Jumlah penikmat kopi di Indonesia menunjukkan peningkatan rata-rata sebesar 7% tiap tahunnya, sehingga disadari atau tidak, minum kopi kini telah menjadi gaya hidup dari sebagian masyarakat Indonesia (BeritaSatu.com).
Alasan lain seseorang mengonsumsi kopi tentunya karena manfaat kesehatannya bagi tubuh, penghilang rasa kantuk, atau ada juga sekadar pemanis lidah.
Fenomena terjadinya peningkatan pecinta kopi di Indonesia sedang tinggi bukan hanya karena rasanya, melainkan juga menjamurnya tempat-tempat untuk menikmati kopi. Maka tak pelak jika banyak kedai kopi dijadikan sebagai tempat nongkrong.
Memang, tidak ada yang salah dengan mengonsumsi minuman ini, tetapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para penikmat kopi, yakni dari sisi waktu.
Nah, bagaimana jika mengonsumsi kopi selama bulan puasa Ramadan? Adakah dampak negatifnya? Dan, apakah perlu mengatur waktu untuk tetap bisa minum kopi?
Berdasarkan informasi tentang kesehatan yang ada, mengonsumsi kopi saat sahur akan cepat mengalami dehidrasi karena kopi akan lebih mudah menguras cairan tubuh.
Hal tersebut dibenarkan oleh ahli nutrisi, dr. Rita Ramayulis, yang mengatakan bahwa meminum kopi saat berbuka puasa berisiko menyebabkan peningkatan asam lambung. Jika mengkonsumsinya di waktu makan sahur bersifat diuretik atau mudah menimbulkan dehidrasi. Kondisi lainnya, meminum kopi di waktu sahur dapat mengganggu sistem pencernaan.
Pada dasarnya, kopi dapat meningkatkan asam klorida dan cairan lambung yang membantu menghancurkan makanan di dalam perut.
Bahayanya, kondisi perut yang kosong dapat merusak bagian dalam perut yang bisa mengakibatkan maag. Hal ini begitu mudah menjangkiti seseorang yang memiliki masalah peradangan lambung atau dikenal dengan istilah gastritis.
Prinsipnya, pada saat seseorang baru terbangun dari tidur dan ingin melakukan sahur, perut berada dalam keadaan kosong alias tidak terisi makanan. Pada saat itu, tubuh akan memproduksi hormon kortisol yang dapat menambah energi dan meningkatkan fokus dalam melakukan aktivitas.