Penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu pada orang dewasa di Amerika. Penyakit jantung, stroke, dan penyakit periferal arterial merupakan penyakit yang mematikan. Di seluruh dunia, jumlah penderita penyakit ini terus bertambah. Ketiga kategori penyakit ini tidak lepas dari gaya hidup yang kurang sehat yang banyak dilakukan seiring dengan berubahnya pola hidup.
Berdasarkan data riskesdas 2013, Prevalensi jantung koroner yang didiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5 persen. Prevalensi gagal jantung berdasarkan pernah didiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,13 persen, dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala sebesar 0,3 persen. Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7,0 per mil dan yang berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil. Jadi, sebanyak 57,9 persen penyakit stroke telah terdiagnosis oleh nakes. Prevalensi penyakit jantung koroner, gagal jantung, dan stroke terlihat meningkat seiring peningkatan umur responden. Prevalensi stroke sama banyak pada laki-laki dan perempuan.
Seperti kita ketahui, aktivitas fisik secara teratur bermanfaat untuk mengatur berat badan dan menguatkan sistem jantung dan pembuluh darah. Ketua penelitian Profesor Wendy Brown (kompas, mei 2014) mengatakan, program peningkatan aktivitas fisik dapat memberikan tingkat harapan hidup yang lebih tinggi bagi orang dewasa, khususnya pada wanita muda. Namun, melanjutkan program untuk menghentikan kebiasaan merokok dan menekan obesitas juga perlu dilakukan. Pasalnya, semua faktor tersebut juga berperan dalam penurunan risiko penyakit jantung.
Selain aktfitas fisik, pola makan dan life style harus diperhatikan. Nyatanya di zaman sekarang berbagai jenis makan junkfood bermunculan, membuat orang harus pintar-pintar memilih makanan yang akan di konsumsinya. Orang yang menderita pennyakit jantung atau yang berpotensi terkena penyakit jantung harus mengonsumsi banyak serat dan membatasi lemak yang berlebih.
Masalah lain yang harus dihadapi adalah kenyataan bahwa semakin meningkatnya usia, diikuti dengan meningkatnya jenis penyakit yang menghampiri. Hal ini membuat beban terhadap ekonomi penderita dimana usia lanjut kebanyakan mengalami penurunan produktifitas, sehingga beban ekonomi yang ditanggung akan meningkat. Faktor ekonomi tidak memiliki korelasi terhadap penyakit jantung dan pembuluh, tidak sedikit penderita penyakit jantung dan pembuluh berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah, kurang, sampai tidak mampu. Ketidaktahuan terhadap faktor resiko penyakit jantung, dan gaya hidup yang serba cepat menjadi salah satu penyebab tingginya angka penyakit jantung dan pembuluh.
Penyakit jantung harus diwaspadai karena setiap orang punya resiko terkena penyakit jantung. Penyakit jantung perlu dideteksi lebih awal sebelum memasuki usia lanjut karena faktanya penyakit ini banyak ditemui pada usia lanjut. Jadi, “ jangan tunggu sakit untuk berobat karena sesungguhnya mencegah lebih baik daripada mengobati”.
DItulis oleh Arisandi, mahasiswa Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin. Angkatan 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H