Mohon tunggu...
Madjid Lintang
Madjid Lintang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Orang biasa yang masih terus belajar.

Di hadapan Tuhan aku hanya sebutir debu yang tak berarti. Pembelajar yg tak henti belajar, dan seorang hamba Tuhan yang penuh dosa.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Catatan Perjalanan ke Kota Jambi

19 Maret 2016   09:23 Diperbarui: 19 Maret 2016   10:24 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat Datang di Kota Jambi

Pagi di Kota Jambi, udara segar dan sejuk membuat sekujur tubuh kembali fit. Kota ini damai dan penduduknya ramah terhadap pendatang. Hari ini kami mendapat kesempatan berjalan-jalan menikmati pemandangan kota.
Jambi, nama provinsi sekaligus nama ibukotanya. Kota Jambi memiliki keunikan tersendiri. Destinasi wisata seakan terkumpul jadi satu di kota ini: wisata alam, sejarah, juga wisata belanja semua ada di kota seluas 205,4 km2 ini.
Setiap kali berwisata ke suatu tempat, otomatis Anda akan mencari ikon kota atau landmark kota sebagai latar belakang foto. Tak dimungkiri, ikon kota menjadi salah satu magnet untuk wisatawan.

Di Kota Jambi banyak sekali objek yang bisa jadi ikon. Ada menara Gentala Arasy setinggi 80 meter, ada Masjid Agung Al-Falah yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Seribu Tiang, Jembatan Gantung Pedestrian sepanjang 503 meter, Patung Tari Sekapur Sirih, Kawasan Taman Rimba, Balairung Sari, Jembatan Batanghari I ( Aurduri), Jembatan Makalam, Jembatan Batanghari II, Kawasan Wisata Tanggo Rajo, dan sederet bangunan tua di pusat Kota Jambi.

Pemerintah Kota Jambi memilit menara Gentala Arasy sebagai ikon penanda ciri khas kotanya. Menara Gentala Arasy adalah menara yang dibuat setinggi 80 meter. Menara dengan warna hijau dan kuning yang khas ini terletak di depan Jembatan Pedestrian.

Menara ini dibangun dengan tujuan untuk menarik perhatian wisawatan domestic dan mancanegara. Tak berbeda jauh dengan Monas di Jakarta, Menara ini juga menonjolkan sisi historis Jambi melalui museum dan mini bioskop yang akan menayangkan beragam film dokumenter bersejarah. Bioskop kecil ini berada di dasar menara.

Jika Paris terkenal dengan Eiffel, Kualalumpur dengan Menara Kembar, dan Liberty di New York, maka Kota Jambi punya Menara Gentala Arasy. Lokasi pembanganan Menara Gentala Arasy terletak di Kelurahan Arab Melayu, Kecamatan Pelayangan tepatnya di seberang Sungai Batanghari depan rumah dinas Gubernur Jambi. Pembangunan.

Tak kalah indah dengan Menara Gentala Arasy, Jembatan Pedestrian juga bisa menjadi ikon baru Kota Jambi. Jembatan ini dibangun sepanjang 503 meter dengan lebar 4,5 meter. Jembatan ini sudah dibangun sejak tahun 2012 untuk menghubungkan dua daratan di atas sungai Batang Hari. Dalam proses pembangunannya, jembatan ini menghabiskan dana hampir 90 miliar.
Jembatan Pedestrian dikususkan bagi pejalan kaki. Bentuknya yang menyerupai huruf "S" ini terbentang berkelok-kelok di atas sungai Batanghari. Dengan menyebrang dari jembatan gantung Pedestrian dari depan rumah dinas Gubernur Jambi tersebut, kita langsung bisa sampai ke Menara Gentala Arasy.

Masjid Seribu Tiang

Masjid Agung Al-Falah merupakan masjid terbesar di Provinsi Jambi. Masjid ini juga dikenal sebagai Masjid 1000 Tiang, meskipun jumlah tiangnya hanya 256 buah. Masjid ini terletak di Jalan Sultan Thaha No. 60 Legok, Kota Jambi, Provinsi Jambi, Indonesia. Masjid ini dibangun pada tahun 1971 dan selesai pada tahun 1980.

Bangunan masjid ini memang hanya seperti sebuah pendopo terbuka dengan banyak tiang penyangga dan satu kubah besar di atasnya. Bentuk bangunan dengan konsep keterbukaan tanpa sekat seperti ini menghasilkan konsep ramah. Di rancang sebagai bangunan terbuka tanpa pintu dan jendela, benar benar sejalan dengan nama masjid ini. Al-Falah dalam bahasa arab bila di Indonesiakan menjadi Kemenangan, menang bermakna memiliki kebebasan tanpa kungkungan, mungkin filosofi itu juga yang menjadi dasar dibangunnya masjid ini dengan konsep terbuka. Agar muslim manapun bebas masuk dan melaksanakan ibadah di masjid ini.

Tanah lokasi di mana Masjid Agung ini berdiri, dulunya merupakan pusat kerajaan Melayu Jambi. Namun pada tahun 1885 dikuasai penjajah Belanda dan dijadikan pusat pemerintahan dan benteng Belanda. Hal tersebut sejalan dengan penjelasan sejarawan Jambi, Junaidi T Nur, bahwa Mesjid Agung Al falah ini berdiri di lahan bekas Istana Tanah Pilih dari Sultan Thaha Syaifudin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun