Dua kejadian anarkisme masa yang berlatar belakang agama secara berurutan kembali pecah di negara agamis ini. Meski semua pihak di negeri ini wajib peduli, tetapi seharusnya peranan para tokoh lintas agama sangat diharapkan mencegah dan mengatasinya. Tetapi sayangnya justru suara dan kepedulian para tokoh lintas agama tersebut tidak tampak. Bangsa ini sangat mengharap titah dan kiprahmu di saat rusuh melanda umatmu. Saat ini peranan para tokoh lintas agama paling strategis untuk ikut berperan serta
Di saat kerinduan terhadap para tokoh yang bisa mendamaikan anak bangsa justru kita kehilangan tokoh. Tetapi di saat terdapat kesalahan di republik ini, kita kebanjiran pahlawan dan tokoh yang menghakimi pemerintah.
Sehingga banyak pengamat yang mengatakan seharusnya para tokoh lintas agama segera turun gunung jangan hanya berpolitik di tingkat elit. Saat ini umat beragama sedang dilanda kisruh, saling bakar, saling hina, saling bunuh dan bertindak anarkis. Saat ini umatnya kehilangan kendali dengan saling menyalahkan.
Anarkisme dan rusuh diawali saat beberapa jamaah Ahmadiyah diketahui tewas akibat penyerbuan warga terhadap rumah jamaahnya di Cikeusik, Pandeglang, Banten. 4 Orang lainnya terluka dan dilarikan ke RS Malingping, Pandeglang. Beberapa hari kemudian amuk masa terjadi lagi terjadi setelah tuntutan kasus penistaan agama kepada terdakwa Antonius Richmond Bawengan (50) dibacakan di Pengadilan Negeri Temanggung, Sejumlah kendaraan dibakar, gereja dibakar dan gedung pengadilan negeri setempat dilempari batu, sedangkan sembilan orang luka akibat peristiwa itu dirawat di rumah sakit setempat.
Sebaiknya semua pihak khususnya masyarakat harus berhati-hati berkata dan menyikapi kasus penistaan agama yang menyulut kekerasan massa. Permasalahan amuk masa yang dilatarbelakangi agama dan kepercayaan tidak sesederhana yang diucapkan banyak pihak. Berbagai faktor dan penyebab yang bisa melatarbelakangi semua tindak amuk masa tersebut. Sehingga bila hal itu diperdebatkan maka semua pihak akan merasa paling benar. Tetapi bila dicermati seharusnya secara langsung dan tidak langsung ikut bertanggung jawab dan ikut bersalah. Sebaiknya dalam keadaan seperti ini jangan berkata dan saling tuding menyalahkan pihak lainnya. Hal itu tidak ikut meredamkan masalah malahan justru hanya menyiram bensin di api yang membara. Semua pihak termasuk tokoh masyarakat, tokoh agama, polisi, umat beragama, media masa harus saling introspeksi dan mawas diri.
Harapan Kepada Tokoh Lintas Agama
Tokoh agama yang selama ini tergabung dalam lintas agama dalam keadaan ini sangat menjadi harapan masyarakat. Tokoh tersebut diantaranya adalah Ahmad Syafii Maarif (mantan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah), Andreas Yewangoe (Ketua Persekutuan Gereja-gereja Indonesia atau PGI), Din Syamsuddin (Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia/MUI), Mgr Martinus D. Situmorang (Ketua Konferensi Wali Gereja Indonesia/KWI), Biksu Sri Mahathera Pannyavaro (Mahanayakka Buddha Mahasangha Theravada Indonesia), KH Salahuddin Wahid (Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng dan tokoh nasional asal Nahdlatul Ulama/NU), dan I Nyoman Udayana Sangging (Parisada Hindu Dharma Indonesia/PHDI) adalah tokoh terhormat dan dimuliakan umatnya di negeri ini. Beberapa tokoh lintas agama di atas dapat dikatakan sebagai rokhaniawan, yaitu orang yang memiliki kelebihan ilmu agama untuk menuju kesempurnaan abadi dan sikap serta perbuatannya cenderung dilakukan demi kemaslahatan umat. Seharusnya misi utama kelompok para tokoh lintas agama itu harus fokus pada kerukunan umat beragama. Namun sayangnya dalam perjalan waktu para tokoh terhormat ini lebih tertarik pada masalah politik. Takkala meyentuh masalah politik kenegaraan tampak sekali para tokoh ini sangat bersemangat. Memang masalah pengangguran, kemiskinan dan perekonomian bangsa adalah kepedulian bersama termasuk tokoh agama. Memang kepedulian para tokoh tersebut untuk masalah politik bukan barang haram dan harus didukung. Tetapi sayangnya kepedulian terhadap masalah kerukunan umat beragama justru terabaikan. Ketika terdapat perseteruan umat beragama suara dan aksi mereka tidak secepat dan sehebat kita harus berhadapan dengan masalah politik pemerintahan. Sebaiknya tokoh lintas agama tidak ikut terlibat langsung memperkeruh suasana hiruk-pikuknya politik. Seperti diketahui, bahwa politik memiliki padanan arti mencari kekuasaan, merebut kekuasaan, dan mempertahankan kekuasaan.
Para tokoh lintas agama sebaiknya tidak hanya piwai dan menyita waktunya di elit saja. Dalam keadaan demikian sangat disayangkan para tokoh lintas agama yang seharusnya berada di barisan paling depan umatnya yang sedang kisruh tidak tampak dan tidak bersuara. Tetapi secara tidak disadari ketika bermain dalam arena politik mereka sangat rajin, sangat garang dan bersemangat mengecam pemerintah untuk hal yang tidak berkaitan dengan kerukunan antar umat beragama. Seharusnya misi dan tujuan utama tokoh lintas agama untuk mempersatukan umat justru tidak tampak. Hal inilah yang membuktikan bahwa selama ini para tokoh lintas agama hanya didominasi politik agama tetapi domain kerukunan beragama justru tidak menjadi perhatian utama.
Fenomena itulah yang membuat masyarakat berharap harus saat turun gunung, mengajak umatnya untuk lebih dekat dengan ajaran agamanya. Saat ini umat hanya dekat dengan ustadz atau tokoh agama di lingkungan kampungnya. Para umat beragama sangat haus tuntunan para elit atau tokoh agama besar. Namun sayangnya justru para tokoh agama itu disibukkan dengan kepentingan pribadi atau kepentingan politik agamanya dalam ikut berpartisipasi dalam tahun 2014. Dalam keadaan umatnya menghadapi masalah seperti saat ini seharusnya para tokoh lintas agama itu mbahu membahu langsung masuk kampung ikut mendamaikan dan meluruskan masalah.
Para tokoh lintas agama itu harus menyuarakan bahwa kekerasan bukanlah menyelesaikan masalah meski agamanya terus dihujat. Kehidupan beragama itu harus tunduk pada hukum dan etika yang berlaku di negeri hukum ini. Kehidupan dan kerukunan agama terus dijunjung tinggi dengan tidak mengusik atau melakukan penistaan agama lainnya.
Para tokoh agama harus segera memberi teladan kepada masyarakat dan organisasi masyarakat untuk bisa menahan diri. Jangan sampai niat mulia membela ajaran agamanya dimanfaatkan pihak tertentu yang ikut memperparah keadaan. Saat ini para petualang politik dan para setan yang hidup di negeri ini akan selalu mencoba memprovokasi dan ikut memperkeruh ksuasana demi kepentingan pribadi dan kelompoknya.