Oleh Alm. Ustadz Arifin Ilham*
Dunia bukanlah tempat manusia yang sesungguhnya. Seperti seorang musafir yang singgah di suatu tempat untuk sejenak beristirahat, maka kita pun tidak lama hidup di dunia ini.
Dan, untuk dapat memperoleh kebahagiaan hidup di dunia yang sebentar, sebelum hidup di akhirat nanti, tentunya dengan mengikuti aturan-aturan yang telah dibuat oleh Sang Pencipta Kehidupan itu sendiri.
"Bagi berita mereka gembira dalam kehidupan di dunia dan di akhirat,"Â (Surah Yunus: 64).
Allah gembirakan mereka yang taat itu di dunia apalagi di akhirat nanti.
Islam adalah manhaj kehidupan. Manhaj artinya jalan yang terang). Ia mengatur semua aspek kehidupan manusia, sejak dari bangun tidur sampai dengan bangun kembali.
Dan, waktu yang sebentar di dunia ini tidak ada yang sia-sia bagi hamba yang beriman. Segala hal yang sudah dilakukan seorang hamba tercatat sebagai nilai ibadah, nilai amal saleh, nilai dakwah, dan nilai muhasabah.
Puncak kesuksesan atau prestasi tertinggal seorang Mukmin adalah ada pada kesempurnaan nilai muhasabah (introspeksi) dirinya, pasalnya tidak ada energi paling kuat dan dahsyat yang hadir dari pribadi Mukmin selain perbaikan dan perbaikan.
Dan, inilah yang menjadi kesibukan seorang Mukmin. Setiap detiknya, dia berusaha keras untuk menjadi lebih baik, lebih baik, dan lebih baik. Ibadah, amal saleh, dakwah, dan muhasabah, yang menjadi persembahan kepada Tuhannya, dilakukan dengan sebaik yang dia mampu kerjakan.
Setiap waktu, dia tidak merasa terbebani dalam melakukan kesemuanya itu, karena ada target terbesar yang menjadi incarannya, yaitu Husnul Khatimah.