Kemarin aku seperti manusia bodoh
Tidak bisa menyatukan pikiran dan logikaku
Tertimbun keangkeran hati yang selalu bergumam
Betapa indahnya dirimu yang tertawa sejati
Bagaikan mengisi kekosongan hari dengan khayalan
Waktu itu terasa singkat,
Tidak bisa kujadikan khayalanku sebelum mengarungi malam
Kemarin kau kehilangan kata-kataku
Yang tentu bukan karena aku tersiksa derita
Tapi, keindahan dirimu adalah pembunuh niatku
Niat yang ingin terus memandangimu
sebab teriring canda dari mereka
Membuatmu seperti sorang yang dipuja-puja
Kenapa waktu berlalu?
Adakah waktu yang tehenti?
Walau mulut berkata tidak kepada mereka
Tap hati ini tidak akan pernah berkata tidak
Tidak untukmu yang menjadikanmu indah
Indah untukku dengan kesadaranku berucap ini
Tanpa mempertahankan kebohongan lagi
Mebuatmu seperi yang diinginkan semua orang
Apa yang aku rasakan saat itu?
Adakah kesamaan memikirkannya?
Memasuki imajiku adalah keindahan setelahmu
Keluar dari anganku adalah kebodohanku
Mencoba memikirkanmu adalah niat baik diriku
Tapi, membohongi perasaan adalah kebodohan lebih
Bodoh karena dirimu yang tersenyum melihat diriku
Dan aku masih tidak percaya itu
Kemarin adalah keindahan
Kebahagiaan adalah bagiannya juga
Adakah saat-saat dimana aku bisa memandangmu lebih?
Adakah waktu yang lebih lama?
Dimana waktu yang terhenti itu?
Aku ingin kita ada di sana
Sekedar memandang dan bercerita
Betapa hidupku indah karenamu
Tanpa ada yang mengembalikan waktu itu berputar kembali
Malam hari, 8 Ag' 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H