Mohon tunggu...
Madjid Lintang
Madjid Lintang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Orang biasa yang masih terus belajar.

Di hadapan Tuhan aku hanya sebutir debu yang tak berarti. Pembelajar yg tak henti belajar, dan seorang hamba Tuhan yang penuh dosa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Yang Muda Punya Karya

15 Juli 2020   01:09 Diperbarui: 15 Juli 2020   01:18 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kita sering mendengar kata "karya" atau "berkarya". Bahkan, orantua pun ketika memberi nasihat juga sering mengatakan hal yang sama.

Mengucapkan kata "karya" atau "berkarya" sambil membayangkan kita melakukan sesuatu kemudian berhasil...wah, terasa betapa indah dan menyenangkan.

Apalagi bila yang kita bayangkan itu betul-betul menjadi kenyataan, tentu akan berkali lipat bahagianya.

Oleh karena itu ketika seseorang berhasil membuahkan satu karya, maka dia akan terpacu untuk membuat karya lainnya. Terus dan terus begitu.

Itulah yang dialami Feri Noperman, seorang dosen di Fakultas PGSD Universitas Bengkulu. Dia mengalami keranjingan berkarya. 

Feri Nopetman keranjingan menulis. Dia mulai menulis sejak masih kuliah. Aktivitas menulis dilakukannya di sela-sela kegiatan kampus.

Dia mengawali kebiasaan menulis dengan membuat cerpen. Cerpen pertama disusul yang kedua, ketiga dan seterusnya.

Tak puas menulis cerpen, dia pun memupuk talentanya dengan menulis novel. Novel pun kelar.

Setelah itu dia pun merambah membuat karya ilmiah. Salah satu karya ilmiahnya diterbitkan sebuah jurnal internasional dan terindeks di database Scopus.

Tak sampai di situ, dia yang menguasai bidang studi IPA itu kemudian mengadu peruntungan dengan menulis buku ber-gendre sains dan teknologi.

Tak lama terbitlah sebuah buku berjudul "Pendidikan Sains & Teknologi", Transformasi Sepanjang Masa untuk Kemajuan Peradaban.

Sebuah buku ilmiah yang ditulis dengan gaya populer. Kalimat-kalimatnya renyah dan mengalir.

Buku ini berkisah tentang peran sains dan teknologi dalam peradaban manusia, yang bertransformasi dari masa ke masa dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Feri Noperman mengawali bukunya dengan sebuah ilustrasi sebuah kekacauan kecil pada tanggal 15 Juni 2017, di salah satu bandara tersibuk di Eropa, Bandara Heathrow, di London Inggris. 

Kekacauan karena kerusakan sistem bagasi akibat terputusnya aliran listrik (BBC.com., 2017). Kejadian di Bandara Heathrow hanyalah contoh kecil dampak dari ketiadaan listrik dalam waktu beberapa jam saja. 

Kira-kira apa yang akan terjadi jika ketiadaan listrik tersebut terjadi lebih lama, misalnya berhari-hari atau berminggu-minggu? Apa yang terjadi jika bukan hanya sistem bagasi yang bermasalah, melainkan semua sistem di bandara tersebut? Kekacauan seperti apa kira-kira yang akan muncul? 

Feri Noperisman menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dalam uraian panjang di bab-bab berikutnya. 

Dia bukan hanya memberi jawaban, tetapi juga bercerita tentang sejarah sains & teknologi dalam hubungannya dengan peradaban manusia.

Kembali lagi kepada pertanyaann kenapa harus berkarya? Kenapa gak hidup selow santai aja, mengalir kayak air, kuliah nongkrong kuliah pulang, terus lulus kuliah cari kerjaan yang santai dan gajinya cukuplah buat hidup.

Banyak pasti yang bertanya-tanya kenapa sih orang-orang tertentu mau capek-capek ngeluarin tenaga dan uang, menguras pikiran untuk melakukan sesuatu yang disebut "berkarya", yaitu mengerjakan suatu pekerjaan sampai menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.

Jawabannya bisa kita tanyakan kepada Feri Noperisman yang getol berkarya.

                      *****

Feri Noperman dilahirkan oleh seorang ibu rumah tangga yang bernama Rokiah, pada tanggal 06 Nopember 1982 di desa Gunung Meraksa Baru, sebuah desa di kabupaten pinggiran Provinsi Sumatera Selatan yang berbatasan dengan Provinsi Bengkulu. Ayahnya bernama Hasan Basri, seorang PNS golongan rendah di Dinas Pertanian yang bertugas di kecamatan Muara Pinang. 

Masa kecilnya dihabiskan di desa tersebut sampai dengan tamat SMP, termasuk bersekolah di SDN 17 Gunung Meraksa Baru (sekarang SDN 13) dan SMPN 1 Pendopo (sekarang SMPN 1 Pendopo Barat). 

Setelah tamat SMP pada tahun 1997, ia mulai memberanikan diri merantau ke negeri orang. Pertama ke Kota Lahat, Sumatera Selatan untuk menempuh pendidikan di SMKN 1 Lahat Jurusan Mekanik Otomotif. 

Setelah tamat tahun 2000, ia kembali merantau agak lebih jauh yaitu ke Cikupa, Tangerang, Banten (dulu masih Jawa Barat). 

Disana ia sempat bekerja sebagai buruh pabrik di sebuah perusahaan tekstil selama satu tahun. 

Keingintahuannya yang tinggi terhadap banyak hal membuatnya memutuskan berhenti bekerja untuk ikut seleksi penerimaan mahasiswa pada tahun 2002. 

Ia pun diterima masuk Universitas Bengkulu pada Program Studi Pendidikan Biologi yang kemudian dijalaninya selama 4,5 tahun. 

Setahun setelah tamat S1, tepatnya di akhir tahun 2007, ia diangkat menjadi dosen di Perguruan tinggi yang sama. 

Pada tahun 2010, ia mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan pascasarjana S2 di Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, program studi Pendidkan IPA. 

Semenjak tahun 2008, ia mendedikasikan diri mengajar di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar dengan mengampu mata kuliah pada bidang Pendidikan IPA. 

Ia juga melaksanakan tugas utama lainnya yaitu melakukan penelitian dan pengabdian di SD-SD di Kota Bengkulu. 

Kegiatan menulis sudah dilakukannya sejak masih kuliah di sela-sela waktu luang, termasuk menulis cerpen dan novel. 

Buku ini merupakan karya pertamanya yang diterbitkan secara resmi. 

Karya ilmiah lainnya yang cukup berkesan adalah artikel ilmiah yang diterbitkan di jurnal internasional terindeks scopus dan masuk ke dalam database ERIC, sebuah perpustakaan digital tentang pendidikan yang disponsori oleh Departemen Pendidikan Amerika Serikat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun