Mohon tunggu...
Sandra Suryana
Sandra Suryana Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Pekerja

lulusan S1 Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Taktah yang Hilang (Bab 2)

18 Juni 2020   12:30 Diperbarui: 18 Juni 2020   12:21 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah selesai bersiap, aku kembali ke ruang makan. Perlahan aku duduk pada ujung meja makan, menyantap bubur yang sudah di sediakan ibu. Itulah yang selalu ibu lakukan sejak dulu, bangun pagi menyiapkan segalanya untuk kami, bahkan ketika bapak masih dirumah, ibu selalu menyiapkan bubur dengan secangkir teh hangat sebelum bapak berangkat kerja. 

Hal yang selalu membuat kita terluka adalah apa yang kita lakukan selalu membuat kita teringat padanya.

"Dek sudah sarapan..?" Sambil mengelus rambut adek bungsuku yang masih asyik duduk menonton filem kartunya.

"Sudah kak, adek juga sudah pake sepatu, adek pake sepatunya sendiri loh kak, ini lihat." Sambil tersenyum dia mengangkat kedua kakinya dan memamerkan pada ku bahwa dia sudah bisah melakukan beberapa hal sendiri. "Adiknya kaka sekarang sudah besar yah, sini kaka peluk." Aku mencium pipinya dan menggendongnya turun dari tempat duduknya. "Ison,,, sudah selesai sarapan? ayoh berangkat, nanti kaka terlambat kesekolahnya." sambil menatap adik laki - laki ku yang masih duduk pada meja makan. "Sudah kak, nanti kaka nggak usah antar sampai gerbang. kalau sampai gerbang kelamaan, kaka bisa telat." Sambil menghabiskan susu hangat yang masih tersisa pada gelasnya. "Nggak apa - apa dek,, kaka masih punya waktu kok untuk antar sampai gerbang." 

Aku mencium tangan ibu diikuti kedua adikku. "Kami berangkat yah bu, ingat ibu nggak boleh terkena debuh yah, kalau mau nyapuh jangan lupa pake masker hidung, takut asma ibu kambuh." Ibu tersenyum lebar sambil melambaikan tangan pada kami. Dia terus menatap kami bertiga hingga hilang dari pandangannya. 

Ibu memiliki penyakit bawaan yaitu asma. Itulah yang selalu membuatku khawatir ketika harus meninggalkannya sendiri di rumah. Kekhawatiran itu semakin besar ketika bapak di penjara. Aku khawatir jika situasi ini hanya akan memperburuk kesehatan ibu. 

"Sara,,, sedang apa kamu sendiri disini..?" Suara itu seolah membangunkanku dari lamunan yang baru saja ingin ku mulai.

"Ehh bapak." Sambil tersenyum aku berdiri menyalami lelaki separuh baya itu. Dia adalah guru olahraga ku, salah satu teman dekatnya bapak. Dia guru honorer yang sudah sangat lama mengabdikan diri di sekolah kami. setelah kejadian yang menimpah ku, dari beberapa guru yang bersimpati, dialah yang selalu memberikan semangat dan motivasi agar aku tidak gampang menyerah.

"Kamu kenapa tidak bergabung dengan teman yang lain..? Jangan terlalu dipikirkan, kamu masih sangat mudah untuk memahami semua yang terjadi sekarang, Kamu harus tetap semangat. kalau terbawah suasana terus, belajarmu akan terganggu. Apalagi sekarang kamu sudah kelas 3, kamu harus betul - betul fokus belajar untuk ujian nanti." Itulah yang selalu dia ucapkan ketika berbicara dengan ku. 

Aku hanya terdiam, mendengarkan setiap kata yang dia ucapkan. Terkadang aku menunjukkan sedikit senyum seolah aku memang baik - baik saja. Beberapa kata yang dia ucapkan begitu melekat dalam pikiran ku dan sangat membantu ketika aku benar - benar berada pada posisi yang sangat sulit.

Hidup itu seperti angin, kita tidak dapat menjadi tuan atasnya, kita pun tidak dapat menjadi budak untuknya. Kita tidak bisa menentukan angin apa yang harus kita nikmati hari ini, esok atau lusa. Kapan angin itu akan merusak, kapan angin itu akan menjadi penyegar, kita pun tak tahu. Yang kita lakukan hanya menikmati dengan rasa syukur untuk setiap waktunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun