Risma dan Jokowi Pejabat Merakyat, Manakah Yang Tulus dan Pencitraan ?
Jokowi dan Tri Risma Harini adalah dua diantara pejabat yang sama-sama berprestasi di Indonesia. Namun yang membedakan Jokowi melejit tinggi bak meteor langsung popular bahkan langsung menjadi calon presiden. Tetapi Risma perlahan dengn pasti juga ikut populer. Apakah yang membedakannya? Sang Rising Star Jokowi melejit karena peranan media yang demikian luas dan gencar menyorotnya, sedangkan Risma sepi dari publiksi. Sulit untuk menilai manakah yang paling hebat di antara kehebatan keduanya, Tetapi yang lebih bisa dinilai adalah Risma perlahan besar bukan karena pencitraan dan sorotan media yang kuat. Kalaupun Riusma saat ini menjdi melejit karena media yang mecarinya karena prestasi dan kerja kerasnya yang tulus.
Jokowi telah dinobatkan Indoline sebagai Sebagai “Inspiring leadership” tahun 2013. Ir. H. Joko Widodo atau yang lebih akrab dipanggil Jokowi, adalah Gubernur DKI Jakarta terhitung sejak tanggal 15 Oktober 2012. Ia merupakan gubernur ke-17 yang memimpin ibu kota Indonesia. Sebelumnya, Jokowi menjabat Wali Kota Surakarta (Solo) selama dua periode, 2005-2010 dan 2010-2015, namun baru 2 tahun menjalani periode keduanya, ia mendapat amanat dari warga Jakarta untuk memimpin Ibukota Negara. Dalam masa jabatannya di Solo, ia didampingi F.X. Hadi Rudyatmo sebagai wakil walikota. Ia dicalonkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Atas prestasinya, oleh Majalah Tempo, Joko Widodo terpilih menjadi salah satu dari “10 Tokoh 2008″. Pada tanggal 12 Agustus 2011, ia juga mendapat penghargaan Bintang Jasa Utama untuk prestasinya sebagai kepala daerah mengabdikan diri kepada rakyat.Bintang Jasa Utama ini adalah penghargaan tertinggi yang diberikan kepada warga negara sipil. Pada Januari 2013, Joko Widodo dinobatkan sebagai wali kota terbaik ke 3 di dunia atas keberhasilannya dalam memimpin Surakarta sebagai kota seni dan budaya, kota paling bersih dari korupsi, serta kota yang paling baik penataannya. Dengan berbagai pengalaman di masa muda, ia mengembangkan Solo yang buruk penataannya dan berbagai penolakan masyarakat untuk ditertibkan. Di bawah kepemimpinannya, Solo mengalami perubahan dan menjadi kajian di universitas luar negeri
Tri Risma Harini dinobatkan indoline sebagai wanita paling inspiratif urutan ke dua. Ir. Tri Rismaharini, M.T. atau terkadang ditulis Tri Risma Harini adalah Wali Kota Surabaya yang menjabat sejak 28 September 2010. Ia adalah Wali Kota Surabaya wanita yang pertama dan alumnus Arsitektur ITS. Ia menggantikan Bambang Dwi Hartono yang kemudian menjabat sebagai wakilnya hingga resmi mengundurkan diri pada 14 Juni 2013. Mereka diusung oleh partai PDI-P dan memenangi pilkada dengan jumlah suara 358.187 suara atau sebesar 38,53 persen. Pasangan ini dilantik pada tanggal 28 September 2010. Sebelum terpilih menjadi wali kota, Risma pernah menjabat Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) dan Kepala Badan Perencanaan Kota Surabaya hingga tahun 2010. Di masa kepemimpinannya di DKP, bahkan hingga kini menjadi Walikota Surabaya, Kota Surabaya menjadi lebih asri dibandingkan sebelumnya, lebih hijau dan lebih segar. Sederet taman kota yang dibangun di era Tri Risma adalah pemugaran taman Bungkul di Jalan Raya Darmo dengan konsep all-in-one entertainment park, taman di Bundaran Dolog, taman Undaan, serta taman di Bawean, dan di beberapa tempat lainnya yang dulunya mati sekarang tiap malam dipenuhi dengan warga Surabaya. Selain itu Risma juga berjasa membangun pedestrian bagi pejalan kaki dengan konsep modern di sepanjang jalan Basuki Rahmat yang kemudian dilanjutkan hingga jalan Tunjungan, Blauran, dan Panglima Sudirman. Di bawah kepemimpinannya pula, Kota Surabaya meraih tiga kali piala adipura yaitu tahun 2011, 2012, dan 2013 kategori kota metropolitan. Selain itu, kepemimpinan Tri Risma juga membawa Surabaya menjadi kota yang terbaik partisipasinya se-Asia Pasifik pada tahun 2012 versi Citynet atas keberhasilan pemerintah kota dan partisipasi rakyat dalam mengelola lingkungan. Pada Oktober 2013, Kota Surabaya dibawah kepemimpinannya memperoleh penghargaan tingkat Asia-Pasifik yaitu Future Government Awards 2013 di 2 bidang sekaligus yaitu data center dan inklusi digital menyisihkan 800 kota di seluruh Asia-Pasifik
Jelas berbeda, meski sama-sama dari PDIP tetapi keduanya saat ini Risma walikota dan Jokowi Gubernur. Perbedaan lainnya meski sama-sama pejabat yang turun ke masyarakat tetapi Risma tidak melejit seheboh Jokowi tetapi Risma terkenal karena media mengetahui sosok dia karena prestasinya yang luar biasa, kerja keras dan sifat merakyatnya yang tulus dan tanpa gembar-gembor media. Mungkin aja Jokowi juga tulus bekerja tetapi sorotan media yang berlebihan membuay keraguan masyarakat bahwa merakyat dan kesederhanaan Jokowi bukan yang alami. Tetapi Jokowi harus membuktikan semua pada rakyat bhwa semua itu salah. Beberapa foto yang tersebar dalam masyarakat di atas membuktikan bahwa jokowi ternyata terkesan hanya hebat dalam foto. Sebagian masyarakat masih menyangsikan ketulusan Jokowi saat melakukan “blusukan” ke pasar-pasar, ke lokasi banjir dan lain sebagainya ‘tak pernah tanpa wartawan’. Melainkan selalu diikuti dan diliput oleh puluhan wartawan dari berbagai media TV, cetak dan online yang sengaja diajak untuk memberikan full covering demi untuk menciptakan citra positif dan merakyat bagi seorang Jokowi. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengkritik soal strategi tim kampanye Jokowi-JK yang diusulkan untuk gaya hidup sederhana. Fadli menilai kesederhanaan itu bisa saja hanya pencitraan.
Selama ini Jokowi selalu menggunakan pesawat kelas ekonomi. Ia ikut antre bersama warga. Ketika kampanye ke Palembang, misalnya, Jokowi naik pesawat ekonomi Garuda. “Moso capres minjem pesawat. Wong saya itu ndak punya (pesawat dan helikopter), gimana dong? Kalau punya sendiri ya dipake,” kata Jokowi. “Saya harus sesering mungkin bersentuhan kulit dengan rakyat. Coba bayangkan kalau pesawat pribadi atau naik bisnis atau kelas VIP, kan ada sekatnya. Kapan bersentuhan kulitnya,” jelas Jokowi. Tetai kemudian dala media bredar foto Jokowi sedang naik pesawat carteran dan mewah.
Dalam beberapa foto yang beredar di media tampak beberapa setting yang dilakukan Jokowi agar tampak sederhana, merakyat dan bekerja keras. Saat Jokowi menyapu tampak tidak ada kotoran sedikittpun yang disapunya. Demikian juga berbagai foto yang tampil di mdia masa ternyata fakta menunjukkan bahwa pencitraan Jokowi lebih dominan. Seperti yang diunjukkan pendapat Tokoh Cilacap mengatakan bahwa Jokowi ke Persawahan Desa Kami Ternyata Cuma Mau Ambil Gambar Pemotretan Warga dan tokoh Cilacap menyambut baik inisiatif Joko Widodo yang menyempatkan diri mengunjungi kampung halaman mereka di sela-sela calon presiden tersebut berkampanye di Jawa Tengah. "Ya saya senang dengan kehadiran Jokowi di Cilacap, dan juga ke desa saya lalu ke museum Soesilo Soedarman," ujar salah seorang tokoh Cilacap, Tridianto, seperti yang dlansir Rakyat Merdeka Online (13/6). Di Cilacap, tepatnya di Desa Gentasari, Kecamatan Kroya, Jokowi langsung menuju area persawahan. Tak lama kemudian, dia bergerak ke Museum Soesilo Soedarman dengan berjalan kaki karena memang lokasinya tak jauh. Namun Tridianto kecewa dengan agenda kunjungan Gubernur DKI Jakarta nonaktif tersebut. "Tapi sangat saya sayangkan, ke desa saya (Jokowi) cuma ambil gambar di sawah buat pencitraan karena masa panen saja belum kok ke sawah. Jadi mau jadi apa negara ini kalau dipimpin capres yang hanya cuma pencitraan saja," kesal mantan Ketua Demokrat Cilacap ini. "Saya melihat langsung kaya gitu. Di depan saya juga dia pulang keluar dari museum lewat belakang naik mobil pergi menghindari masyarakat yang mau salaman. Masak ketemu rakyat takut sampai lari-lari lewat belakang," ungkapnya.
Ketulusan dan tanpa pamrih sikap merakyat dan krja keras adalah hal penting yang harus diperhatikan pejabat Indonesia. Tanpa ketulusan dan bekertja mengharap pamrih akan membuat pejabat Indnesia menjad munafik dan hanya bertutur sekedar penapilan bukan tindakan. Kehebatan dan kesedrhanaan Jokowi secara perlahan tergerus oleh pencitraan berlebihan para timsesnya. Hal inila yang mungkin menjadi salah atu penyebab mengp elektabilitas Jokowi menurn sedangka Prabowo terus mengejarnya. Sebaiknya Jokowi harus tampil apa adanya agar karisma dan aura kesderhaaannya terus melambung. Jokoki haru mewniru Nabi Muhammad SAW . Rasulullah, dengan kecintaan terhadap ummatnya yang sedemikian besar menjadi rahasia para sahabat yang bisa meninggalkan kebiasaan dan perilaku buruk setelah mendengar perintah. Kecintaan itu berlandaskan ketulusan, yang Rasulullah tidak mengharapkan apapun dari umatnya kecuali agar selamat diakherat kelak. Ketulusan sering diibaratkan sebagai kertas putih. Ketulusan itu sesuatu yang hadir begitu saja, tanpa pretensi atau kepentingan apa pun untuk melakukan sesuatu. Ia seperti mata air yang mengalir dari kedalaman hati dengan sendirinya. Ia bening adanya. Jokowi juga harus segera meniru Risma yang berkerja tulus dan tanpa sorotan media. Ketuluysan dan bekerja tanpa pamrih akan membuat popularitas Risma justru akan lebih langgeng dan akan melejit perlahan tapi pasti. Sehingga bila sampai di puncak bila jatuh tidak terasa sakit. Berbeda yang melejit secara cepat bila jatuh akan terasa sangat sakit. sumber foto: wikipedia dan Indoline