Mohon tunggu...
Pendidikan Pilihan

Perlahan, Gadget Memisahkan Kita

22 Februari 2019   12:39 Diperbarui: 22 Februari 2019   13:36 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi manusia modern pasti tidak bisa lepas dari mengikuti perkembangan teknologi. Mengikuti perkembangan teknologi yang dimaksud disini bukan berarti mengikuti setiap pembuatan mesin bertenaga super atau pembuatan roket, akan tetapi perkembangan teknologi yang sangat dekat dengan kehidupan kita sehari hari. Apalagi kalau bukan gadget khususnya handphone yang setiap bulannya muncul keluaran terbaru dengan merek dan spesifikasi terbaru.  

Di era milenial seperti saat ini, gadget jelas bukanlah suatu hal yang asing bagi manusia-manusia zaman now, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa semua memiliki gadget, bahkan sesuatu yang pasti ada di setiap handphone yaitu sosial media. Uniknya lagi  bayi yang masih dalam kandungan pun kadangkala sudah memiliki sosial media.

Seperti semua halnya didunia ini, pasti ada positif dan negatifnya. Dengan adanya gadget dan sosial media dapat membantu setiap orang untuk mendapatkan informasi serta berinteraksi satu sama lain tanpa terbatas jarak dan waktu. Dunia menjadi seakan-akan tanpa batas yang menghalangi orang untuk melakukan sesuatu. Akan tetapi hal itu juga yang menimbulkan ketergantungan.Dari pagi hingga malam melakukan aktivitas, selalu ada gadget yang menemani. Ketergantungan itu jelas menimbulkan sesuatu yang lain, yaitu kehilangan.  

Kehilangan, jelas merupakan dampak negatifnya, apa yang hilang dari manusia sekarang, saat berjalan jalan dengan sahabat, pasangan, ataupun keluarga Anda, apa yang Anda pegang, apa yang Anda lihat, apa yang Anda dengarkan.

Semua orang pastinya cukup mengetahui jawabannya, yaitu handphone atau gadget Anda. Bahkan saat berkumpul bersama bukan tangan mereka yang Anda pegang, akan tetapi handphone, seolah-olah bila benda tersebut tidak digenggam maka akan rusak. Lalu apa yang Anda lihat, yang pasti bukan melihat lurus ke depan, ke wajah mereka, tapi malah lebih fokus melihat ke bawah, tepatnya ke arah di mana handphone Anda berada. Saat mendengarkan, apa yang lebih Anda simak, apakah cerita mereka, atau justru setiap getaran tanda ada pemberitahuan baru dari handphone Anda. Fakta tersebut jelas terjadi di dunia nyata, dan ini tidak bisa dipungkiri.

Sedikit demi sedikit keintiman tersebut menghilang dari hubungan, ada banyak hal yang tidak bisa tergantikan oleh tatapan langsung atau sentuhan langsung. Terutama hubungan orangtua dan anak, di mana keluarga harusnya menjadi tempat paling penuh cinta dan penuh perhatian bagi anak. Bagaimana orang tua memberikan perhatiannya kepada anak, mengikuti tumbuh kembang anak, dan peduli kepada anak adalah suatu hal yang penting untuk dilakukan dalam keluarga.

Perhatian-perhatian kecil juga penting diberikan orang tua pada anak-anaknya, seperti menanyakan kegiatan seharian, menemani belajar, dan lainnya. Hal kecil seperti itu menunjukkan orang tua ikut berperan dalam keseharian anak-anak, memfollow up kegiatan anak, bagaimana orang tua dapat menjadi tempat berdiskusi, menjadi sahabat, guru, ataupun teman bagi anak.

Ketergantungan akan gadget tersebut memang melanda hampir seluruh penjuru dunia, akan tetapi Indonesia dapat disebut sebagai contoh ekstrim. Mari kita ambil contoh lainnya. Di Vladivostok, Rusia penggunaan gadget tidak se ekstrim di Indonesia. Orang menggunakan gadget untuk melakukan sesuatu yang membantu kehidupan sehari-hari, ataupun untuk mendengarkan musik saat menunggu di halte maupun di dalam bus. 

Contoh lainnya di Weifang, Cina. Gadget khususnya handphone lebih banyak digunakan untuk pembayaran. Di semua tempat termasuk pasar tradisional menggunakan hp sebagai alat pembayaran, hal tersebut sebagai upaya cashless oleh pemerintah.  Selain itu penggunaan sosial media juga dibatasi pemerintah, tidak ada Google ataupun Instagram.Anak anak pun dipantau dengan ketat penggunaan gadget, walaupun masih ada permainan seperti PUBG atau Mobile Legend, akan tetapi itu semua dibatasi.

Beberapa contoh negara tersebut mungkin dapat dijadikan pelajaran bagi Indonesia, bukan berarti pemerintah harus melarang atau membatasi, kita sendiri yang harus melakukannya. Di negara yang penuh dengan kebebasan berpendapat, setiap orang punya hak untuk menggunakan sosial media, akan tetapi harus ada kebijakan. Bagaimana kita memanfaatkan teknologi bernama gadget itulah yang menentukan bagaimana dampak yang akan kita terima.

Alangkah baiknya apabila keberadaan suatu teknologi dapat dimanfaatkan dengan sebijak mungkin. Kita tentu tidak ingin kehilangan sesuatu yang nyata untuk mengejar sesuatu yang semu, bukan? Oleh karena itu gunakanlah gadget sesuai porsinya, gunakan gadget sebagai suatu media yang dapat membawa kita untuk menjadi orang yang sukses.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun