"Tak ada yang lebih mengerikan dari wabah yang datang, kecuali rasa kemanusiaan yang ikut menghilang."
Covid-19 atau sederhananya virus corona hingga saat ini masih menyisakan permasalahan yang belum sepenuhnya terselesaikan. Penghujung maret hingga akhir mei menjadi momen yang cukup parah, kepanikan dan rasa takut yang terkadang berlebihan di masyarakat menimbulkan tindakan -tindakan yang secara tidak langsung justru merugikan.
Kita ambil contoh dengan keberadaan masker medis, dulu hanya dipandang sebagai produk yang tidak terlalu penting. Posisi dan letaknya di etalase mini market pun kadang tidak banyak orang yang tahu.
Tapi semenjak meningkatnya kasus corona masker medis menjadi buruan utama, kelangkaan terjadi dimana -mana. Apotik kekurangan, mini market apalagi, bahkan titik terparah ketika rumah sakit pun mulai membutuhkan lebih banyak ketersediaan masker medis.
Orang-orang melakukan pembelian besar-besaran, hingga akhirnya beberapa apotik melakukan batasan pada pembelian. Harga masker menjadi sangat mahal, keberadaannya pun seolah sulit ditemukan.
Secara bisnis, permintaan yang sangat banyak dan berlebih akan berpengaruh pada suplai. Suplai mungkin saja dibatasi, dan harga bisa saja dinaikan bahkan sangat tinggi mengiringi tingginya permintaan. Jadi langka dan mahalnya masker medis di pasaran saat itu, sedikit banyaknya ada keterlibatan dari prilaku kita juga sebagai para penggunanya.
Di tengah wabah yang hingga kini belum menentu, prilaku dan sikap cerdas kita akan sangat berpengaruh dalam berbagai lini. Misalnya, secara financial berhemat dalam pengeluaran, dan tidak melakukan penarikan besar-besaran apalagi sampai mengosongkan saldo di rekening, adalah salah satu bentuk prilaku cerdas yang akan membantu Makroprudensial Aman Terjaga.
Dalam contoh lain, berhubungan dengan langka dan mahalnya masker medis beberapa waktu lalu. Saya bersama beberapa rekan-rekan sempat melakukan sedikit gerakan bertajuk "Bersama untuk sesama." Sebuah langkah yang kami pilih dalam menyikapi kondisi masker medis di pasaran.
Tingginya permintaan menjadi variabel utama yang berpengaruh terhadap harga dan ketersediaan, lebih dari itu seolah tak ada opsi dan pilihan lain untuk masyarakat dalam menjaga protokol kesehatan.
Hingga satu waktu ada sebuah pernyataan di media sosial (akun instagram) dari gubernur Jawa Barat bapak Ridwan Kamil, "masker bedah (medis) yang saat ini langka sebaiknya diprioritaskan untuk mereka yang sakit, dokter dan tenaga kesehatan.
Mereka yang sehat dan ingin membeli bisa menggunakan masker kain yang masih bisa menahan droplet hingga 70%. Jangan sampai yang sakit, para dokter dan tenaga kesehatan kehabisan masker bedah karena habis dibeli oleh mereka yang sehat."