Mohon tunggu...
Sandrina Raisya AK
Sandrina Raisya AK Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung, Program Contributor at Askara Nusantara by Kitabisa

Saya sangat suka menulis dan membaca. Tertarik mendalami dunia pendidikan, lingkungan, sosial, dan politik, saya selalu berusaha memberikan kontribusi nyata melalui pemikiran dan aksi. Menulis bagi saya adalah cara menyuarakan ide, membangun dialog, dan menanam benih perubahan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Indonesia di Tengah Jeratan Sampah & Mikroplastik: Solusi atau Kehancuran?

14 Januari 2025   23:02 Diperbarui: 14 Januari 2025   23:02 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kehidupan Masyarakat Indonesia Berdampingan dengan Permasalahan Sampah yang Kian Memburuk (Sumber: Artificial Intelligence)

Sampah sudah menjadi sesuatu yang berdampingan dengan kehidupan manusia. Baik dari alam atau bahkan dari manusia itu sendiri. Sering kita jumpai bungkus plastik bekas makanan, limbah industri yang tercemar di sungai, dedaunan kering yang menutupi trotoar di pinggir jalan, sampah rumah tangga, dan masih banyak barang - barang yang sudah tidak terpakai, dan dapat merugikan alam dan manusia itu sendiri. Negara Indonesia dengan penduduk 281.603.800 jiwa pada tahun 2024 menjadi peringkat 4 terbanyak di dunia. Jumlah penduduk yang banyak juga menghasilkan sampah - sampah yang dapat berakibat buruk pada masyarakat dan lingkungan. 

Definisi Sampah dan Mikroplastik

Sampah Mikroplastik di Pasir Pantai (Sumber: Freepik)
Sampah Mikroplastik di Pasir Pantai (Sumber: Freepik)

Sampah adalah sisa buangan dari suatu produk atau barang yang sudah tidak digunakan lagi akan tetapi masih mempunyai kesempatan untuk di daur ulang dan menghasilkan suatu barang yang bernilai kembali. Sampah terbagi menjadi dua jenis yaitu sampah organik dan anorganik, dimana sampah organik adalah sampah yang berasal dari sisa makhluk hidup yang mudah terurai dengan alami tanpa melibatkan campur tangan manusia. Sementara, sampah anorganik adalah sampah yang sudah tidak dapat dipakai lagi dan sulit terurai. 

Dewasa ini, terdapat istilah mikroplastik yang masih kurang familiar bagi beberapa kalangan. Mikroplastik masih termasuk pada golongan sampah, dimana mikroplastik adalah plastik dengan ukuran yang sangat kecil sekitar 5 mm yang dapat mencemari lingkungan juga berbahaya bagi kesehatan manusia. Mikroplastik berasal dari berbagai sumber seperti sampah plastik yang terpecah, debu ban kendaraan yang bergesek dengan aspal jalan, debu dari industri pengecetan, microbeads yang berasal dari produk kosmetik, serat buatan yang melayang atau terhempas, atau berasal dari pencucian pakaian.  Menurut Lusher (2013) Mikroplastik ini dapat mencemari lautan yang juga dapat membahayakan kehidupan makhluk hidup di laut, mikroplastik di sekitar lautan akan mengendap dan dapat terbawa oleh arus ombak sehingga bercampur dengan pasir pantai lalu tersebar luas di lautan sampai permukaan laut, sehingga ia dapat ditemukan pada sedimen di seluruh dunia.

Pengelolaan Sampah di Indonesia

Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Bantargebang (Sumber: Wikipedia)
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Bantargebang (Sumber: Wikipedia)

Pengelolaan sampah di Indonesia menghadapi tantangan besar, mengingat volume sampah yang terus meningkat di setiap tahunnya. Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2023, per 24 Juli 2024 hasil input dari 290 kabupaten/kota seluruh Indonesia menyebutkan jumlah timbunan sampah nasional mencapai angka 31,9 juta ton. Angka yang sangat besar dan masih banyak lagi sampah baru yang belum terhitung sampai detik ini. Melihat jumlah sampah tersebut, tentunya sampah mengambil alih beberapa fungsi lahan fungsi masyarakat. Beberapa lokasi pasar mempunyai satu TPA yang bersebelahan dengan pasar itu sendiri. Semakin lama, sampah yang tidak didistribusi dengan baik dapat menumpuk dan tentu membutuhkan lahan yang lebih luas lagi, yaitu dengan pengalihan lahan di sekitarnya, bau yang tidak menyenangkan juga dirasakan oleh masyarakat setempat.

Indonesia mempunyai Tempat Pembuangan Akhir atau TPA yang mencapai 2.700 buah (Sumber: Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)). Jumlah tersebut terbilang cukup banyak, akan tetapi hanya sekitar 10% TPA yang menerapkan sistem pengelolaan sampah dengan metode sanitary ladfill, agar lebih aman dan ramah lingkungan, 90% masih menggunakan metode open dumping yaitu menumpuk sampah di suatu area terbuka tanpa pengelolaan yang memadai atau dibiarkan begitu saja. Dilansir dari Kompas.com, Jumat (20/1/2023) pembuangan sampah terbesar di Indonesia yaitu diraih oleh TPST Bantargebang yang berlokasi di Kelurahan Ciketingudik, Kelurahan Cikiwul, dan Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi. 

Aksi Kolaboratif Komunitas Mendukung Pengelolaan Sampah Secara Berkelanjutan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun