Sebagian orangtua, menilai kemampuan anak berdasarkan nilai dari hasil ulangan di sekolahnya.
Saat anak tidak mencapai nilai maksimal, maka orangtua langsung menilai bahwa anak tidak pandai dan kurang cakap dalam menyerap ilmu pengetahuan. Padahal belum tentu kepandaian anak hanya diukur dari nilai hasil belajarnya di sekolah.
Nilai hanyalah salah satu faktor untuk mengukur kemampuan anak untuk menangkap dan menyerap informasi dari para guru di sekolah, sedangkan masih banyak faktor lain yang ikut mempengaruhi kemampuan anak selama menjalani proses belajar di sekolah.Â
Untuk itu, orangtua perlu mengerti kondisi anak saat belajar di sekolah, termasuk kondisi lingkungan sekolah, guru-guru, hingga teman sekelas dan teman satu sekolahnya.
Ironisnya, sebagian orangtua langsung menilai bahwa sang anak tidak mampu menangkap pelajaran hanya karena nilai ujian mereka rendah. Bahkan, sebagian orangtua langsung memberikan label bodoh pada anak saat mereka melihat nilai kecil dari laporan hasil belajar di akhir tahun ajaran.
Nilai laporan hasil belajar bukanlah semata menjadi acuan mutlak dari prestasi anak di dunia. Masih banyak indikator lain yang harus dilihat dan diamati orangtua sebelum mengukur kemampuan anak. Nilai akademis bukan pula sebagai nilai mutlak yang menjamin keberhasilan anak di masa depan.
Orangtua perlu menjelaskan bahwa sekolah itu sebenarnya tempat latihan agar setiap orang terbiasa berpikir dan bersosialisasi. Sebab, jika orang sudah terbiasa berpikir, maka mereka akan lebih mudah menjalani hidup, karena mereka memiliki kemampuan untuk melihat suatu masalah secara lebih jelas dan menyelesaikannya dengan cara terbaik tanpa menimbulkan masalah baru.
Selain itu, Orangtua juga perlu menjelaskan bahwa sekolah itu tempat mengumpulkan informasi tentang segala sesuatu di dalam kehidupan, karenanya dengan banyak informasi yang didapat dari sekolah, maka akan membuat anak tidak mudah cemas dan lebih cepat beradaptasi di dalam lingkungan baru.
Informasi dasar seperti di atas, hendaknya disampaikan orangtua secara berkala pada anak. Jangan biarkan anak menjalani rutinitas sekolah tanpa mengetahui secara jelas tujuan dan alasannya untuk bersekolah.
Ingat! Kegiatan yang dilakukan secara terus menerus tanpa tujuan jelas akan membuat orang kelelahan dan putus asa. Mereka seperti berjalan di lorong gelap dalam kondisi lapar tanpa harapan.