Kita pastinya pernah diganggu oleh mimpi buruk pada malam hari saat kita tertidur. Memang, mimpi buruk lebih sering dialami oleh anak-anak. Menurut AASM (American Academy of Sleep Medicine), sebanyak sepuluh sampai limapuluh persen anak mengalami mimpi-mimpi buruk yang cukup mengganggu, terutama yang berumur enam sampai delapan tahun. Biasanya, anak-anak mengalami mimpi buruk akibat mendengarkan cerita atau menonton film horror, ataupun mengalami kegelisahan pada saat sekolah. Tetapi, anak-anak cenderung untuk melupakannya seiring dengan berjalannya waktu. Lalu, bagaimana dengan mimpi yang dialami orang dewasa?
Menurut AASM, hanya dua sampai delapan persen orang dewasa masih terganggu akibat mimpi buruk. Mimpi buruk tersebut dapat mengganggu orang dewasa sampai mengakibatkan stress dan susah tidur. Jika sudah mengganggu rutinitas sehari-hari kita, tentunya kita harus mengetahui penyebab dari mimpi-mimpi buruk tersebut.
Mimpi buruk yang dialami oleh orang dewasa dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Orang dewasa dapat mempunyai faktor yang sama dengan yang dialami anak-anak, tetapi faktor yang paling umum untuk orang dewasa adalah akibat makan saat larut malam, stress, dan juga akibat obat-obatan.
Mengonsumsi makanan berkarbohidrat tinggi pada larut malam dapat memicu mimpi buruk. Hal ini disebabkan karena karbohidrat yang kita konsumsi dapat meningkatkan kerja otak dan metabolisme tubuh pada malam hari.
Obat-obatan seperti antihipertensi, antidepresan, narkotika, dan obat-obatan lainnya yang dapat mengganggu kerja otak juga dapat menimbulkan mimpi buruk. Tak hanya itu, proses penghentian dalam mengonsumsi obat-obatan seperti antidepresan, narkotika, dan obat-obatan sejenisnya juga dapat menimbulkan mimpi buruk. Penghentian mengonsumsi alkohol juga dapat mengakibatkan mimpi buruk.
Jika mengalami mimpi-mimpi buruk yang cukup mengganggu, kita sebaiknya menanganinya dengan menghindari hal-hal diatas yang dapat memicu mimpi buruk. Jika mimpi buruk terus berlanjut, segera tangani hal tersebut dengan berkonsultasi ke dokter ataupun psikiater.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H