Banyak pihak menanyakan kepada saya sampai hari ini, kenapa saya memutuskan untuk mendukung Prabowo sebagai calon presiden Republik Indonesia 2014 - 2019. Padahal banyak dari kalangan masyarakat yang masih bingung akan memilih yang mana dari dua pasangan capres-cawapres yang ada. Terus terang, walaupun kecondongan ke arah memilih Prabowo sudah ada sejak 2012, diskusi saya dengan sosok tegas ini di awal tahun 2013 meneguhkan pilihan saya mendukung pebisnis berlatar belakang militer ini.
Kebingunan masyarakat sangat wajar karena kedua pasangan memang pantas dan berkualitas dengan platform pembangunan yang tidak terlalu berbeda. Karena kedua pasangan memang mendengarkan masukan rakyat, dan masyarakat yang didominasi kelas menengah memang menginginkan stabilitas.
Stabilitas artinya tidak mencari perubahan terlalu drastis,. Yang dicari masyarakat mungkin lebih pada kemajuan, pemerataan, dan percepatan hasil-hasil pembangunan yang konkrit.
Bagi mayoritas pemilih, yang mendasarkan perbedaan di antara keduanya adalah karakter. Prabowo tegas dan nasionalis, sedangkan Jokowi sederhana dan praktis.
Dalam satu pertemuan dan diskusi dengan Prabowo di awal 2013, ternyata ada satu pernyataan beliau yang saya tangkap sebagai perbedaan fundamental dan prinsipil, sehingga akhirnya mengukuhkan pilihan saya kepada Prabowo. Dalam pertemuan tersebut, kami berdiskusi mengenai semakin bertambahnya tantangan dan permasalahan masyarakat, di semua kelas, golongan dan daerah. Bukan hanya di masyarakat miskin, tapi juga di kalangan masyarakat yang mampu.
Bahkan bagi anak-anak Indonesia yang bersekolah di luar negeri, yang kebanyakan berasal dari golongan mampu pun tantangan dan permasalahan semakin meningkat. Mulai dari perlakuan dari negara tempat mereka belajar, sampai dengan kondisi perekonomian yang kurang stabil yang membuat mereka sulit berkonsentrasi memikirkan orang tuanya dan biaya pendidikan.
Kita masih ingat cerita mahasiswa Indonesia yang meninggal di Singapura tanpa penyebab yang jelas. Demikian juga kita sangat akrab dengan para tenaga kerja Indonesia di luar negeri yang sering menjadi korban penganiayaan dan ketidakadilan, baik sosial maupun hukum. Bahkan para taipan pemilik perusahaan kelapa sawit yang notabene masuk dalam jajaran pengusaha-pengusaha terbesar di Asia pun frustrasi karena produk minyak kelapa sawit kita dihalangi masuk ke pasar Eropa dan Amerika Serikat.
Pendek kata, masyarakat semakin merasa kurang ada daya dobrak, kurang ada rasa aman, dan kurang nyata rasa bangganya saat ini menjadi bagian dari warga negara Indonesia. Akibatnya semakin masyarakat berinteraksi dengan dunia luar, baik di dalam ataupun di luar negeri, semakin tajam masyarakat membandingkan enaknya jadi warga negara lain, atau hidup di negara lain, dibandingkan dengan menjadi warga negara Indonesia dan hidup di negeri sendiri.
Ini sangat mengkhawatirkan. Karena definisi sebuah bangsa selain memiliki batas wilayah yang jelas adalah memiliki identitas yang kuat dan rasa bangga yang meluap dari warganya.
Dalam diskusi tersebut, Prabowo menjawab dengan satu pernyataan pendek, tegas, dan jelas sekali artinya dengan mengatakan "Memang sudah waktunya rakyat dibantu negara. Sejak reformasi, rakyat membantu pemerintah dengan menyerap segala perubahan dengan baik walaupun dampaknya kepada individual mungkin memberatkan."
Eureka! Itulah jawaban yang membangunkan dan mengukuhkan hati saya. Pernyataan tersebut, "waktunya rakyat dibantu" menggarisbawahi perbedaan prinsip yang fundamental. Inilah menurut saya keistimewaan yang menekankan kejelasan visi dan misi Prabowo, bukan saja menggarisbawahi perbedaan karakter beliau dibandingkan Jokowi.