Mohon tunggu...
Kurnia Sandi Girsang
Kurnia Sandi Girsang Mohon Tunggu... -

Ingin seperti Agus Salim

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Keajaiban Rp1000

24 September 2012   23:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:46 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ternyata, sedekah tidak sepenuhnya berbicara tentang materi. Banyak makna yang tersimpan di dalamnya. Bukan masalah kuantitas, tapi kualitas keikhlasan dalam memberi. saya tidak tahu apa saya ikhlas atau tidak bersedekah saat itu -ikhlas kan rahasia hati dengan Tuhan, hehe- namun saya terus meyakinkan diri agar memberikan yang terbaik untuk sang pengemis yang datang. Inilah ceritanya kawan:

Pada hari Sabtu tanggal 22 September kemarin saya benar-benar pusing tujuh keliling. uang di kantong tinggal Rp.5500 sedang saya belum makan siang dan malam. Dengan kondisi tersebut saya keluarkan jurus andalan anak kos: makan sehari sekali. Hehe..

saat di perjalanan menuju warung saya bertemu dengan salah seorang senior kenalan saya. saat itu ia sedang mengantri membeli es buah di warung tak jauh dari kosan saya. saya pikir ini kesempatan 'menggoda' dia membelikan saya es, bukan memaksa ini hanya hukum tak tertulis di pergaulan sekitar saya. Sial, beribu sial, bukannya di belikan es buah, yang ada saya malah di kasih uang Rp500 rupiah. itupun dia dapatkan dari kantong paling menyempil di celananya. Awalnya sih gengsi, cuma saat kepikiran di kantong saya ada Rp5500 dan kalau ditambah Rp500 bisa genap Rp6000. Uang segitu cukup untuk beli nasi lauk ayam. Ya, perut mengalahkan gengsi. gengsi babak belur di hajar cacing perut. haha.. Saya ambil Rp500 itu sembari mengucapkan terima kasih. "Makasih ya mas..!" saya langsung cabut.

Sesampainya di warung nasi awalnya saya ingin membeli nasi dengan lauk ayam. waduh, gak bisa dibayangkan perut keroncongan ngeliat ayam goreng di hadapan, mirip si Ipin ya.. hahay. Ngiler tingkat dewa, ups maaf terlalu alay, ngiler aja deh. Sejurus ibu langganan saya itu langsung memberikan senyuman terbaiknya,

"Bungkus apa makan sini, mas?"

"Bungkus aja bu, biasa ya bu.. nasi nya setengah"

Sekedar info warung ibu ini sangat terkenal di daerah kosan saya. "Oh, lu beli di 'warung ibu-ibu murah' itu ya..?" maksudnya bukan murah dalam artian negatif loh ya, harga nasi di ibu itu emang paling ramah di kantong mahasiswa.

Tiba-tiba datang seorang peminta sumbangan ke warung itu. Awalnya sih berat, namun begitu saya teringat akan acara besok di mana saya sedang gak punya uang, langsung saja saya berikan uang Rp1000. Manatau dengan uang segitu keesokan harinya tuhan membalas kebaikan saya. haha. Sip! Dengan ini uang saya sukses tinggal Rp5000, gara-gara ini tak jadi saya makan lauk ayam. Saya katakan pada si ibu tuk mengganti nasi ayam dengan nasi tahu telor saja seharga Rp5000. Ketika memberikan uang Rp1000 pada si pengemis saya berdoa dalam hati mudah-mudahan bisa ikut Workshop Jurnalistik di gedung FK UB. Bukan materinya yang saya mau, tapi bintang tamu workshop itu penulis buku idola saya, Tere Liye. mana tau bisa salaman atau foto bareng,mungkin saya gak bisa tidur semalaman, hahaha. Tapi HTMnya mahal sekali, Rp40.000, uang segitu bisa buat makan empat hari loh.. Oleh karena itu saya berdoa mudah-mudahan ada invisible hand yang memberi uang 40.000 agar bisa ikut Workshop Jurnalistik keesokan harinya.

Namun sampai keesokan harinya saya gak dapat 40.000, WTF!

Saya tunggu-tunggu, jam 06.00 belum, 06.30 belum, waduh gimana naih, mana acaranya dimulai jam delapan pagi lagi. Seketika itu datang SMS, bukan SMS anda memenangkan undian ini itu loh ya, SMS itu berisi himbauan menghadiri acara kuliah perdana di fakultas saya. Akhirnya saya putus asa dengan harapan ini, saya tidak mau menunggu lagi. Saya blunder dengan menghadiri acara kuliah perdana. Selamat tinggal Tere Liye...

Namun keajaiban terjadi! saat acara saya mendapat snack roti yang lumayan berkelas! dan acara itu memantapkan hati saya kalau jurusan Ilmu Kelautan UB itu bukan jurusan salah pilih, itu adalah jurusan luar biasa di Indonesia. Akhirnya saya putuskan tetap di Ilmu Kelautan padahal sebelumnya saya sudah berancang-ancang mengikuti tes masuk UI tahun depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun