Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jakarta Surabaya, 12 Jam Yang Mengasyikkan

5 Agustus 2011   10:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:04 18927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ramadhan on the Road Jakarta Surabaya 12 jam mungkin adalah perjalanan yang paling mengasyikkan selama hidup. Bayangan mudik yang macet, penuh kendaraan roda dua dan melelahkan berubah total. Dengan berbekal kendaraan Honda Odyssey yang dibaluri Top1 perjalanan saat malam lebaran itu ternyata sangat mengasyikkan. Perjalanan itu ternyata justru adanya jalan mulus, lengang dan lancar. Perjalanan bersama keluarga itu dilalui dengan mengasyikkan. Tanpa berganti kemudi sekalipun, hanya sekali istirahat buka puasa "Odyssey Top1" meluncur bak Raja Jalanan merayapi pantai utara di tengah malam antara Jakarta dan Surabaya hanya 12 jam.

Perjalanan itu terjadi, ketika diawali usulan anak pertama yang mengatakan, "Pa, kapan kita adventure seperti yang sering papa ceritain". Maklum selama ini dua anak cowok yang sedang memasuki usia ABG itu selalu mendapat cerita papanya yang usia muda punya hobi berpetualang dengan berkendaraan. "Oke, kita berpetualang semalam Jakarta-Surabaya saat malam lebaran". Janji itu akhirnya terpenuhi ketika harus mengorbankan waktu yang demikian padat. Maklum kalau naik pesawat hanya menyita waktu 4 hari untuk mudik dengan berkendaraan mobil bisa lebih seminggu. Sedangkan waktu yang demikian panjang tentunya akan mengganggu pekerjaan kantor yang demikian padat.

Pada lebaran tahun 2009, cerita itu dimulai. Seperti biasanya dalam menentukan acara liburan selalu diadakan rapat keluarga dulu. Awalnya tanpa perdebatan antara saya, ke dua anak laki-laki dan isteri sepakat untuk melakukan Ramadhan on The Trip Jakarta Surabaya dengan menggunakan mobil. Perdebatan panjang terjadi ketika penentuan waktu berangkat, malam hari atau siang hari. Dengan yakin dan percaya diri saya mengatakan bahwa berangkat malam hari adalah pilihan terbaik. Tetapi isteri dan anak sulung sesama keras kepala mengatakan lain, "Kalau berangkat di malam hari tidak usah berangkat. Lebih baik naik pesawat". Maklum isteri dan anak sulung itu termasuk yang pencemas. Takut malam ban bocor di tengah hutanlah, mogok di jalan gelap gulitalah. Pikiran-pikiran buruk terus bermunculan ketika membayangkan berkendaraan sepanjang di pantai utara yang belum pernah dijelajahi. Apalagi setelah mengetahui tidak menggunakan jasa pak Sopir yang lagi mudik. Pertimbangan untuk berangkat malam hari saat malam lebaran karena jalanan sepi dan lengang. Sebaiknya kalau siang hari macet, panas dan penuh kendaraan roda dua yang memusingkan. "Oke, kalau gitu jalan tengahnya berangkat malam hari. Tetapi bila kondisi tidak memungkinkan di tengah jalan menginap di Hotel dan dilanjutkan siang hari. Meski masih agak ragu akhirnya isteri saya menyetujui.

Dengan persiapan yang cukup matang mulai dari persiapan kondisi kendaraan, perbekalan, rute sampai pengemudi. Persiapan kendaraan mungkin tidak terlalu sulit karena saat itu mobil Odyssey baru melakukan service km 15.000. Persiapan utama kendaraan hanyalah mengganti oli mesin dengan Top1, yang diyakini membuat kekuatan mesin menjadi garang dan penuh tarikan. Persiapan yang cukup memusingkan justru saat mempersiapkan siapa juru kemudinya. Terus terang saya pernah berkendara mobil sendiri antara Surabaya Jakarta hanya sekali, belum pernah rute sebaliknya pantai utara Jakarta Surabaya. Tetapi dengan percaya diri diputuskan tidak perlu cemas, ada peta jalur mudik pantai utara di tangan. Direncanakan driver utama adalah suami sedangkan driver cadangan ditunjuk isteri bila driver utama lelah.

Tibalah saatnya sore hari pukul 15.00 menjelang malam lebaran "Odissey Top1" meluncur dari daerah bendungan hilir menuju tol Cikampek. Saat memasuki jalan tol sudah merasakan tanda-tanda baik. Jalan tol yang biasanya padat, relatif lengang. Jadi dengan kecepoatan rata-rata 90-120 km perjam masih bisa "digeber". Ternyata sampai tiba berbuka puasa di kota Brebes jalan masih tidak terlampau padat.

Di kota Brebes sempat buka puasa dan salat magrib-isyak hanya 30 menit. Ayam goreng kremes yang ditemani telor asin Brebes menjadi santapan utama yang sangat nikmat saat buka puasa terakhir di bulan ramadan itu. Setelah istirahat sesaat itu, perjalanan panjang dilanjutkan lagi.

Masalah klasik bagi pengemudi akhirnya datang. Setelah makan kekenyangan kantuk yang datang sulit dicegah. Isteri yang direncanakan menjadi driver cadangan sudah berulangkali menawarkan diri untuk ganti kemudi. Tetapi saya punya resep jitu untuk pengusir ngantuk. Resep hebat itu adalah sejak dari Jakarta sudah mempersiapkan handuk kecil basah yang digulung dimasukkan plastik yang sudah didinginkan dalam freezer semalam. Dengan berbekal 5 handuk gulung dingan basah itulah ternyata dapat mengusir ngantuk dan lelah di jalan. Handuk dingin basah itu digunakan untuk menyeka kepala, rambut, wajah dan tangan. Akhirnya berkat handuk dingin itu kantuk yang datang sesaat itu jadi hilang dan badan segar kembali.

Saat memasuki kota Semarang, isteri mengatakan : "Pa, kita jadi khan nginap di Semarang ?". Tetapi melihat kondisi saya yang masih sangat fit itu saya dengan percaya diri mengatakan : " Coba, deh Ma tanpa nginap. Insya Allah Papa masih kuat". Akhirnya kota Semarang dilewati diluar rencana erus meluncur ke Surabaya.

Sepanjang jalan pantai utara setelah Brebes jalan sangat sepi dan lengang. "Odissey Top1"pun meluncur seakan tanpa hambatan dengan kecepatan 100-120 km perjam. Namun beberapa kali dengan kecepatan tinggi itu hambatan yang ada adalah beberapa guncangan jembatan kecil yang dilalui cukup menghentak. Tetapi guncangan kuat itu ternyata tidak juga membangunkan ke dua anak ABG yang tertidur di dalam mobil. Hampir 75% sepanjang "Ramadhan on The Trip" itu "Odissey Top1" menjadi raja jalanan.

Beberapa pesaing di jalan hanyalah bis malam dan beberapa mobil yang sekali-sekali melintas. Tetapi justru bis malam itu dijadikan hiburan untuk melepas kantuk. Ternyata bis malam yang selama ini dianggap raja jalan itu masih kalah unggul dibandingkan "Odissey Top1". Beberapa bis malam "Jakarta-Suarabaya" tidak ada yang mampu memenangi kelincahan tarikan "Oddisey Top1. Dalam setiap memasuki kota kabupaten di sepanjang pantai utara itu, selalu saja diselingi kejar mengejar antara "Odissey Top1" dan Bis malam. Karena saking asyiknya kejar mengejar dengan bis malam itu beberapa kali isteri mengingatkan untuk pelan-pelan.

Saat memasuki Jawa Timur, persediaan bensin tinggal sepertiga. Sepanjang kota di pesisir utara Jawa Timur itu ternyata sangat sulit untuk mendapatkan bahan bakar pertamax. Setiap Pom Bensin yang didatangi ternyata tidak menyediakan pertamax. Kalaupun sebelumnya mereka menyediakan pertamax saat itu lagi habis. Sehingga sampai tujuan di Surabaya masih belum menemukan pengisian bahan bakar pertamax. Baru sampai di kota Surabaya menemukan pombensin pertamax. Karena krisis BBM itu sekitar 1 sampai 2 jam "Odissey Top1" tanpa AC. Untungnya, malam lebaran itu cukup sejuk dan bersih. Saat AC mobil dimatikan dan Sun Roof Mobil dibuka ternyata di dalam mobil cukup sejuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun