Penjelasan ini sangat simplistik, karena menolak yang satu dan menerima yang lain, atau menerima kontradiksi secara bersamaan. Pernyataan tersebut sangat bisa dipahami dalam paradigma hukum kausal naturalistik bahwa manusia memerlukan kejahatan sebagai lawan untuk menjadikan kebaikan menjadi teman. Dengan demikian, kejahatan bisa menyebabkan atau menimbulkan adanya kebaikan. Tentu pernyataan ini bisa menjadi sebuah jawaban yang keliru, karena problem kejahatan hanya dijelaskan dengan upaya berdamai-damai melalui logika oposisi biner, lawan menjadi kawan.
3.Alam Semesta Menjadi Lebih Baik dengan Adanya Beberapa Kejahatan di dalamnya daripada Jika tidak ada Kejahatan.
Kejahatan punya kontribusi pada kebaikan. Suatu analogi estetik. Pernyataan solusif seperti itu biasanya mulai dari asumsi bahwa kejahatan muncul dari yang biasa disebut kejahatan secara fisik (sakit). Dalam pandangan Hume, problem kejahatan mencakup pada sakit dan penderitaan yang menimbulkan adanya rasa simpati, kebajikan, heroisme, dan perjuangan dokter dan para pembaharu untuk mengatasi kejahatan. Dalam kenyataan, kaum teis mengambil kesempatan bagi mereka yang sakit dan menderita dengan menuding bahwa kejahatan sebagai perjuangan untuk mencapai kebaikan.
4.Kejahatan adalah Kehendak Bebas Manusia.
Solusi yang tampaknya cukup logis ketika kejahatan tidak untuk menyalahkan Tuhan, tetapi pada kehendak bebas manusia. Pernyataan ini mau menyelamatkan Tuhan dari tudingan bahwa dengan kekuasaannya, Ia juga menciptakan kebaikan sekaligus juga kejahatan. Pandangan ini mengatakan bahwa Tuhan tidak bertanggung jawab pada independensi manusia yaitu kehendak bebas. Pernyataan ini juga bukan solusi yang memuaskan, bagi Mackie, karena terdapat inkoherensi dari ide kebebasan kehendak dengan dari mana kehendak manusia itu berasal dan mengapa Tuhan menciptakan kehendak bebas? Suatu pandangan yang terkadang absurb, karena pembuatan pilihan yang keliru secara logis penting bagi kebebasan, jadi kelihatan bahwa kebebasan di sini berarti kebebasaan ditentukan oleh suatu karakter tertentu.
Kesimpulan
Kejahatan menjadi problem filsafat justru karena problem ini membawa manusia kepada pertanyaan mendasar tentang eksistensi Tuhan. Tuhan yang dulu diyakini sebagai Maha baik, Maha Pemurah, Maha adil, Maha cinta, Maha bijaksana, kini jarang ditemukan lagi dalam pengalaman keseharian hidup manusia. Mereka kecewa dan hilang kepercayaan hingga lahir pertanyaan-pertanyaan fundamental itu.
Kejahatan adalah suatu fakta hidup yang terkadang tidak mudah untuk dipahami. Kejahatan seolah bersembunyi dalam sekam, dan filsafat berfungsi untuk mencari sekaligus menemukan titik primodial dari problem kejahatan itu. Upaya filsafat dilakukan dengan mengkritisi simplisitas pernyataan-pernyataan yang berupaya menjawab kemahakuasaan Tuhan dalam menghadapi kejahatan. Di sini, filsafat mengajak manusia untuk sampai pada eksistensi hidupnya. Kejahatan dipandang sebagai suatu fenomena yang mengisyaratkan adanya enigma yang tersembunyi untuk menimbulkan suatu tanya bahwa kekuatan di luar wilayah rasional manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H