Mohon tunggu...
Dian
Dian Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Passion aku adalah menulis. Dengan menulis aku bisa berkarya, terutama menulis tentang filosofi kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sabar Ikhlas Itu Menenangkan, Bukan Mengelus Dada

7 Januari 2023   18:27 Diperbarui: 7 Januari 2023   18:35 856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: gurusiana.id

Bersabar itu teryata sama dengan berkesadaran. Karena dengan berkesadaran maka kita bisa sabar dan ikhlas . Makanya dalam kitab suci bilang bersabarlah dengan ujian yang kami uji kepada kamu. Bukan bersabar dan ikhlas  dengan konsep atau logika gitu. Karena masih masuk wilayah mind gitu. Itulah kenapa kita sudah berusaha untuk bersabar dan ikhlas tapi kok masih berat gitu, nyesek banget gitu. Itu terjadi karena kita kurang memahami makna dari bersabar dan ikhlas secara mendalam.

Maksudnya bersabar dan ikhlas disini adalah berkesadarlah saat kamu sedang di uji. Dengan berkesadaran maka kita bisa tetap tersenyum dan enjoy, walaupun saat ini kita sedang di uji dengan masalah yang berat sekalipun.

Dengan berkesadaran, tak ada yang bisa membuat kita hancur dan larut dalam kesedihan walaupun sebesar apapun masalahnya.

Kenapa ini bisa terjadi ?,

Karena kita hanya jadi pengamat atas berbagai masalah yang kita pikirkan tersebut. Jadi  tanpa terseret atau terbawa dalam arus  masalah yang kita pikirkan tersebut. Lama kelamaan energi yang kita pikirkan tentang masalah kita, akan berkurang dan melemah yang akhirnya menjadi netral. Saat netral itulah biasanya dapat intuisi atas masalah sedang kita hadapi.

Praktek kesadaran ini, mungkin rahasia para orang - orang suci dahulu, seperti Nabi, Wali,para Pujangga, dan Pendeta. Itulah kenapa mereka tetap tersenyum walo banyak orang yang menyakitinya. 

Tetaplah berkesadaran walo badai topan menerjang kita. Agar kita bisa lulus dalam setiap ujian yang kita hadapi. Sehingga dengan berkesadaran terus setiap saat maka level kesadaran kita akan semakin naik. Dan tidak menutup kemungkinan kesadaran kita bisa selevel dengan para nabi yang telah tercerahkan tersebut, kan tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. 

Karena aku yakin para nabi juga ingin pengikutnya bisa seperti mereka, yang tercerahkan. Walaupun mungkin kita memiliki  peran yang berbeda dari para nabi pendahulu kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun