Mohon tunggu...
Sandy Gunarso
Sandy Gunarso Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Komunikasi

Berhenti memuaskan orang karena kepuasan tiada batasnya

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Chase the Throne: Episode 4

27 September 2022   10:13 Diperbarui: 27 September 2022   10:20 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Episode 4:

Mundur Selangkah Untuk Menang Berikutnya

Hamparan sawah menguning terbentang sangat luas seperti permadani raksasa yang menyelimuti wilayah kota Kornmagasin, Provinsi Wirmalin. Suara ayam jantan terdengar bersayutan mengiringi perjalanan Red dan keluarganya saat melewati perbatasan kota. Wilayah barat Kerajaan Toucan ini sungguh layak disebut sebagai pusat pangan kerajaan.

Perjalanan panjang malam hari sepertinya sudah berakhir dengan sapaan cahaya matahari yang menghangatkan wajah Red. Waktu menunjukkan pukul 06.20, artinya Red sudah mengemudi sekitar enam jam sejak meninggalkan rumah Cloudy pada pukul 00.10.

Red berusaha menahan kantuknya untuk tetap mengemudi meski jiwanya seperti sudah meninggalkan raga untuk melepas lelah di alam mimpi. Red membesarkan sedikit suara musik di telepon genggamnya. Red tidak mau menggunakan perangkat musik yang menyatu di layar kendali mobil dia kawatir mengganggu peta navigasi.

"So, I say a little prayer. And hope my dreams will take me there. Where the skies are blue. To see you once again, my love. Overseas, from coast to coast..."

"Kak, berhentilah sebentar di tepi sawah itu ya. Biar aku gantikan kamu mengemudi mobil." Sapa Bee sambil menepuk pundak kiri Red.

"Pagi, Bee. Kamu sudah bangun rupanya. Tidak apa-apa, aku masih kuat kok." jawab Red dengan wajah sedikit terkejut saat Bee menyapanya.

"Kakak, ayolah. Aku mau mandi di rumah Om Orez bukan di parit yang kotor itu. Hehehe."

"Ah, kamu memang adikku yang terbaik, Bee. Baiklah aku akan menepi dulu ya sayang."

Red menghentikan mobilnya di tepian sawah. Kafein dari segelas kopi kental yang dibelinya di minimarket rupanya tidak mampu meningkatkan adrenalin untuk membantu Red menyelesaikan perjalanan panjang menuju rumah Orez Blackey di Pusat kota Kornmagasin.

Red lalu turun untuk bertukar posisi dengan Bee. Sewaktu mereka berjalan ke posisinya masing-masing, sebuah proyektil peluru melesat cepat dan mengenai lengan kiri Red.

"Slep!"

"Argh!"

Teriakan Red membangunkan Cloudy dan Rich yang masih tidur di kursi masing-masing. Cloudy segera menarik tangan kanan Red untuk masuk ke dalam mobil, lalu menyuruh adiknya untuk memacu mobil melanjutkan perjalanan. Cloudy segera mengambil kotak obat di bawah kursi pengemudi untuk menyumbat darah Red yang terus mengalir keluar membasahi kaosnya.

"Dor! Dor! Dor!"

Para pembunuh bayaran terus menembaki mobil Cloudy secara sembarangan. Rupanya anak buah Jecko melihat mobil Cloudy sejak Red beristirahat di stasiun pengisian bahan bakar minyak. Mereka baru menyerang rombongan Rich di perbatasan kota karena tidak ingin menarik perhatian media massa akibat ledakan di stasiun pengisian bahan bakar minyak.

Bee mengemudikan mobil SUV berwarna merah itu dengan penuh semangat. Mobil berbelok ke kanan dan ke kiri untuk menghindari proyektil peluru yang membuntuti mereka. Kaca belakang akhirnya pecah tertembus salah satu proyektil. Cloudy dan ketiga lainnya menunduk di balik kursi mobil mengantisipasi terkena proyektil peluru.

Para pembunuh bayaran itu terus mengejar rombongan Rich sambil melepaskan tembakan tanpa henti. Kedua mobil saling berkejar-kejaran di tengah hamparan sawah. Sebagian proyektil peluru mengenai tubuh para petani yang sedang menggembalakan kerbau untuk membajak sawah. Di saat itu, Cloudy mencoba menghubungi Orez untuk meminta bantuan.

"Halo, Kak. Tolong aku! Sejumlah pria di mobil belakang terus menembaki kami!" seru Cloudy saat Orez menjawab panggilan teleponnya.

"Posisimu sekarang di mana, dik?!" jawab Orez dengan nada panik.

"Aku baru melewati sebuah kincir angin raksasa berwarna biru! Kakak, segera tolong kami!"

"Oke, aku dan teman-teman akan segera menolong kalian! Tetaplah ikuti jalan lurus tanpa berbelok di setiap perempatannya ya. Setiba di kincir angin berwarna jingga, kalian akan dilindungi oleh personil jaga yang melakukan penutupan jalan!"

Kota Kornmagasin di Provinsi Wirmalin tidak hanya diubah Orez Blackey menjadi kawasan lumbung padi Kerajaan Toucan. Orez juga menjadikan Kota Kornmagasin sebagai kota pertahanan perang untuk menjaga keamanan Kerajaan Toucan dari serangan musuh di wilayah barat. Untuk itulah, Kota Kornmagasin mempunyai persenjataan perang yang lengkap dibandingkan kota-kota lain di seluruh Kerajaan Toucan.

Para pembunuh bayaran itu sama sekali tidak menduga jika mereka akan berhadapan dengan pasukan tempur nomor satu di Kerajaan Toucan. Para penjahat itu hanya berusaha menyelesaikan tugas dari pimpinannya tanpa mau mencari tahu lokasi tempat pembunuhannya.

Orez Blackey terkenal sebagai pria dengan ide-ide sangat cemerlang. Ide-ide cemerlangnya itu mampu mengubah wilayah barat menjadi wilayah dengan hasil panen terbesar untuk menopang kebutuhan pangan nasional. Salah satu ide cemerlang Orez yang terbaik berupa bangunan lima kincir angin dengan warna mencolok di seluruh kota. Kelima kincir angin itu digunakan Orez sebagai penanda wilayah supaya mempermudahnya untuk mengelola sumber daya di seluruh kota.

Kincir angin raksasa berwarna biru dibangun Orez sebagai penanda lokasi awal dari Kota Kornmagasin. Orez menyebut wilayah kincir angin biru itu sebagai wilayah biru atau pembibitan. Sebuah laboratorium pertanian dan peternakan berdiri di wilayah biru. Orez menempatkan sejumlah ilmuwan di bidang pertanian dan peternakan untuk mengembangkan benih jenis baru dari beragam tumbuhan, khususnya tumbuhan pangan. Selain itu, Orez juga perhatian dengan pembibitan hewan darat, hewan air tawar atau laut, serta hewan yang bersayap seperti ayam, bebek, dan burung.

Selanjutnya adalah kincir angin berwarna hijau. Pada wilayah hijau ini, Orez membangun pusat pelatihan pertanian dan peternakan. Orez membekali setiap petani dan peternak dengan pengetahuan dari para pengajar terbaik Kerajaan Toucan. Selain pengetahuan, Orez juga memberi kesempatan bagi para peserta didik untuk bekerja sebagai petani dan peternak kerajaan. Di wilayah hijau inilah hasil pembibitan dari wilayah biru ditanam hingga tumbuh subur dan siap panen.

Setelah kincir angin berwarna biru dan hijau, Orez membangun kincir angin berwarna jingga. Pada wilayah ini, Orez mendirikan pusat pemerintahannya. Sejumlah gedung pencakar langit berdiri berjajar. Orez menjadikan wilayah jingga sebagai lokasi pengelolaan bisnis dan manajemen untuk seluruh kota. Selain itu, Orez membangun sebuah sekolah dan universitas bagi seluruh anak di Kota Kornmagasin. Orez ingin setiap anak yang berada di wilayah kekuasaannya merasakan pendidikan setara tanpa ada perbedaan baik dari pengajar maupun fasilitasnya. Orez ingin semua anak di kotanya menjadi pribadi tangguh dan siap bekerja bagi kemajuan Kerajaan Toucan.

Selain menjadikan wilayah jingga sebagai pusat pemerintahan dan pendidikan, Orez juga menjadikan wilayah jingga sebagai pusat hunian warga. Orez membangun 1.200 rumah di lahan seluas 108.000 meter persegi. Dengan begitu, setiap warga mempunyai lahan seluas 90 meter persegi untuk dibangun rumah dan lain sebagainya. Orez tidak mengijinkan setiap warganya untuk memiliki rumah di wilayah lainnya.

Wilayah keempat mempunyai kincir angin raksasa berwarna merah. Orez membagi wilayah merah menjadi empat area penting. Keempat area ini diberikan tanda khusus berupa simbol-simbol hewan predator supaya pasukannya mempunyai keberanian dan semangat bertempur yang luar biasa saat berperang melawan musuh negara lain atau menangani para pemberontak yang ingin melakukan kudeta pada raja.

Area pertama pada wilayah merah dibangun sepasang tugu kepala singa berukuran raksasa sebagai pilar penyangga gerbang utamanya. Singa dipilih karena wibawanya sebagai raja hutan. Untuk itu, Orez menggunakannya sebagai simbol dari para pemimpin kelima kesatuan militer yang meliputi Pasukan Angkatan Darat, Udara, Laut, Kepolisian, dan Badan Inteligen Kerajaan.

Pada area kedua wilayah merah, Orez menggunakan simbol kepala serigala. Orez memilih serigala sebagai simbol kedua karena dia melihat bahwa serigala adalah hewan cerdas dengan kemampuan intelektual tinggi. Untuk itu, pada area serigala ini, Orez mendirikan sebuah universitas militer sebagai pusat pendidikan dan pelatihan bagi para pemuda kerajaan. Dosen dari kalangan militer serta fasilitas belajar nomor satu disediakan universitas.

Pada area ketiga, Orez menggunakan simbol panther sebagai pilar penyangga gerbang utama. Pilihan panther karena Orez melihat bahwa panther sangat cekatan dan lincar saat memburu mangsanya. Daya sergap dan kemahiran panther saat berburu sangat cocok dengan pasukan buru sergap di kelima kesatuan. Para prajurit yang masuk menjadi anggota panther artinya mempunyai kemampuan yang hebat sebagai tentara, polisi, serta mata-mata kerajaan.

Pada area keempat di wilayah merah, Orez menggunakan simbol beruang. Beruang dipilih Orez karena beruang adalah predator yang paling pandai menyimpan makanan sebagai bekal untuk mempersiapkan diri saat memasuki musim dingin. Filsafat itulah yang membuat Orez membangun gedung-gedung pergudangan untuk menyimpan senjata dan perlengkapan tempur lainnya di area beruang, termasuk pusat reparasi senjata dan pusat pengembangan senjata.

Setiap warga sipil dilarang memasuki wilayah merah tanpa menunjukkan surat ijin atau surat perintah yang berasal dari Kementerian Militer Kerajaan di wilayah jingga. Untuk itu, Orez membangun sepasang tugu batu raksasa berbentuk roket tempur sebagai pilar gerbang utama wilayah merah. Orez menyiagakan sejumlah anggota militer yang bergiliran untuk menjaga gerbang utama di wilayah merah.

Selain mengumpulkan pasukan di wilayah merah, Orez juga membentuk satuan keamanan lokal di wilayah biru. hijau, jingga, dan hitam. Dengan begitu, saat terjadi gangguan keamanan di wilayah lokal, maka petugas keamanan setempat dapat langsung bergerak untuk mengendalikan situasi dan tidak sampai menyebar ke wilayah lain.

Kincir angin terakhir yang dibangun oleh Orez adalah kincir angin berwarna hitam. Pada wilayah hitam ini, Orez menyebutnya sebagai pusat daur ulang sampah. Ores membaginya menjadi tiga area di dalam wilayah hitam. Area pertama berwarna dasar hitam dengan goresan dua garis miring berwarna putih adalah area untuk mendaur sampah organik dari sisa makanan atau sampah dapur milik warga seluruh kota. Hasil olahan sampah organik ini berupa pupuk yang digunakan para petani di wilayah biru dan hijau.

Area kedua berwarna dasar hitam dengan dua garis miring berwarna perak. Pada area ini, Orez membangun pusat daur ulang besi dan logam lainnya. Segala jenis mobil dengan usia 40 tahun atau lebih akan dibawa ke area hitam perak untuk diolah menjadi logam baru yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan atau dijual untuk menambah devisa kota.

Area ketiga dari wilayah kincir hitam ini diberi warna dasar hitam dengan dua garis miring berwarna kuning. Wilayah ini dijadikan Orez sebagai pusat daur ulang sampah plastik. Segala macam barang-barang plastik dari seluruh kota maupun kerajaan dibawa ke area hitam kuning ini untuk dilebur dan jadikan sebagai bahan dasar pembuatan barang-barang kebutuhan pertanian seperti pot tanaman, ember, selang air, dan lain sebagainya. Selain itu, hasil daur ulang plastik juga digunakan untuk membuat pakaian, celana, hingga selimut.

Di sebuah rumah berlantai dua, Orez tampak bersiap berangkat menuju pusat komando. Orez ingin memastikan sendiri keselamatan sang adik. Di dalam perjalanan, Orez berkoordinasi dengan komandan pasukan di wilayah merah untuk menangkap para pembunuh bayaran.

"Halo, Pak Win. Tolong ijinkan mobil SUV berwarna merah dengan nomor polisi DBS 1111 KY untuk masuk melewati pos penjagaan saat penutupan jalan di perbatasan hijau dan jingga. Mobil itu milik adik saya." jelas Orez pada Komandan Pasukan Wilayah Merah.

"Siap, Pak. Saya mengerti dan segera mengamankan keluarga Bapak." jawab sang komandan di dalam pusat komando.

"Sorry, Pak. Satu lagi. Tolong tangkap para pengacau kota itu. Kalau perlu lakukan tindakan tegas terukur berupa tembak mati di tempat jika mereka melawan!"

"Siap laksanakan, Pak!"

Di saat bersamaan, pusat komando di wilayah merah menerima laporan dari keluarga petani di wilayah biru yang tertembak oleh para pembunuh bayaran. Pasukan bergegas bergerak mengamankan pusat kota di wilayah jingga. Pusat komando juga memerintahkan seluruh petugas keamanan untuk mengejar para pembunuh bayaran serta menutup perbatasan di wilayah jingga dan hijau. Polisi lokal kedua wilayah juga sudah bersiap usai mendapatkan perintah dari pusat komando.

Palang besi silinder berukuran diameter 22 sentimeter diletakkan pada lajur kiri jalan sehingga kendaraan hanya dapat menggunakan satu lajur di sebelah kanan jalan. Begitu pula dengan arah sebaliknya dari wilayah jingga ke wilayah hijau.

Pemeriksaan ketat dilakukan polisi saat memasuki wilayah jingga. Setiap kendaraan yang melintas diwajibkan menunjukkan barcode untuk pencocokan data diri. Jika tamu dari kota lain akan berkunjung ke wilayah jingga, maka mereka wajib dijemput oleh keluarganya untuk membantu menunjukkan barcode pada petugas.

Sebuah truk militer dengan satu peleton anggota militer tambahan bergerak dari wilayah merah menuju lokasi penutupan jalan di wilayah jingga. Pasukan ini akan bergabung dengan regu polisi setempat untuk mengatisipasi terjadinya serangan militer menggunakan senjata perang yang besar. Pasukan juga dibekali dengan sejumlah pistol laras panjang yang diisi proyektil peluru tajam di dalamnya serta dua buah roket berukuran sedang.

Setiba pasukan merah di lokasi, mereka langsung menyiapkan seluruh persenjataan dan amunisinya. Prajurit menyiapkan roket luncur beserta kaki penopang, senjata laras panjang otomatis berukuran besar beserta kaki penopang, serta sejumlah rompi antipeluru dan granat tangan. Pasukan sudah dibiasakan melakukan standar keamanan itu sejak menempuh pendidikan militer di wilayah merah.

Di waktu bersamaan, para pembunuh bayaran terus mengejar mobil Cloudy dan tidak berhenti menembakinya. Bee memacu mobil itu dengan kecepatan tinggi melintasi lahan pertanian di wilayah hijau. Jarak antara mobil Bee dan para pembunuh itu sekitar 500 meter sehingga proyektil peluru hanya terdengar keras tetapi sama sekali tidak mengenai targetnya. Proyektil peluru itu hanya melayang di udara lalu terjatuh di jalanan.

"Mobil hitam segera berhentilah menembak dan segeralah berhenti atau kami akan lakukan tindakan tegas!" seru polisi wilayah biru menggunakan pengeras suara dari mobil patroli mereka.

"Dor! Dor! Dor!"

Dua penjahat membalas peringatan polisi dengan tembakan membabi buta dari jendela kiri dan kanan belakang.

"Rich! Kami akan tetap membunuhmu! Hahaha!" teriak seorang pembunuh bayaran dari dalam mobil.

Saat mobil para penjahat itu melintasi perempatan keempat dan terakhir di wilayah hijau, tiba-tiba sebuah roket milik militer Kota Kornmagasin meluncur dengan sangat cepat dari arah perbatasan wilayah jingga ke arah mobil para pembunuh bayaran. Roket itu menghantam keras mobil para penjahat dan terjadilah ledakan hebat di tengah jalan. Roket terpaksa diluncurkan oleh anggota militer karena para penjahat itu terus menerus melepaskan tembakan dan mengabaikan peringatan dari polisi lokal wilayah biru.

Keempat pembunuh bayaran meninggal dunia bersama dengan mobil mereka yang meledak hebat. Bee mengurangi kecepatannya usai melihat ledakan hebat di belakangnya. Bee lalu berhenti di perbatasan. Cloudy bergegas turun dari mobil dan berjalan menemui komandan operasi penutupan jalan. Selang beberapa menit kemudian, Cloudy kembali ke mobil dan meminta Red bersabar menunggu mobil ambulan.

Red tampak lemah karena mulai kehabisan darah akibat luka tembak saat di tepian sawah. Belum selesai Bee menghibur sang kakak, tiba-tiba sebuah mikrofon sudah berada di depan wajahnya. Seorang reporter perempuan bernama Natalie Rondmap memegang mikrofon itu sambil mengajukan pertanyaan.

"Apakah ini salah satu korban selamat dari ledakan di wilayah hijau tadi?" kata Natalie sambil menjulurkan tangannya yang memegang mikrofon bertuliskan Televisi Kerajaan Toucan.

"Hah! Em, i i iya... i i ini... Kakakku!" seru Bee dengan wajah terkejut dan bersuara gagap tanpa mampu berkata-kata.

"Kapan ledakan itu terjadi? Mengapa bisa terjadi ledakan?"

Bee hanya mendengarkan Natalie bertanya tanpa sanggup menjawabnya karena saat peristiwa terjadi, Bee sangat serius mengemudikan mobil. Dia pun tidak tahu asal dari roket yang meledakan mobil para pembunuh bayaran.

Siaran langsung itu rupanya ditonton Redius Bluesky dari kamar 411 di Hotel Montegino. Redius segera mengambil telepon genggamnya untuk menghubungi Jecko. Wajah Redius tampak kesal dan terus menerus mengumpat di dalam hati.

"Kamu segera ke hotel sekarang!" seru Redius pada Jecko dari telepon genggamnya.

"Siap, Pak." jawab Jecko dengan nada panik.

Sementara itu, tim medis wilayah jingga datang di lokasi kejadian. Mereka segera menolong Red dengan membawanya ke rumah sakit. Rich dan Bee diminta menemani Red ke rumah sakit sedangkan Cloudy pergi ke wilayah merah untuk menemui Orez.

"Rich, nanti kita bertemu di rumah sakit ya. Tenang saja, petugas akan mengantarkanku." kata Cloudy saat berpisah dengan Rich.

"Oke oke. Kamu juga hati-hati ya, Clo." jawab Rich sambil masuk ke dalam ambulan.

Mobil Ambulan mulai bergerak meninggalkan lokasi kejadian. Begitu pula dengan mobil militer yang membawa Cloudy. Setiba di perempatan wilayah jingga, Mobil Ambulan berbelok ke kanan untuk masuk ke pusat wilayah jingga, sedangkan mobil militer terus lurus menuju wilayah merah.

"Terima kasih ya Bee. Kamu hebat nyetirnya tadi." kata Red sambil memegang tangan Bee yang duduk menemaninya di dalam mobil ambulan.

"Papa juga keheranan dari siapa kamu belajar mengemudi seperti itu." sambung Rich sambil merangkul leher Bee.

"Hahaha. Aku gitu loh. Tidak rugi toh papa ijinkan aku menonton film balapan di bioskop. Hahaha." jawab Bee sambil tertawa bersama Rich dan Red.

Waktu menunjukkan pukul 17.15 saat mobil ambulan tiba di Rumah Sakit Saint Mama di wilayah jingga. Petugas langsung menurunkan Red yang terbaring lemah di atas kasur dorong dengan selang infus yang menggantung di tangan kirinya. Usai menyelesaikan proses administrasi, Rich dan Bee menyusul Red ke kamar 2019.

Sementara itu, Jecko beserta dua anggotanya sudah tiba di hotel. Mereka segera naik ke lantai empat untuk menemui Redius. Jecko tampak panik karena dia mengetahui bahwa mobil anak buahnya meledak dan gagal menyelesaikan tugas untuk membunuh Cloudy dan Rich.

"Ting tong!"

"Sebentar!" jawab Redius sambil berjalan untuk membukakan pintu kamar.

"Pak..." sapa Jecko saat melihat Redius membukakan pintu kamar.

"Em! Mengapa kamu bisa gagal membunuh Rich?!"

"Rencana kami digagalkan oleh pasukan militer Orez, Pak."

"Orez Blackey? Sang Wali Kota itu?"

"Iya, Pak. Kok Bapak bisa tahu dia?"

"Kurang ajar! Beraninya dia mencampuri urusan saya! Kurang ajar! Dia belum tahu siapa saya!"

Redius lantas mengambil telepon genggamnya di atas kasur. Dengan wajah serius, Redius mencoba menghubungi kolega politiknya di Kerajaan Toucan yang bernama Franky Capra. Redius sangat akrab dengan Capra sejak mereka berdua merencanakan kudeta dengan mengadu domba dua kerajaan.

Franky Capra berasal dari Partai Ziega. Satu dari dua partai besar yang menguasai seluruh Kerajaan Toucan. Posisi Capra sebagai Wakil Ketua Umum Partai Ziega memberinya kekuasaan untuk menentukan sejumlah kebijakan penting di ranting-ranting partai. Artinya, Capra cukup memberikan perintah dan ratusan orang akan bergerak untuk mewujudkan segala keinginannya.

"Halo Frank, Apa kamu sudah dengar ledakan di Kota Kornmagasin?" kata Redius pada Franky.

"Halo sahabatku! Lama kita tidak berdiskusi! Hahaha! Iya iya, saya sudah melihat beritanya pagi tadi." jawab Franky dari rumahnya.

"Sahabat, apakah kamu mengenal Orez?"

"Tentulah saya mengenalnya. Kami melawannya saat pemilihan wali kota. Ada apa gerangan sampai sahabatku ini bertanya tentangnya."

"Hahaha, sepertinya rencana kita akan lebih mudah jika Orez itu mati!"

"Siap! Segera saya kumpulkan orang untuk menyiapkan rencananya ya. Hahaha!"

Bersambung...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun