Debat Presiden semakin seru ketika Tank Leopard diangkat oleh Jokowi. Jokowi yang berlatar belakang sipil dengan percaya diri mengatakan bahwa tank Leopad tidak layak dibeli Indonesa karena beratnya yang 60 kg tidak bisa melewati jembatan di Indonesia dan akan merusak jalan di Indonesia. Sedangkan Prabowo yang ahli perang dan ahli militer itu masih percaya dengan pengamatan pakar TNI yang berdasarkan penelitian dan pengamatan komprehensif bahwa tank Leopard masih layak digunakan di Indonesia. Ternyata berdasarkan para ahli militer sekalipun beratnya sekitar 60 ton, namun tekanan jejaknya pada tanah hanya 0,8 kilogram per centimeter atau 8,9 ton per meterpersegi. Tekanan jejak itu relatif sama dengan Tank AMX-13 dan Scorpion. Mengapa Jokowi yang seorang sipil terlalu percaya diri menyalahkan hasil pilihan TNI AD yang sudah berdasarkan kajian para ahli yag telah dilakukan penelitian komprehensif dan lama?
Prabowo mengatakan pembelian tank tersebut telah melalui pembahasan dan penelitian dari pihak Kementerian Pertahanan dan TNI Angkatan Darat. "Ada yang berpendapat tank itu tak cocok, itu adalah pandangan yang keliru. Main battle tank, sangat berguna digunakan di Indonesia. Leopard sangat berguna untuk TNI," kata Prabowo dalam debat capres yang digelar KPU di Holiday Inn, Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (22/6/2014). Namun Jokowi dengan sangat percaya diri mengatakan Leopard terlalu berat, Dengan berat 60 ton menurut Jokowi tidak bisa melewati jembatan dan akan merusak jalan-jalan di Indonesia.
Leopard 2 adalah tank tempur utama (main battle tank, MBT) Jerman yang dikembangkan oleh Krauss-Maffei pada awal 1970-an dan mulai digunakan pada 1979. Leopard 2 menggantikan Leopard 1 sebagai tank tempur utama Angkatan Darat Jerman Barat (Bundeswehr). Beragam versi telah digunakan oleh Angkatan Darat Jerman dan di 12 negara Eropa lainnya, beberapa dari luar Eropa. Lebih dari 3,480 Leopard 2 telah diproduksi. Leopard 2 pertama kali digunakan Angkatan Darat Jerman pada Perang Kosovo serta pasukan Kanada dan Denmark yang tergabung dalam ISAF di medan tempur Afghanistan.
Kontroversi Tank Leopard
Rencana pembelian 20 hingga 30 tank Leopard oleh Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Republik Indonesia (RI) mejadi kontroversi besar dan mendapat kritik keras termasuk dari Presiden RI ketiga, Prof. Dr.-Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie. Karena, tank yang berasal dari Inggris dan diperuntukkan bagi Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD) itu sangat tidak sesuai dengan kondisi iklim dan geografis RI sebagai negara maritim. Dari pengalaman Direktur Utama (Dirut) di berbagai perusahaan industri strategis negara, termasuk PT PINDAD, hingga menjadi Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Habibie tahu persis fungsi dan kegunaan tank Leopard sebagai alat dan perlengkapan perang utama tentara di daerah padang pasir. Tank Leopard pun dipakai pertama kali dalam perang Irak melawan pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS). Pembelian Tank Leopard untuk melengkapi alat utama sistem pertahanan (alutsista) di Indonesia sangat tidak sesuai dengan kondisi iklim dan geografis Indonesia yang merupakan negara maritim. Kondisi iklim dan Geografis Indonesia merupakan negara tropis dan maritim, sehingga lebih mirip Vietnam ketimbang Irak.
Pihak TNI ADpun berdasarkan kajian para ahli militer dan ahli perang yang berkompetenmembantah berbagai kontroversi itu. Negara seperti, Australia, Austria, Brazil, Canada, Chile, Denmark, Finlandia, Jerman, Yunani, Indonesia, Italia, Lebanon, Norwegia, Polandia, Portugal, Singapura, Spanyol, Swedia, Swiss, hingga Turki memiliki armada MBT Leopard. Dari 20 negara tersebut, menurut dia, hanya tiga negara yang memiliki wilayah berupa padang pasir. Sebanyak 85 persen dari negara-negara tersebut tidak memiliki padang pasir.
Menurut opini Habibi yang juga tampaknya dijadikan acuan Jokowi bahwa kondisi iklim dan Geografis Indonesia merupakan negara tropis dan maritim, sehingga lebih mirip Vietnam ketimbang Irak. Sehingga Tank leopard tidak cocok dengan Indonesia. Tetapi tampaknya hal itu juga dibantah oleh Prabowo bawa tank Leopad telah sukses digunakan dala perang vietnam yang medannyamirip Indonesia.
Menurut kajian tim ahli TNI AD berat MBT Leopard dihadapkan jalan dan jembatan di Indonesia, tidak ada masalah. Sekalipun beratnya sekitar 60 ton, namun tekanan jejaknya pada tanah hanya 0,8 kilogram per centimeter atau 8,9 ton per meterpersegi. Tekanan jejak itu relatif sama dengan Tank AMX-13 (berat 14,5 ton) dan Scorpion (8 ton). Dengan tekanan jejak 8,9 ton per meter persegi, MBT Leopard sangat memenuhi syarat penggunaan jalan kelas satu dan dua di Indonesia. Pasalnya, sesuai peraturan muatan sumbu terberat di jalan kelas ini bisa lebih delapan ton per meter persegi. Beban terbagi rata Tank Leopard (q = 2.38 kNm2) masih lebih kecil dari jembatan kelas A dan B (q = 4.46 kNm2) di Indonesia dengan lebar enam meter, panjang 40 meter).
Kontroversi Dalam Debat
Debat calon presiden yang baik, meski waktunya terbatas akan dapat menggali semua potensi, kemampuan, dan visi misi para calon engan baik. Namun sebaiknya para capres menghindari berbagai hal yang kontroversial seperti tank Leopard. Bila hal kontroversial tesebut diangkat bila kandidat capres tidak menguasai masalah akan mejatuhkan capres itu sendiri.
Seperti hal Jokowi yang berinisiatif mengangkat hal tank Leopard tentunya sudah dimodali dengan data dan informasi yang lengkap baik dari para ahli dari kubu timsesnya atau sudah percaya diri pengetahuan dan pemahamannya tentang Tank Leopard. Tetapi melihat pendapat para ahli militer di TNI AD yang mengatakan bahwa tekanan jejak tank Leopard relatif sama dengan Tank AMX-13 (berat 14,5 ton) dan Scorpion (8 ton). Dengan tekanan jejak 8,9 ton per meter persegi, MBT Leopard sangat memenuhi syarat penggunaan jalan kelas satu dan dua di Indonesia. Maka tampaknya kali ini Jokowi salah memilih tema dan salah mendapatkan data akurat.