Pulau Maratua memang sering disebut sebagai surga tersembunyi di Kalimantan Timur. Ada beberapa alasan utama mengapa pulau ini begitu populer dan memikat banyak wisatawan, khususnya dari luar negeri.
Pertama adalah spot-spot pantainya yang secara umum memiliki pasir putih yang lembut, dan air laut yang jernih. Pengunjung dapat merasakan kenyamanannya beraktivitas di sepanjang pantai, khususnya tatkala matahari tenggelam di ufuk barat. Sebuah sensasi yang begitu memukau.
Berikutnya adalah aksesibilitas yang semakin baik. Pulau yang terletak di Kabupaten Berau, Kaltim ini dapat diakses melalui dua jalur utama, yaitu jalur udara dan jalur laut. Kini, beberapa maskapai seperti Fly Jaya, Citilink, serta Wings Air tertarik melayani penerbangan hingga ke Bandar Udara Maratua.
Selain keindahan panorama dan aksesnya yang mudah, Pulau Maratua juga memiliki pemandangan bawah laut yang menakjubkan. Terumbu karangnya masih tampak sehat, dengan warna warni ikan dan biota laut lainnya.
Terdapat banyak spot snorkeling dan diving di pulau tersebut. Pada momen-momen tertentu, para penyelam kerap dibuat takjub atas keindahan atraksi sekumpulan Tornado Baracuda  yang membentuk satu tampilan tertentu yang memukau.
Daya tarik yang dimiliki Pulau Maratua ini bahkan diakui oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, Tito Karnavian. Dengan mata kepalanya sendiri, ia menyaksikan banyaknya pengunjung yang datang dari luar negeri demi menikmati keindahan alam bawah laut pulau tersebut.
Tito bahkan tak ragu menyebut wisata Maratua ini berkelas dunia.
"Saya sudah muter seluruh Indonesia, ini yang terbaik," pujinya saat kunjungan kerja ke Kaltim pada Sabtu (14/12/2024) yang disambut oleh Penjabat (Pj) Gubernur Kaltim Akmal Malik.
Menteri Tito Karnavian berharap masyarakat setempat serta pemilik resort memiliki kesadaran menjaga keindahan alam pulau yang semakin populer sebagai destinasi wisata. Ia menekankan pentingnya konservasi untuk melindungi kekayaan alam yang melimpah di gugusan kepulauan Maratua dan Derawan.
Partisipasi aktif masyarakat bersama pemilik resort diharapakan menjadi budaya yang mampu menjaga kebersihan pantai, menekan aksi penangkapan ikan secara berlebihan, serta melaporkan atas aktivitas yang merusak lingkungan. Peran krusial ini memiliki kepentingan langsung terhadap keberlangsungan pariwisata di wilayah tersebut.
"Katakan ada 10.000 ekor sekumpulan baracuda, kalau dijual mungkin hanya laku Rp250 juta. Tapi kalau turis yang datang, mereka bisa membawa puluhan ribu US Dolar," papar Tito.