Standar kecantikan mulanya dimulai dari media daring atau media luring yang dikemas dalam bentuk iklan produk kecantikan. Tak terkecuali orang Indonesia yang terobsesi memiliki kulit putih, rambut lurus, tinggi, langsing bak idol Korea. Apalagi sekarang dengan adanya trend Korean Wave, membawa budaya pop korea mewabah di dunia maupun di Indonesia semakin membuat para wanita heboh dengan trend kecantikan.
Korean Wave, menjadi salah satu fenomena budaya popular yang mengandung unsur hiburan (Gustam, 2015) dengan mendorong fanatisme penggemar di dunia termasuk di Indonesia. Terbukti, fanatisme penggemar di Indonesia menjadi salah satu Negara yang menempati peringkat ke-4 sebagai Negara dengan penggemar yang paling banyak untuk streaming Music Video/MV K-pop (Handaningtias, Indriyany, & Nurjuman, 2018, hlm.280). Selain itu, dalam segi pengkonsumsian film dan drama korea, sekitar 3.3 juta pengguna aplikasi VIU ditahun 2016-2017 dengan durasi menonton drama/film Korea selama 3 jam/hari (Yud,2017). Kondisi massif ini meningkat di tahun 2018 dengan angka pertumbuhan pengguna aplikasi VIU menjadi sebesar 66,12% (Amelia, 2018).
Tidak hanya musik, film atau drama Korea saja yang membuat gempar warga Indonesia, namun produk kecantikan asal Korea juga tidak kalah diminati. Viralnya produk kecantikan Korea menjadikan sebuah salah satu dari kunci kesuksesan penjualan. Idol, actor, aktris, sering kali dijadikan sebagai brand ambassador produk. Dimana hal tersebut menjadi salah satu strategi marketing  yang berhasil.
Tidak hanya itu saja, para artis Korea pun sebagian besar dijadikan role model oleh khalayak masyarakat dalam berpakaian, gaya rambut, hingga pola hidup yang diikuti oleh para remaja. Hal inilah yang menciptakan standar kecantikan masyarakat Indonesia. Ditambah lagi saat ini produk kecantikan dari Korea Selatan lebih diunggulkan dibandingkan dengan produk lokal. Namun, realitanya Korea Selatan merupakan salah satu negara produsen kecantikan di dunia.
Dengan melihat video dari youtube, kita jadi lebih menambah wawasan tetang bagaimana orang yang review tentang salah satu brand dari Korea dan sebagian masyarakat juga percaya dengan hasil yang akan didapatkan dengan menggunakan produk tersebut tanpa memperlihatkan kondisi tubuh yang pasti berbeda dengan orang yang mereview produk tersebut. Namun para owner produk memakai brand ambassador dengan salah satu artis atau idol Korea agar orang Indonesia tertarik untuk mencobanya.
Pemenuhan prestige juga didukung dengan adanya fakta bahwa, produk trend kecantikan Korea baik skincare maupun makeup termasuk dalam kategori produk kecantikan yang high-end di Indonesia. Kategori highend juga membuat anggapan bahwa produk kecantikan Korea dianggap lebih bagus jika dibandingkan dengan produk kecantikan lokal. Padahal sejatinya terkadang kondisi kulit dan skintone penggemar Korea dengan bahan produk kecantikan Korea berbeda orang Indonesia cenderung memiliki warna kulit yang kuning langsat (Poetri et al., 2015, hlm.4), sehingga akhirnya menyebabkan produk kecantikan Korea menjadi penyebab utama break-out yang dialami oleh kebanyakan penggemar karena kondisi wajah dengan produk kecantikan Korea tidak cocok. Fakta lainnya dari dampak Korean wave sendiri bahwa manfaat dan fungsi dari produk kecantikan Korea tidak selamanya cocok dengan kondisi kulit orang Indonesia terutama bagi pemilik kulit sensitive. Namun terlepas dengan itu semua, pada kenyataanya orang - orang di benua Eropa justru ingin memiliki kulit yang eksotis seperti orang Indonesia. Mereka berlomba - lomba untuk menghitamkan kulit dengan cara berjemur di pantai ataupun pergi ke salon untuk treatmen yang sampai bisa menghabiskan uang sampai berjuta - berjuta.
Sebagai warga negara Indonesia seharusnya kita lebih bisa menyaring lebih bijak lagi dalam menggunakan skincare. Salah satumya dengan menggunakan produk lokal Citra. Produk Citra merupakan produk kecantikan lokal yang berasal dari Indonesia. Produk Citra menggunakan standar kecantikan tertentu yang dapat digambarkan melalui iklan produk Citra yang sudah ada sejak awal mula produk tahun 1980- an hingga sekarang. Seperti yang sudah ditampilkan dalam iklan produk Citra tahun 1980-an versi "Pelukis" memperlihatkan cara pandang kecantikan aristrokat Jawa, lalu di tahun 1990-an pengaruh budaya Barat yang berkembang juga membuat iklan produk Citra versi "Kembar" menggunakan cara pandang kecantikan Indonesia yang cantik adalah yang berkulit putih, sedangkan iklan produk Citra pada tahun 2010-an versi "Is It Love" yang dipengaruhi oleh perubahan jaman yang membuat banyaknya budaya masuk ke Indonesia membuat iklan tersebut, mencampurkan cara pandang kecantikan Korea yang dipadu dengan karakteristik fisik kebarat-baratan, karakteristik ini menjadi hibrid sebagai representasi kecantikan wanita Indonesia kontemporer.
Tanpa disadari ternyata ada produk lokal yang sangat mencerminkan perempuan Indonesia, seperti yang dicontohkan produk Citra. Tidak seharusnya kita melupakan produk lokal yang tidak kalah bagus dari produk Korea. Akan tetapi, hal ini membuat kita jadi lebih tahu tentang bagaimana pengaruh budaya asing beroperasi dalam iklan. Dengan begini, kita jadi lebih memperhatikan bagaimana caranya untuk mengembangkan suatu produk yang tetap dikenal banyak orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H