Mohon tunggu...
Dian
Dian Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Passion aku adalah menulis. Dengan menulis aku bisa berkarya, terutama menulis tentang filosofi kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pasrah Setotal-totalnya

22 Januari 2023   10:19 Diperbarui: 22 Januari 2023   14:44 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Kenapa aku sering sedih kalau hal buruk datang di hidupku ?
Semua itu terjadi karena aku di penuhi oleh keakuan. Merasa segala sesuatu yang berharga buatku adalah milikku. Seperi orang tuaku, keluargaku, motorku,rumahku, cewekku, uangku, tubuhku, perasaanku, pemikiranku, diriku dll. Intinya semua yang berhubungan dengan -KU, kalau terjadi hal buruk pada -KU maka aku sedih dan menderita.

Kalau yang membuat diriku sedih adalah keakuan. Maka aku harus bagaimana ?  

Sebenarnya kita tidak memiliki apapun termasuk tubuhku dan diriku ini juga. Kalau kita sudah mengenal diri sejati, kita ini adalah KESADARAN atau SANG SEJATI atau SANG HIDUP atai TUHAN itu sendiri. Jadi semua diluar itu hanya lah diri palsu. Diri palsu atau bisa disebut identitas diri kita di kehidupan ini. Kita menganggapnya identitas sosial kita sebagai diri kita. Sehingga kita begitu melekat dan terikat dengan diri palsu ini dan hal ini menyebabkan kita begitu menderita.

Kalau kita terus menyadari dari saat ke saat maka diri palsu ini akan terpisah dengan diri sejati. Jadi kalau sudah bertemu dengan sang sejati dalam diri maka hal apapun sudah tidak membuat kita menderita lagi atau sudah tidak tersentuh lagi oleh api neraka, seperti dalam kitab suci. Walaupun itu proses yang sangat panjang dan tentunya bertahap juga.

Pada momen saat aku begitu sangat menderita, sudah tidak bisa mengendalikan, mengontrol dan mempertahankan hidupku dan diriku. Sudah tidak punya pilihan lain, mau tidak mau diriku untuk pasrah. Mau tidak mau diriku melepaskan semua yang terjadi dalam hidupku. Sehingga pada saat itulah eksistensi diriku mulai goyah. Saat diri palsu ini mulai goyah, di situlah aku mulai melepaskan semuanya atau keakuan dan pasrah total dengan seluruh hidupku. Walaupun saat ini terus belajar untuk bisa melepaskan dan pasrah total tentunya.

Hal yang selama ini aku pertahankan, kendalikan dan aku kontrol teryata itu hal yang salah dan tidak bisa menolong diriku. Hal itulah yang membuat diriku semakin menderita selama ini. Saat pasrah total dan melepaskan semuanya maka bisa dikatakan ego telah runtuh atau eksistensi diri juga mulai pudar. Sehingga SANG SEJATI akan menunjukan dirinya. Walaupun semua itu butuh proses dan bertahap tentunya. Untuk bisa benar - benar meruntuhkan segala ego atau keakuan kita selama hidup di dunia ini.

Pasrah total dan melepaskan inilah yang di maksud BERKESADARAN. Berkesadaran ini tanpa daya upaya hanya jadi pengamat pasif saja. Kalau masih ada daya upaya maka masih ada aku. Aku atau diri palsu inilah yang menjadi sumber penderitaan dan hijab atas diriku yang sesungguhnya. 

Untuk bisa terhubung dengan sang sejati maka seluruh ego harus di runtuhkan. Tentunya dengan BERKESADARAN atau PASRAH SETOTAL - TOTALNYA, tanpa terlihat daya upaya sedikitpun. Indikatornya kalau kita sudah BERKESADARAN yang benar adalah kita lebih rileks dan santai. Kalau masih ada ketegangan maka ada AKU yang mengedalikan. Kalau hal itu terjadi cukup disadari saja, tanpa memikirkanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun