Komodo saat ini diperjuangkan masuk sebagai salah satu nomine 7 Keajaiban Dunia Baru oleh New 7 (Seven) Wonders of Nature. Seluruh masyarakat tergerak rasa nasionalismenya dengan mendukung komodo. Dukungan tersebut levat “vote”, dengan mengirim SMS ke 9818. Berbagai tokoh masyarakat termasuk Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla menjadi duta resmi pemenangan Pulau Komodo, politikus, artis, Hakim Agung, Mahkamah konstitusi bahkan SBYpun ahkirnya ikut menyerukan hal yang sama untuk mendukung Komodo. Dibalik emosi nasionalisme masyarakat dengan melakukan dukungan melalui 9818, ternyata terdapat cerita panjang kontroversial yang masih meragukan komitmen Lembaga New7Wonders dalam manfaat dan kerugian terhadap bangsa Indonesia. Karena, ternyata dibalik itu semua pemerintah Indonesia pernah menarik diri dari perhelatan tersebut karena yayasan tersebut mensyaratkan biaya yang sangat luar biasa besar hanya untuk meraih status komodo menjadi salah satu New7Wonders. Apakah Indonesia akan terjebak untuk ke dua kalinya ? Beberapa provider telekomunikasi mendukung dengan menggratiskan atau melancarkan pemilihan via SMS. Semangat nasinalisme yang tinggi dalam mendukung Komodo, membuat penyedia layanan SMS Mobilink pun sampai menaikkan kapasitas servernya. Pulau Komodo membutuhkan puluhan bahkan mungkn ratusan juta suara untuk menang. Pendukung Komodo sudah mencapai puluhan juta, meskipun tidak boleh disebutkan detail berapa tepatnya voters yang mendukung Komodo. Peraturan dari panitia penyelenggara The 7 Wonders melarang peserta memberikan rincian voters karena kompetisi ini tidaklah menggunakan penghargaan berdasarkan urutan atau rangking. Taman Nasional Komodo, Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat, Indonesia, sebenarnya telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Dunia (Situs Alami) pada tahun 1991. Taman Nasional Komodo merupakan sebuah kawasan yang terdiri atas pulau-pulau vulkanik yang terdiri atas 3 pulau besar (Komodo, Rinca, dan Padar) seluas 603 km2 (luas daratan). Di kawasan yang ditetapkan sebagai Taman Nasional pada tahun 1980 ini dihuni oleh Biawak terbesar, biawak komodo. Tampaknya tidak ada yang salah sekelompok masyarakat ingin meraih sesuatu yang l;ebih besar lagi demi kepentingan Taman nasional Komodo. Tetapi masyarakat dan pemerintah harus kembali melihat pengalaman buruk Indonesia dan beberapa negara lain dengan lembaga 7newwonders yang lebih menitikberatkan kepada masalah bisnis.Demi uang dan Penuh Kontroversi Sebelumnya Indonesia khususnya Taman Nasional (TN) Komodo pernah menyatakan mundur dari finalis New 7 Wonder. Lewat Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI, Pemerintah menyatakan secara resmi mundur dan menarik Taman Nasional Komodo sebagai finalis dalam New Seven Wonder of Nature. Pernyataan mundur dan menarik TN Komodo dari finalis New 7 Wonder ini disampaikan oleh Menbudpar Ir. Jero Wacik, SE dalam jumpa pers di kantor Kementerian Budpar Jakarta, Senin (15/8/2011). Penarikan TN Komodo dari ajang New 7 Wonder ini karena pihak penyelenggara dinilai tidak profesional dan tidak kredibel. Partisipasi Komodo dalam ajang New Seven Wonder of Nature dimulai pada awal Agustus 2008 ketika Taman Nasional Komodo dinominasikan sebagai 7 keajaiban alam baru bersama 440 nominasi dari 220 negara di dunia. Saat itu pula Kembudpar diangkat menjadi Official Supporting Committee / Lead Agency untuk mempromosikan TN Komodo sebagai New Seven Wonder of Nature. Melalui online voting via email dan telepon, hingga tanggal 21 Juli 2009, TN Komodo berhasil menjadi salah satu dari 28 finalis New Seven Wonder of Nature. Timbul permasalahan ketika pada Desember 2010 Yayasan New Seven Wonder menyatakan menyetujui Indonesia (Jakarta) sebagai Tuan Rumah Penyelenggaraan (Official Host) Deklarasi 7 Keajaiban Dunia Alam (New7Wonders of Nature). Syaratnya, Indonesia mesti membayar license feese dan biaya penyelenggaraan mencapai US$ 45 juta. Indonesia dalam hal ini Kembudpar menolak. Tetapi Yayasan N7W balik mengancam akan mengeliminasi TN. Komodo dari finalis New7Wonders of Nature. 7 Februari 2011, Yayasan New Seven Wonder memutuskan untuk tetap mempertahankan TN Komodo sebagai finalis namun melakukan tindakan menghapuskan peran Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata sebagai Official Supporting Commitee. Peran ini kemudian digantikan oleh swasta dan masyarakat dalam P2Komodo (Pendukung Pemenangan Komodo). Bahkan terdapat beberapa negara yang masuk dalam nomine 7 Keajaiban Dunia Baru ini, memutuskan mundur. Salah satu alasannya adalah penyelenggara tidak transparan dalam menjelaskan bagaimana cara mereka menghitung dukungan. Selain itu panitia juga harus membebankan biaya sponsor platinum mencapai $350 ribu, dua biaya sponsor emas dengan total $420 ribu, mensponsori tur dunia dengan menerima kunjungan delegasi, menyediakan perjalanan balon udara, penerbangan, akomodasi, kunjungan wartawan. negara peserta harus mengeluarkan biaya lain biaya $1 juta dolar bagi penyedia layanan telepon untuk berpartisipasi dalam kampanye New7Wonders. Selain itu biaya tambahan lain harus merogoh kocek $1 juta lagi agar maskapai suatu negara peserta bisa menempelkan logo New7Wonders di pesawat-pesawat mereka. Lembaga New7Wonders Lembaga New7Wonders adalah lembaga swasta yang kredibiitasnya harus lebih diteliti lebih jauh. Lembaga swasta itu mengadakan kompetisi ini ternyata tidak berkaitan dengan lembaga resmi UNESCO di bawah PBB. Sebenarnya UNESCO sudah menetapkan Taman Nasional Komodo sebagai Situs Warisan Dunia pada 1986 oleh Unesco. Dalam kaitan kegiatan lembaga tersebut, UNESCO menegaskan bahwa apa yang mereka lakukan dengan penetapan Situs-Situs Warisan Dunia sangat berbeda dengan apa yang dilakukan oleh lembaga New7Wonders. Ternyata UNESCO juga sering diajak bekerjasama oleh organisasi itu, tapi selalu menolak. Bahkan UNESCO mengatakan bahwa penetapan Unesco adalah bedasarkan data ilmiah dan proses penelitian dan pengamatan profesional sehingga menghasilkan daftar situs-situs Warisan Dunia. Tetapi penetapan satatus oleh lembaga lembaga New7Wonders. hanya berdasarkan popularitas dan terselubung berbau kepentingan bisnis lembaga itu. Sebaiknya masyarakat dan pemerintah harus menghitung ulang untung rugi dan manfaat dibanding biaya yang dikeluarkan hanya untuk mengejar sebuah status Komodo New 7 (Seven) Wonders of Nature. Benarkah dengan adanya status baru yang akan dikejar selama ini dapat menambah manfaat bagi komodo dan masyarakat NTT khususnya seperti yang digembar-gemborkan para tokoh selama ini. Berbagai pengalaman sebelumnya menunjukkan bahwa untuk menjadi pemenang panitia mensyarakan biaya yang luar biasa besar hanya untuk menyandang sebuah status tersebut. Apakah tidak sebaik dipikirkan lebih cermat bahwa biaya yang luar biasa besar itu untuk dijadikan biaya promosi sendiri dan untuk membiayai sarana TN Komodo agar lebih menarik dan dikenal masyarakat dunia. Ternyata masyarakat dan para tokoh tidak disadari mulai masuk dalam jebakan Lembaga New7Wonders untuk meraih sebuah status yang akhirnya nantinya dibebani biaya yang luar biasa. Apakah masyarakat dan pemerintah tidak berkaca dengan pengalaman sebelumnya ? Mudah-mudahan semua niat baik masyarakat untuk mendukung Komodo tidak menjebak bangsa ini untuk mengeluarkan biaya yang sangat besar hanya mengejar sebuah status. Pengalaman sebelumnya menunjukkan, hanya untuk sebuah status Komodo, New Seven Wonder of Nature, bangsa ini harus mengeluarkan puluhan juta dolar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H