Saat Ramadhan tiba pasti kita tanpa sadar sering membanding-bandingkan puasa tahun ini dengan yang kemarin. Bener gak? Bahkan, lebih jauh lagi, kita membandingkannya dengan puasa saat kita masih kecil.
Menurut saya sih, hal tersebut wajar saja. Namanya manusia diberikan akal untuk berpikir dan bernostalgia. Terkadang, dari situ kita menemukan hikmah dan pelajaran.Jujur ya, jika diukur dengan tingkat keceriaan, puasa masa kecil itu sama saja dengan sekarang, karena cara berpikir dan interest kita berkembang seiring waktu. Itu menurut saya pribadi.
Dilihat dari mananya?
Dari sholat tarawih berjamaahnya.
Kok bisa?
Karena, dilakukan berjamaah.
Detail, pls?
Ok, jadi begini ceritanya. Hal ini bermula saat masa kecil saya bertarawih di masjid lingkungan tempat saya tinggal.
Saat masih kecil, tentu kenalan kita tidak sebanyak sekarang. Keterbatasan yang ada pada anak-anak sebelum dewasa yang mengakibatkan hal tersebut terjadi. Hal ini berdampak pada jarak tempuh saya, yang baru bocah itu, untuk menikmati ragam sholat tarawih di masjid yang ada.
Kalau tidak sholat di masjid Nurul Fadhilah yang 23 rakaat pasti ke mushola Al Ikhsan. Kalau bosan di Al Ikhsan, ya pindah ke mushola gang sebelah, Al Mursalin, dengan 11 rakaatnya.
Ada kisah menarik ketika sholat tarawih di Al Ikhsan. Jaraknya hanya 50 nomor dari rumah saya. Tapi, untuk sampai ke sana harus melewati rintangan dari anjing-anjing piaraan pemilik rumah.