Beberapa tahun terakhir ini dunia diresahkan dengan isu pelanggaran HAM di Myanmar terhadap Rohingya. Semua orang lebih tertarik untuk menandatangani petisi mencabut penghargaan nobel perdamaian dari Aung San Suu Kyi.
Tidak ada yang membahas tentang banyaknya anak-anak yang dipaksa menjadi tentara dalam upaya genosida terhadap suku Rohingya. Myanmar hanya salah satu contoh. Di hampir semua negara Afrika, anak-anak sudah menjadi  tentara yang berdarah dingin.
Menjadi kurir obat terlarang
Menggunakan anak-anak untuk menjadi kurir narkoba juga dianggap efisien, karena mereka lincah, tidak mencurigakan, tidak juga banyak permintaan ini itu dan bayarannya sangat sederhana.
Menjadi pengemis
Saya rasa tidak perlu dijelaskan lebih lanjut, di ibu kota kita sendiri bisa kita lihat di sekitar lampu merah, anak-anak bahkan bayi dilibatkan dalam mafia pengemis. Disewakan, dipaksa, dicekoki obat untuk melanggengkan bisnis mengemis.
Perdagangan organ
Organ tubuh anak-anak relative memiliki kualitas yang lebih baik dibanding orang dewasa sehingga harganya bisa lebih tinggi.
Adopsi
Adopsi sering dijadikan selubung untuk perdagangan anak-anak. Tidak tahu bagaimana di Indonesia tetapi di luar negeri banyak terjadi anak-anak yang diculik lalu dijual dengan selubung adopsi. Calon orang tua ditipu dan diperas dengan alasan biaya administrasi adopsi.
Dan terakhir tentu saja menjadi asset eksploitasi seksual.