Mohon tunggu...
Sandra Suryadana
Sandra Suryadana Mohon Tunggu... Dokter - 30 tahun lebih menjadi perempuan Indonesia

Memimpikan Indonesia yang aman bagi perempuan dan anak-anak. More of me: https://sandrasuryadana.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Bijak Sebelum Posting Foto Anak

27 Mei 2017   14:20 Diperbarui: 27 Mei 2017   14:39 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Menangkap momen-momen menyenangkan dari anak kita melalui foto adalah kegiatan yang memberikan kebahagiaan sendiri bagi para orang tua. Setiap gerak-gerik dari anak tercinta kita rasanya tidak ingin kita lewatkan dan lupakan begitu saja. Beruntung era teknologi saat ini memampukan para orang tua menangkap setiap momen dan gerakan tersebut secepat kilat hanya menggunakan smart phone saja, dalam 1detik bisa didapatkan sekian tangkapan gambar si anak. Kalau mau terasa lebih nyata lagi, bisa menggunakan rekaman video. Semua bisa dilakukan lewat genggaman tangan. Detik berikutnya foto tersebut sudah bisa dilihat di album virtual atau di dunia maya. Jauh lebih sederhana dibanding menfoto lewat kamera, lalu mencetaknya ke tempat cuci foto, menyimpan foto fisik di album tempelan seperti zaman dahulu kala, hanya bisa dilihat oleh kalangan eksklusif saja, fotonya pun lama-lama berubah warna karena termakan usia.

Selain itu, beragam media sosial saat ini mendukung kebanggaan setiap orang tua terhadap anaknya, memungkinkan kita memajang foto atau video anak kesayangan kita yang membanggakan tersebut agar bisa dilihat oleh seluruh dunia, minimal oleh orang-orang yang mengenal kita. Lalu akan muncul beragam komentar yang memuji kelucuan dan kecerdasan anak kita, semakin membuat kita hati kita berbunga-bunga.  Beberapa tahun kemudian, saat si anak sudah mulai dewasa, mereka bisa melihat-lihat kembali album foto virtual ini, mengenang bagaimana dia bertumbuh dan berkembang.

Semuanya terdengar indah dan sempurna bukan? Sayang beribu sayang, melalui artikel ini, saya ingin membuka pikiran setiap orang tua agar lebih berhati-hati saat memposting foto anak di media sosial. Bukan untuk menakut-nakuti tetapi untuk menyadarkan kita semua bahwa ada bahaya di luar sana yang mengancam dari balik semak dan siap untuk menerkam bila ada kesempatan.

Dengan begitu terbukanya arus informasi di dunia internet, kita sebagai pengguna hampir sudah tidak bisa lagi mengendalikan kemana saja postingan kita akan tersebar, siapa saja yang melihatnya. Semua orang punya akses yang sama tersebut setiap postingan kita selama kita share di ranah public, bukan sebagai postingan private. Setiap orang juga bisa dengan mudah menyebarkan ulang dan menyimpan setiap konten postingan kita, termasuk gambar-gambar anak kita.

Kita tidak pernah tahu siapa yang melihat, ikut menikmati dan menyimpan gambar anak-anak kita. Begitu kita memposting gambar anak kita ke media sosial secara public artinya kita sebagai orang tua menandatangani kesepakatan tidak tertulis bahwa kita mengijinkan setiap orang yang berselancar di dunia maya, di mana pun mereka berada, apapun latar belakang dan niatan mereka, untuk bisa melihat gambar anak kita. Kita tidak bisa menyaring siapa yang melihat gambar anak kita, apakah orang biasa atau pejabat penting yang melihat, apakah orang lanjut usia atau anak muda, apakah orang sehat atau orang sakit.

Lebih jauh dari itu, kita tidak bisa mengendalikan imajinasi dan respon setiap orang yang melihatnya. Orang normal yang melihat gambar anak kita akan bereaksi “Aww, lucu sekali! Pintar ya dia!” lalu memberikan komentar yang relevan. Tetapi banyak “orang sakit” di luar sana alias para predator anak alias paedofilia yang akan mempunyai respon yang sangat berbeda ketika mereka melihat gambar anak kita. Saya tidak ingin membayangkan apalagi menguraikan apa yang ada dalam pikiran mereka, tetapi mudah-mudahan Anda sudah mempunyai gambarannya.

Orang-orang dengan kelainan khusus seperti itu memiliki pola pikir yang berbeda daripada orang normal. Satu gambar anak kecil yang kita anggap biasa saja, misalkan sedang berdiri dengan baju ballerina warna pink lengkap dengan rok tutu yang imut-imut, bisa jadi memicu imajinasi tertentu dalam otak mereka, lebih parah lagi memicu berahi mereka. Coba bayangkan apabila yang mereka lihat adalah foto atau video saat anak kita sedang mandi atau berjalan sambil memegol-megolkan bokong imut mereka! Kita sebagai orang normal tidak akan pernah mengetahui apa yang sedang terjadi dalam pikiran mereka saat mereka melihat gambar anak kita. Lebih parah lagi, kita bahkan tidak bisa menebak apakah mereka orang normal atau “orang sakit” karena tampilan mereka sama seperti orang normal lainnya. Di hadapan kita, dia bisa bersikap manis, siapa yang tahu di kesempatan lain, anak kita jadi objek imajinasi kotornya.

Itu semua adalah sisi-sisi lain dari dunia internet yang tidak bisa kita kontrol. Yang bisa kita kontrol adalah apa yang kita posting di sosial media. Mulai sekarang cobalah untuk tidak menjadi terlalu naïf dan menganggap semua orang melihat anak kita sebagai anak lucu. Marilah menjadi orang tua yang lebih cerdas dan dewasa, melihat dunia dengan perspektif yang lebih bervariasi, karena tidak semuanya indah seperti yang kita duga. Saya sangat mendukung upaya menyimpan memori indah sebanyak-banyaknya, saya pribadi senang mengumpulkan beragam foto dari beragam kegiatan karena momen tidak pernah bisa diulang. Tetapi saya ingin masyarakat khususnya para orang tua untuk menjadi lebih waspada, lebih bertanggung jawab dalam menyebarkan gambar anak-anaknya karena ada konsekuensi yang besar dalam setiap klik kita di dunia maya, konsekuensi yang jauh lebih berat, tidak semudah menjentikkan jempol belaka. Dan konsekuensi itu melibatkan anak-anak kita yang belum memahami apa-apa. Mari kita menyayangi dan melindungi anak-anak kita dengan lebih cermat dan mengutamakan kesejahteraan mereka lebih daripada nafsu kita untuk eksis di dunia maya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun