / banjiri sungai menjadi air mata / gemuruh di hulu menyeret langkah / menjadi mimpi yang rumit / mengikis buih menghanyutkan lumut. Menjelma pekik memilukan / malam menjadi sangat kelam / meluapkan musibah banjir Galang.

Penggalan puisi berjudul Air Keruh Kembali Keruh dibaca Syamsu Indra Usman dengan hikmat di Desa Lubuk Puding, Kecamatan Ulu Musi, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, pada malam yang dingin, ketika menerima kunjungan wartawan Kompas, September 2006.

Puisi itu ditulis untuk mengenang banjir bandang Sungai Betung, anak Sungai Musi, yang menghantam Desa Galang tahun 1996. Banjir yang menerjang saat warga terlelap pada dini hari itu menyapu habis perkampungan di tepian sungai dan juga menewaskan banyak orang.

Tulisan ini sebagai bentuk apresiasi dan kekaguman saya kepada almarhum Syamsu Indra Usman si Penyair Gunung, Penjaga Budaya Empatlawang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun