Sebagian besar orang menggunakan baja anti karat sebagai peralatan rumah tangganya, seperti sendok, garpu, hingga velg ban mobil dan motor. Keberadaan baja antikarat bukan sekadar pilihan, melainkan solusi efektif yang secara istimewa memudahkan setiap individu dalam menjalani rutinitasnya.
Baja anti karat memberikan ketangguhan dan keawetan melalui daya tahan terhadap korosi. Baja ini populer dan praktis, sering dipilih dalam berbagai industri untuk membuat produk besar seperti rangka pesawat dan kapal. Diproduksi melalui proses peleburan khusus, baja ini memiliki kemurnian tinggi dan stabil terhadap panas, bukan hanya bahan, melainkan inovasi yang berdampak positif dalam kehidupan sehari-hari.
Nikel memainkan peran penting dalam industri baja dengan kemampuannya untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan korosi/karat dari material tersebut. Penggunaan bahan nikel tidak hanya terbatas pada industri baja, melainkan merambah di berbagai sektor industri lainnya seperti produksi baterai, elektronik, peralatan medis, dan industri otomotif. Pada perusahaan medis dan kesehatan, senyawa nikel menjadi komponen penting dalam pembuatan pigmen, katalis, serta obat-obatan.
Kebijakan Hilirisasi Nikel di Indonesia
Nikel (Ni) dipilih sebagai komponen dalam pembuatan baja anti karat dikarenakan nikel memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi, serta konduktivitas listrik dan termal yang baik. Unsur Ni sangat reaktif dengan oksigen sehingga keberadaan nikel di alam berupa senyawa.Â
Walaupun nikel bersifat reaktif terhadap oksigen, akan tetapi tidak mengalami korosi, sehingga mempunyai peranan penting dalam industri baja. Campuran nikel dengan krom dan besi menghasilkan baja tahan karat yang biasa disebut baja nirkarat (stainless steel). Sebanyak 70 persen nikel digunakan untuk pembuatan baja anti karat, diikuti oleh penggunaan lainnya seperti logam campuran (8%), pelapisan logam (8%), pengecoran (8%), baterai (5%), dan lainnya (1%).
Sejak Januari 2020, Pemerintah Indonesia melarang ekspor nikel mentah. Kebijakan ini dilakukan supaya industri pertambangan Indonesia memperoleh lebih banyak manfaat dari nikel, daripada hanya diekspor berupa bijih nikel. Tujuan akhirnya adalah memantapkan Indonesia berubah dari sekedar penonton di industri kendaraan listrik di dunia menjadi pemain yang disegani.
Kebijakan hilirisasi nikel ini membawa dampak peningkatan pendapatan negara di sektor minerba. Sebelumnya, Pemerintah Indonesia hanya mendapatkan Rp 15 triliun dari nilai ekspor bahan mentah nikel, tetapi setelah kebijakan hilirisasi nikel, Pemerintah Indonesia mendapatkan Rp 360 triliun yang berasal dari produk setengah jadi atau produk akhir nikel.Â
Angka ini bertambah drastis karena proses pengolahan bijih nikel menjadi feronikel. Kenaikan nilainya hingga menyentuh angka 10 kali lipat, sedangkan nilai tersebut meningkat 19 kali lipat jika diolah menjadi stainless steel.Tercatat pada tahun 2022, nilai ekspor ferronikel mencapai USD13,6 miliar, atau meningkat 92 persen dibandingkan nilai ekspor pada tahun 2021 yang sebesar USD7,08 miliar.Â
Nilai ekspor nikel matte juga melonjak sebesar 300 persen, dari USD0,95 Miliar pada tahun 2021 menjadi USD3,82 Miliar pada tahun 2022. Hadirnya smelter dalam kerangka hilirisasi nikel ini juga memberikan dampak pada sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di wilayah sekitar smelter, termasuk kesejahteraan masyarakatnya.