Wanita itu, ya Bu Renna rekan bisnisnya Om Dedy yang sedang mencari anaknya yang hilang. Aku langsung menarik tangan Om Dedy untuk menjauh dari wanita itu, karena aku tak ingin dipandang sinis lagi, malas banget pikirku kalau harus makan bersama dia lagi.
“kenapa sih Jeann?”
“gak ah Om, males harus gabung sama wanita itu lagi”
“ya udah, kita cari tempat lain saja ya?”
“ah, gak usah kita cari tempat duduk yang lain ajah Om”
Dan ternyata benar dia memang belum sempat melihat kita, sambil menunggu pesanan kami datang aku memperhatikan wanita itu, sepertinya dia sedang menunggu kedatangan seseorang, dan benar tebakanku seorang wanita seumuran aku datang dan menghampirinya, mereka terlihat akrab, berciuman, berpelukan lalu bercerita entah apa yang mereka bincangkan.
“liat apa sih?”
“ah, gak Om Cuma lagi liat teman Om itu”
“oh, Renna”
“iya Om, kayaknya udah ketemu anaknya deh”
“mungkin”
Pesanan kami datang, akhirnya aku memalingkan perhatianku dari mereka dan menyantap makanan yang telah tersedia di hadapanku.
“by the way, tempat apa sih tadi Om?”
“masih mikir itu lagi Jean”
“udah, bilang ajah deh Om, pake rahasia-rahasiaan lagi, sebel deh”
“hahahaha, kamu akan segera tau besok Jean, sabar ajah”
Kamipun makan sambil mengobrol banyak. Setelah makan kami segera meninggalkan tempat itu, tanpa sengaja kami bertemu lagi dengan wanita itu juga anaknya saat menuju parkiran.
“Pak Dedy”
“Bu Renna, ketemu lagi”
“iya ya” sambil melirik ke arahku dengan sinis
“oh ya, sama siapa datang?”
“Ma” wanita muda seumuranku itu datang dan memanggilnya dengan sebutan Mama, oh ternyata dia sudah bertemu anaknya
“udah ketemu tasnya sayang?”
“iya Ma, tadi ketinggalan di meja”
“oh ya kenalin, ini Pak Dedy rekan Bisnis sekaligus sahabat yang baik hati”
“hallo om, Christine”
“Dedy”
Dan kedua wanita itu terlihat sangat sombong, dari cara bicaranya juga cara menatapku seperti meremehkan kehadiranku disitu. Ah semoga ini pertemuanku yang terakhir kalinya dengan wanita-wanita sombong ini.
“duluan ya Pak Dedy”
Kamipun sama-sama meninggalkan tempat parkiran itu dan melaju ke arah tujuan kami masing-masing.
“langsung pulang ya Om, pengen istirahat”
“baik Bu, saya antarkan” ucap Om Dedy menggoda
“ih, ganjen”
*****
6 Bulan berlalu, aku berhasil menyelesaikan seluruh kursus keahlian yang di bantu oleh mas Hengky juga Om Dedy. dan hari ini untuk pertama kalinya aku akan mulai bekerja di Hotel Om Dedy. Perasaanku tak tenang, setelah sekian lama tugasku hanya menemani Om-om, lalu bergelut dengan minuman keras, rokok, masuk keluar hotel, segala hal buruk tentang gemerlapnya dunia malam, hatiku menangis mengingat semua masa lalu itu. Dan semoga aku takkan pernah bertemu orang-orang itu lagi, lelaki-lelaki hidung belang yang pernah tidur dalam buaianku dan yang pernah meletakkan aku dalam pangkuannya. Klakson mobil Om Dedy membuyarkan aku dari lamunanku
“anda sudah siap Nona?” sambil turun dan membukakan pintu mobil untukku
“Om Dedy, berlebihan deh”
“silahkan masuk Nona manis”
“iiiiiiiiiiih, Om Dedy, gak tau apa orang lagi tegang” ucapku sambil mencubit lengan Om Dedy
Om Dedy menutup pintu mobil dan kamipun berlalu dari depan Apartemenku.
“gimana Om, apa Om yakin aku bisa mengerjakan semua pekerjaan ini?”
“yakin, 1000%, gak usah tegang gitu Jean, biasa ajah”
“Om yakin mereka gak akan tau tentang hubungan kita?”
“Jean, Om itu sekarang sudah menganggap kamu seperti anak Om sendiri, Om tau kamu anak yang baik, hanya saja dulu pernah kamu pernah ada di jalan yang salah, setelah Om mengeluarkan kamu darisana, sudah terpikir dalam pikiran Om untuk merubah hidupmu menjadi lebih baik, asalkan kamu mau berubah Om yakin kamu akan mendapatkan masa depan yang cerah”
“makasih Om, terima kasih untuk semua kebaikan Om Dedy”
“sudahlah, jangan menangis, ntar make up nya luntur lho Jean”
“iiiiiiiiiiiiiiih, Om Dedy”
Mobil kamipun memasuki sebuah pelataran Hotel besar dan Mewah, jantungku semakin berdegup kencang. Oh Tuhan semoga saja tak ada yang mengenaliku disini, apalagi sampai tau siapa aku dulu. Om Dedy menghentikan mobilnya, dari dalam mobil kulihat 2 orang pelayan datang untuk menjemput kami karena mobil yang kunaiki adalah mobil pemilik Hotel ini.
“selamat pagi Pak Dedy, selamat pagi Bu”
Pak Dedy hanya membalasnya dengan senyuman, lututku gemetar, walaupun ini bukan pertama kalinya aku menginjakan kaki di hotel mewah, setidaknya kali ini berbeda, kedatanganku kali ini bukan untuk menemani pelanggan lagi, tapi untuk memulai karierku. Sepanjang jalan kami menuju lift hingga ke ruangan kerja Om Dedy terlihat semua oang yang bekerja disana menyalami Om Dedy, tapi ada juga yang melirik kearahku.
“santai ajah Jean”
“iya om” ucapku singkat
Setelah pintu lift tebuka terlihat seorang wanita cantik dengan tinggi semampai menyambut kami
“selamat pagi Pak Dedy”
“Pagi Lily, Willy udah datang ya?”
“belum Pak, tadi sudah saya hubungi katanya singgah ke Cabang dulu baru kesini”
Kami berjalan bersama menuju ruangannya Om Dedy, aku diam saja dan hanya mendengar pembicaraan mereka. Mbak Lily membukakan pintu ruangan Pak Dedy dan kami masuk kedalamnya.
“Lili, ini Jean yang saya ceritakan”
“Jeannete”
“Lily”
Kami bersalaman dan tersenyum wanita ini terlihat sangat ramah, semoga saja dia bisa menjadi sahabatku dan rekan kerja yang baik dan mau mengajariku tentang bagaimana menjadi sekretaris yang baik.
“Lily, antar Jean ke ruangan Willy dan jelaskan padanya apa saja yang harus dia lakukan dan menjadi tugasnya”
“baik Pak, mari Mbak saya antarkan”
Kamipun berjalan menuju ruangan anaknya Om Dedy itu. Sesampainya disana mbak Lily menunjukan tempatku dan juga semua pekerjaan yang harus kukerjakan.
“ini schedule Pak Willy yang sebelumnya Mbak Jean, selanjutnya tugas anda untuk mengaturnya”
“thanks Mbak Liliy, oh ya, boleh nanya sesuatu Mbak”
“iya, apa yang mau ditanyakan Mbak”
“Pak Willy katanya tadi masih di hotel cabang ya?, kira-kira kapan baliknya?”
“mungkin siang setelah selesai jam makan Mbak Jean”
“baiklah, makasih Mbak Lily, aku akan banyak minta peyunjuk soal pekerjaanku, Mbak mau membantuku kan?”
“tentu saja, oh ya panggil saja aku Lily”
“oke Lily, panggil aku Jean juga ya!”
“baiklah, aku harus segera kembali ke ruangannya Pak Dedy dulu, selamat bekerja ya”
“iya Lily”
Aku berjalan melihat seisi ruangan Willy, dan menuju ke meja kerjanya, ada sebuah foto wanita disana, hmmm, cantik juga sepertinya ini Ibunya berarti isrtinya Pak Dedy. Dan disebelahnya ada foto wanita itu lagi bersama seorang pria muda dan tampan, siapa pria muda itu? Apa dia itu Willy?
BERSAMBUNG. . . . . . . . . . .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H