Mohon tunggu...
Dian
Dian Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Passion aku adalah menulis. Dengan menulis aku bisa berkarya, terutama menulis tentang filosofi kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bangga Diri Boleh tapi Jangan Meremehkan

21 Februari 2023   09:27 Diperbarui: 21 Februari 2023   09:29 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini semua berhubungan dengan ego, jadi egonya diturunkan dulu atau ditundukan dari diri kita. Ego itu ingin selalu menang dan ingin yang terbaik. Untuk mengtasinya adalah sadar atas apa yang dilakukan. Apa yang aku lakukan menyakiti orang lain atau tidak. Kalau aku disakiti seperti itu, aku mau enggak. Intinya punya kesadaran dengan apa yang diperbuat. Dengan kita lebih sadar apa yang akan diperbuat maka kita menurunkan ego kita sendiri atau kita lebih menggunakan rasa dalam hati kita.

Namun ada cara agar ego kita bisa tunduk, caranya adalah dengan menemukan kepuasan di dalam diri kita sendiri. Untuk bisa merasakan kepuasan di batin atau di dalam diri kita sendiri, itu tidak mudah. Kita butuh memasuki kondisi meditatif setiap saat dan setiap waktu. Kenapa menemukan kepuasan di dalam diri itu sulit? Karena biasanya kita bergantung sepenuhnya dengan kepuasan di luar diri kita. Sehingga sulit sekali melepaskan ketergantungan dengan hal di luar diri. 

Untuk menemukan kepuasan di dalam diri dengan pasrah total dengan apa yang terjadi maupun apa yang terjadi batin kita. Sehingga AKU yang selalu mengatur sesuai keinginan kita tidak ada lagi. Yang ada apa adanya, bisakah kita apa adanya setiap saat dan setiap waktu ?. Itu hal yang sulit karena kita dilarang berontak dengan hal yang terjadi, hanya pasrah saja atau mengamati secara pasif. Ini seperti menundukan monster di dalam diri kita. Monster yang selalu mengatur dan mengendalikan sesuai keinginannya.

Namun jangan khawatir, pelan - pelan kita akan bisa pasrah setiap saat kalau kita terus melatihnya setiap hari. Kepuasan di dalam bukan memuaskan ego namun malah menundukan ego. Karena kita begitu pasrah, tanpa daya upaya sedikitpun. Jadi egopun tidak punya kendali lagi.

Sehingga kita bisa meditatif setiap saat maka kita tidak lagi mencari kepuasan di luar diri atau ketergantungan dengan hal di luar diri kita. Dengan begitu kita bisa mengotrol dengan apa yang kita lakukan.  Biasanya yang terjadi saat pasrah total adalah rasa damai dan tenang di dalam diri kita. Sehingga kita tidak mungkin lagi berkonflik dengan suatu hal atau orang lain.  Yang ada hanya rasa welas asih dan damai yang terpancar keluar.

Bagaimana kalau kita sendiri diremehkan ? Iya tidak gimana - gimana, cukup disadari saja semua rasa yang hadir saat diremehkan tersebut. Jadi di terima saja dan pasrah dengan semua rasa yang ada. Buatlah rasa diremehkan ini sebagai latihan untuk pasrah atau berkesadaran. Juga yang rugi bukan kita, tapi yang rugi orang yang meremehkan. 

Semakin kita di remehkan semakin bodo amat dengan hal yang dilakukan orang ke kita. Jadi kita akan semakin kuat menerima segala hal dalam kehidupan ini. Orang yang terus dipaksa untuk melatih kepasrahannya, menurutku orang beruntung. Semakin sulit medan maka semakin kuat untuk pasrah dengan semua ini. Sehingga dengan sendirinya segala sesuatu jadi apa adanya saja, tanpa ada aku yang selalu mengendalikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun