Otak manusia yang memproduksi pikiran bekerja atas dasar gelombang seperti halnya receiver pesawat radio atau televisi.Â
Begitu pula alam semesta juga seperti pemancar pusat yang maha besar untuk memancarkan seluruh siaran kehidupan kepada receiver-receivernya yang tersebar diseluruh penjuru bumi.Â
Manusia sebetulnya bukan hanya sebagai receiver atau penangkap siaran saja, tetapi juga bisa berfungsi sebagai pesawat pemancar 2 arah yang terus berinteraksi dengan pemancar pusat yang maha besar di alam semesta. Maka sebenarnya alam semesta ini setiap saat dipenuhi gelombang pancaran yang sangat beragam.
Gelombang pancaran pikiran manusia hanya salah satu dari pancaran gelombang tersebut yang bekerja dalam hitungan Hertz, satuan hitungan putaran gelombang dalam satu detik.Â
Gelombang pikiran manusia sendiri bekerja diantara 0 hertz sampai sekitar 30 hertz per detik. Ini bisa diperiksa atau ditangkap panjang gelombangnya dengan alate electroencephalographatau EEG.Â
Bila manusia mati, panjang gelombang otaknya menjadi 0 hertz, artinya: bila di tubuhnya ditempelkan sensor EEG, yang tergambar di layar alat EEG adalah suatu garis lurus saja dan bunyi panjangtanpa putus.Â
Bila otak manusia masih memiliki pancaran gelombang atau frekwensi, meskipun lemah sekali, si manusia tidak bisa dinyatakan mati secara klinis meskipun secara fisik terlihat sudah mati.
Jadi kondisi yang diakui oleh dunia kedokteran tentang syarat manusia hidup atau mati adalah ada tidaknya gelombang pancaran frekwensi tadi.Â
Tanpa gelombang pancaran frekwensi, manusia bukanlah manusia, dia hanya sosok tubuh yang tidak bisa disebut lagi sebagai makhluk hidup bernama manusia.
Gelombang ini bekerja terusmenerus sepanjang hidup kita. Keberadaannya dan daya pancarnya ditunjang oleh energi di dalam tubuh yang didapatkan dari berbagai sumber. makanan. minuman, udara, matahari, bulan, bintang-bintang. dan alam semesra.