Piala Dunia Menjadi Judi Taruhan - Mas Sandi 11/6/2010 , Wah.. Telah Hadir Saat - Saat yang telah ditunggu, yaitu menyaksikan Sepak Bola Piala Dunia 2010 ke-19 yang akan mengoyang Benua Afrika. Sebuah ajang yang paling bergengsi SeDunia yang diadakan 4 tahun sekali ini..
Piala Dunia Kali Ini Diikuti Oleh 34 Negara, Kapankah Indonesia masuk lagi dalam piala dunia??? hehe, walaupun tidak masuk dalam Piala Dunia, Akan tetapi Indonesia selalu antusias untuk menyaksikannya. Para Penggila Sepak Bola mereka menjadikan kesempatan besar Emas ini menjadi ajang bisnis yang tidak halal dalam arti kata Perjudian.
Perjudian adalah sebuah permainan di mana pemain bertaruh untuk memilih satu pilihan diantara beberapa pilihan dimana hanya satu pilihan saja yang benar dan menjadi pemenang. Pemain yang kalah Judi atau Taruhan akan memberikan taruhannya kepada si pemenang. Peraturan dan jumlah taruhan ditentukan sebelum pertandingan dimulai.
Dalam Perjudian Problem yang timbul: Beberapa orang akan menjadi Ketagihan/Kebiasaan. mereka tidak dapat berhenti berjudi, dan kehilangan banyak Uang. Masih beruntung jika memiliki sumber pengahasilan yang cukup dan tetap. sedangkan bagi yang tidak memiliki penghasilan tetap dan cukup mereka sampai - sampai berani untuk berhutang kepada teman, saudara, makelar lebih buruk lagi sampai ke Tukar pinjam bank.
Mengapa saya mengulas ini?? Begitulah Hal -hal yang dikerjakankan kebanyakan Orang pada Piala Dunia Sebelumnya. Mereka saling menjagokan pemain dengan memprediksi manakah team yang akan menang. Jika Prediksi Benar maka itulah yang memenangkan Judi atau taruhan tersebut..
Itulah tradisi yang dilakukan didaerah Saya. Sebenarnya itu dilarang oleh Agama Khususnya agama islam. Namun, Harus bagaimana lagi sebuah kebiasaan ( Ketagihan ) Sukar sekali ditinggalakan. kita kembalikan kepada orang yang melakukan Hal tersebut. Apakah yang dilakukannya itu perbuatan yang dapat menimbulkan keuntungan bagi diri sendiri, keluarga dan orang lain.
Itulah Tradisi Dunia, yang patut kita prihatinkan.
Maaf, bagi yang tidak berkenan dalam artikel ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H