Inilah kisah sebuah sekolah tempat anak-anak pinggiran menggantungkan asa. Nama sekolah ini SMART Ekselensia Indonesia, sekolah berasrama akselerasi SMP-SMA selama lima tahun dan bertempat di Parung, kabupaten Bogor.
Sekolah saya ini diperuntukkan bagi kaum miskin dari seluruh pelosok nusantara, mulai dari Medan hingga Merauke. Tak pelak budaya-budaya di sini adalah akulturasi dari budaya seluruh Indonesia. Bayangkan, bagaimana jadinya logat Medan bertemu dengan logat Papua, logat halus Jawa bertemu dengan logat cepat Ambon? (awalnya sih, tapi lama-kelamaan pakai lu-gue juga. Â karena dekat Jakarta kali ya..^^)
Mungkin karena berasal dari 'kampung', para siswa (dan juga saya tentunya) kaget ketika melihat kemodernan Jakarta. Ada adik kelas saya berasal dari kabupaten Banggai terbengong-bengong melihat gedung pencakar langit di Jakarta. "Kakak,gedung-gedung itu besar-besar sekali!" ungkapnya dengan logat timur yang khas. Saya pun terkejut ketika pertama kali melihat toilet bersih mengkilat. Tak ada sabun, tak ada ember, sikat gigi maupun bak air. Yang ada hanya sebuah tempat duduk aneh (setelah sekian lama saya baru tahu kalau itu WC duduk), selang dengan ujung mirip mainan tembak-tembakan di film Power Rangers, dan tisu yang saya tidak tau sama sekali gunanya apa (tetap saja saya risih ketika tahu kegunaannya, di kampung saya biasa cebok pakai aliran sungai)...
*Maaf ya tulisannya baru secuil, ini pun saya pakai diam-diam komputer perpustakaan sekolah. Insya Allah nanti akan ada kelanjutan kisah tentang sekolah saya yang super unik ini yang lebih panjang tentunya..^^)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H